
# STOP
Hampir tiap Minggu, kami jogging melewati jalan jalan sekitar Balai Kota Surabaya ini. Namun, datang kami tadi pagi bukan hari hari santai untuk cari keringat seperti biasanya. Kami berkumpul di depan Balai Kota Surabaya hanya ingin memprotes kebijakan Dinas Pendidikan yang tidak berpihak pada sekolah swasta.
Berbagai spanduk itu berisi antara lain ‘Murid Swasta Habis Sebab Kebijakan Yang Pincang’, Jangan Mainkan Guru Swasta, KUWALAT, Semoga Lekas Sembuh Ibu Tri Rismaharini. Kami Guru-guru Swasta Masih Membutuhkan Ibu, Kebijakan Dinas Pendidikan Mencela Mencle, Dewan Pendidikan Tidak Peduli Sekolah Swasta, Data Mitra Warga Tidak Tepat Sasaran, Surabaya Sebagai Barometer Pendidikan Hanya Isapan Jempol, dan masih ratusan slogan protes lainnya yang dibawa masing masing pendemo.
Dalam orasinya, para guru swasta menuntut Kepala Dispendik Ikhsan mundur. Sebab mereka menilai Ikhsan telah menghianati kesepakatan dengan para guru swasta.
Setelah beberapa menit bergantian berorasi tentang pokok pokok ‘kekecewaan’ para pengelola Lembaga Pendidikan Swasta selama ini, M. Ikhsan, Selaku Kadispendik Kota Surabaya muncul menemui para demonstran. Dengan gaya akuntan sluntumnya, lagi lagi Ikhsan obral ‘janji’ dengan mengatakan bahwa nanti sekolah yang bermasalah dengan penurunan jumlah siswanya, yang hanya memiliki siswa kurang dari 60 tetap diperjuangkan bakal menerima dana bantuan BOSDA sejumlah tahun sebelumnya agar bisa dipergunakan untuk operasional penyelenggaraan pendidikan di sekolah swasta.
Namun sayang, belum juga Ikhsan melanjutkan penjelasannya di depan para pendemo, salah satu perwakilan aksi mempertanyakan kebijakan pincang tentang jumlah pagu per timbel yang tidak konsisten tanpa mengajak musyawarah Swasta sambil disambung respon dengan teriakan “booooooo” dari kerumunan pendemo yang lain. Karena bukan kesana solusi yang diharapkan pihak Swasta
Karena tidak ada kesepakatan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan perwakilan aksi ditambah sahut sahutan “booooo” sejak Ikhsan mencoba menjelaskan didepan pendemo, maka Ikhsan akhirnya mengakhiri pertemuan saat itu tanpa pamitan, tiba tiba meninggalkan massa.
Dalam orasinya lanjutannya, para guru swasta menuntut Kepala Dispendik Ikhsan mundur. Sebab mereka menilai Ikhsan telah menghianati kesepakatan dengan para guru swasta.
Kalau sudah begini, pencitraan pengelolaan pendidikan di Surabaya yang selama ini dinilai paling bagus, paling oke, paling ideal ternyata omong kosong. Buktinya, salah menterjemahkan Permen tentang zonasi di Surabaya telah mencoret daftar Surabaya sebagai barometer Pendidikan Nasional.
Howwalaaahhhh, dulur dulur, ternyata tidak mudah ya menjadi pejabat yang harus mengambil kebijakan yang tepat dan menyentuh semua lapisan masyarakat yang ada. Iku jek wilayah Suroboyo, yopo ndahno ngopeni Indonesia. Monggo awak dewe melok mbantu sesuai porsi dan bidang kita masing masing. Do’a kan semoga masalah masalah yang sedang melanda di wilayah kami atau wilayah lain di negeri kita ini bisa terselesaikan dengan cara yang solutif. Aamiin.
Husnu Mufid
Koresponden MM.com