Malam Sastra Kenang Radar Panca Dahana

Tulungagung-menaramadinah.com-Segenap penyair-budayawan Tulungagung beserta pegiat sastra lainnya mengadakan baca puisi untuk mengenang almarhum Sastrawan/budayawan Radar Panca Dahana di bale Setyo Hadi, Ketanon Kedungwaru Tulungagung tadi malam (Sabtu malam, 24/4).

Acara tersebut awalnya digagas oleh Iwan, pegiat sastra yang berasal dari Bandung Jabar. Setelah didiskusikan bersama Setyo Hadi dan Muslih, maka terwujudlah acara “Malam Sastra Tulungagung untuk Mengenang Radar Panca Dahana.”

Acara malam sastra tersebut dipandu oleh Muslih Marju yang juga seorang penyair. Diawali penampilan Iwan dengan membacakan sebuah cerpen karya Radar Panca Dahana. Setelah itu para penyair membaca puisi secara bergantian, antara lain Setyo Hadi, Budi Harsono, Sugeng Lesung, Wawan Susetya, Thoriq, dan Anang Prasetyo.
Acara tersebut dipuncaki ketika Dr. Dwi Cahyono (arkeolog dan dosen Sejarah UM) memberikan testimoni terhadap budayawan Radar Panca Dahana.

Dr. Dwi lalu membacakan tulisannya mengenai Pegunungan Wali Kukun yang memanjang dari kawasan Boyolangu-Sumbergempol-Kalidawir-Rejotangan.

Di pegunungan tersebut terdapat banyak petilasan sejarah dan gua yang dulunya dipakai untuk menjalankan ritual tapa brata, seperti Gua Pasir dan Gua Selamangleng yang pernah dijadikan sebagai tempat pertapaan Ratu Gayatri.
*(Wawan Susetya)*