Baca Puisi Bersama Budi Darma

Catatan Aming Aminoedhin

Dulu, ketika ada acara baca puisi tentang “Bosnia Kita” (Awal 1993) di Go Skate Surabaya Indah, Jalan Embong Malang – Surabaya; saya termasuk ikut baca puisi bersama Pak Budi Darma.

Penyair kondhang yang tampil saat itu, ada: Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, Ikranegara, Hamid Jabbar, Deddy Miswar, Emha Ainun Nadjib, dan entah siapa lagi (lupa).

Berikutnya, saat saya dapat tugas Biro Sastra FSS 2006, menggelar Seminar Sastra Festival Seni Surabaya (FSS), dengan mengajak narasumber: Budi Darma, Suminto A. Sayuti, Nirwan Dewanto, dan Sapardi Djoko Damono. Moderatornya: Akhudiat. Seperti biasa, Pak Budi Darma, ketika bicara selalu runtut dan jelas bagi pesertanya.

Malamnya ada acara Para Kyai Baca Puisi, beliau juga sempat hadir dan melihat gelarannya. Para Kyai yang baca puisi: Ali Maschan Moesa, D. Zawawi Imron, Wahib Wahab, Muhammad Thohir.

Sebelum para kyai baca, saya sebagai pemandu acara, baca puisi dulu berjudul “Berjamaah di Plaza.” Anehnya ketika usai acara, Pak Budi Darma, bilang kepada saya, “Puisinipun sae Mas Aming.” Saya jadi tersipu-sipu, sekaligus tak percaya atas sanjung puji itu. Hal lain yang saya kikuk, Pak Budi Darma, selalu menggunakan bahasa Jawa yang halus. Ini bukti beliau itu lembah manah, santun, dan menghargai lawan bicaranya.

Pujian kedua, saat baca guritan “Ndhuk, Anakku Wadon,” di tempat warkopnya Wina Bojonegoro di Ketintang (lupa tahun? Pokoknya masih ada Lik Giryadi). Saya kembali dikatakan, “Sae guritnya, Mas Aming.” Wah… saya jadi kian percaya diri. Jadi penyair, sekaligus bisa jadi penggurit.

Temu terakhir Pak Budi Darma, saat acara sastra Jawa di DKS, Balai Pemuda Surabaya. (lupa tanggal dan tahunnya). Sekaligus pengumuman pemenang lomba tulis cerpen. Saat itu ada: Widodo Basuki, Trinil, Suharmono K, Rohmad Djoko Prakosa, Budi Palopo, dan entah siapa lagi (lupa lagi). Saya datang sama istri, dan sempat minta foto bersama beliau. Dengan bahasa Jawa yang halus, beliau jawab, “Mangga-mangga Mas Aming.”

Pak Budi Darma, memang baik hati, santun, dan suka memberi semangat bagi sastrawan muda seperti saya. Semoga diampuni segala khilaf, dan diterima segala amalan beliau, serta dapat tempat layak di sisi Allah SWT. Aamiin YRA.

Mojokerto, 21/8/2021