Mengenal Sejarah Pesantren Nderesmo Surabaya

 

Ada yg bilang SIDOSERMO atau SIDORESMO .
Namun nama asal dari kampung itu bernama NDRESMO . Berikut ini laporan Abdullah Kapirowo.

Perkampungan yang terletak di perbatasan antara Kecamatan Wonokromo dan Kecamatan Wonocolo, tepatnya di Jalan Sidosermo Dalam Surabaya, Jawa Timur, hampir seluruh daerah bahkan negara negara lain terlebih Timur Tengah banyak yang kenal desa itu.

Ya karena kebanyakan penduduk nya punya pesantren . ya ! jumlahnya sangat banyak . dan lagi para penduduk asli situ adalah dari keturunan baginda nabi MUHAMMAD SAW dari berbagai arah silsilah yg berbeda.

Ada dua jalur silsilah yang menghubungkan nasab penduduk Ndresmo ke-baginda Nabi Muhammad . yaitu dari keturunan Sayyid Abu Bakar Basyaiban dan sayyid adhmat khon ( bisa jadi ada yang lain dari kedua keturunan itu ).

Nama ” NDRESMO” itu bukan sebuah kebetulan saja, namun terdapat sejarah awal penamaan itu . dahulu sekali , setelah Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban dan kakaknya Sayyid ali ( keduanya adalah putra dari sayyid abdurrahman suami dari syarifah khodijah putri syarif hidayatullah, Sunan Gunung Jati ) berkelana dalam penyi’aran Islam, akhirnya beliau berdua menetap disuatu tempat.

Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban berakhir di Mojoagung hingga wafat beliau dan dikebumikan disana. Namun sebelum ke-Mojoagung beliau sudah mendirikan sebuah pesantren di Pasuruan yang hingga kini masih berdiri kokoh dan besar. Nama pesantren itu adalah SIDOGIRI .

Sedangkan kakaknya, Sayyid Ali Al-arif bin Abdurrahman Basyaiban menetap dan mengajar didaerah pasuruan yg terkenal dg sebutan SEGOROPURO. Beliau-pun wafat dan dikebumikan disana.

Disaat Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban masih memangku pesantren dipasuruan itu-lah, beliau berkeinginan lebih meluaskan syi’ar islamnya ke-daerah2 lain.

Beliau menyuruh putra putranya agar semakin giat dalam hal penyebaran islam diberbagai daerah . terdapat beberapa nama dari putra2 beliau yang tercatat diberbagai silsilah.

Diantaranya : Abdul Wahab, Hazam, Tsabit, Ali Akbar, Abdulloh, Abid, Hasan, Husein dan Muhammad Baqeer.

Para putra2 Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban itu banyak yang menyebar untuk melaksanakan keinginan ayah mereka untuk memperluas penyebaran Islam.

Tak terkecuali putra beliau yg bernama Sayyid Ali Akbar dalam masa pengembaraan, beliau ( Sayyid Ali Akbar ) bermunajat pada Allah agar diberi petunjuk dimana tempat atau daerah yang layak buat dirinya menetap  dan ternyata Allah SWT memberikan petunjukNYA.

Terlihat oleh Sayyid Ali Akbar ditengah2 munajatnya, sebuah cahaya yang terang yang mengarah kesuatu tempat yang kala itu masih sebuah hutan yang angker.

Menurut riwayat tidak ada satupun orang yang sanggup memasuki hutan itu. Orang banyak yang menyebutkan nama daerah itu dengan nama ‘ alas demungan.

Akhirnya Sayyid Ali Akbar melaporkan hal itu pada ayahandanya. mendengar penuturan putranya itu, Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban menyuruh Sayyid Ali Akbar agar membabat dan menakhlukkan hutan itu dan membangun tempat tinggal disitu.

Beberapa santri ayahnya dipesantren sidogiri di-ikut sertakan untuk membantu putranya mengemban tugas itu.

Singkat cerita, Sayyid Ali Akbar berhasil membabat dan menakhlukkan hutan itu . berbagai kendala dan cobaan alhamdulillah berhasil beliau lalui . setelah selesai. Beliau membangun satu rumah sederhana yang dihalaman depan-nya terdapat sebuah ‘ gutek’an ‘ atau istilah sekarang satu tempat yang disediakan untuk santri menetap.

Setelah selesai semuanya, tak lama ayahanda beliau datang untuk melihat hasil kerja putranya itu . cukup puas perasaan Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban melihat semua hasilnya, maka beliau berpesan pada putranya agar menetap disitu dan beliau menyuruh sebagian santrinya yang tadinya membantu Sayyid Ali Akbar akbar agar ikut menetap bersama putranya.

Sayyid Sulaiman memilih beberapa santri yg berjumlah 5 orang. Akhirnya Sayyid Sulaiman kembali kepasuruan dan meninggalkan 5 santri buat putranya, Ali Akbar.

Hari terus berganti . kehidupan Sayyid Ali Akbar penuh berisi dengan ibadah , ngaji dan pembenahan. Setiap tak ada kegiatan ngaji bagi para 5 santri tersebut,  mereka isi dengan muthola’ah ( belajar ) kitab2 yg telah diajarkan Sayyid Ali Akbar hingga suara mereka dalam hal membaca kitab terdengar oleh beliau.

Akhirnya beliau segera menghampiri para santri-nya itu . dihadapan para 5 santri itu beliau berkata :

” kang , tiap malam aku selalu mendengar kalian belajar bersama saling nderes ( membaca ) kitab yang telah aku ajarkan, maka ingat baik-baik. Sejak saat ini yang mulanya desa ini bernama ndemungan, maka aku ganti dengan nama NDRESMO,  sing nderes kabehe limo ( yang belajar lima orang ) . ” inggih kyai ” ( iya kyai ) jawab para 5 santri itu kompak .

Sejak itulah desa itu mulai dikenal orang dengan nama Ndresmo dan lama kelamaan ndresmo mulai berdatangan para murid Sayyid Ali Akbar yang ingin menimba ilmu dipesantren beliau ini.

Semakin ramai dan terkenal desa itu . dan hingga kini kampung ndresmo terkenal dengan sebutan ‘ Mekkah-nya tanah Jawa.’

Perlu diketahui, salah satu dari 5 santri Sayyid Ali Akbar tersebut adalah ‘ Ki Ageng Hasan Besari ‘ yang terkenal dengan Ki Kasan Besari Ponorogo . seorang ulama besar dan sangat terkenal hingga kini .

NDRESMO DIMASA PENJAJAHAN

Sudah sejak dulu atau tepatnya sejak zaman penjajahan desa itu selalu dikunjungi banyak orang. Bagaimanapun juga keamanan didesa itu terjamin sejak terikatnya perjanjian antara Sayyid Ali Akbar dan pemererintah kolonial belanda.

Lalu diperkuat lagi perjanjian Sayyid Iskandar (putra beliau). Jadi para tamu-tamu yang memasuki desa ndresmo dulunya itu bisa dipastikan ada 2 hal : yaitu niat belajar mengaji atau cari perlindungan dari kejaran para tentara Belanda.

Perjanjian antar Belanda dan kedua tokoh sentral Ndresmo itu sudah tertulis hingga sekarang konon tulisan perjanjian untuk menjadikan desa Ndresmo sebagai tempat yang di-istimewakan masih tersimpan rapi dinegara Belanda sana.

Desa itu memang membuat masalah dan mati kutu bagi para penjajah. Tak bisa berbuat banyak jika berurusan dengan penduduk desa itu dan itupun berlanjut hingga kepenjajahan Jepang. Sudah menjadi rahasia umum disaat penjajahan Belanda dan Jepang dulu, jika ada tentara yg berusaha melanggar perjanjian tersebut bisa dipastikan terkena musibah yang mengenaskan.

Bahkan jika ada tentara yang berusaha masuk kedesa itu banyak yang matanya tertutupi dengan sesuatu hal hingga keberadaan Ndresmo se-akan hilang tak berbekas ( baca dipostingan Sayyid Iskandar bin Sayyid Sulaiman ).

Ada banyak beberapa peninggalan kuno yang masih ada di desa Ndresmo. yaitu masih utuhnya rumah bekas kediaman Sayyid Ali Akbar hingga keputranya Sayyid Ali Ashghor yang kini rumah itu ditempati oleh K.H.Mas Mas’ud (almarhum ).

Lalu celana panjang yang biasa dipakai dalaman jubah milik Sayyid Ali Ashghor yang masih tetap utuh. Kemudian sumur yang dulunya biasa dipakai Sayyid Ali Akbar untuk memberi minuman para pejuang, hingga siapapun yang habis meminumnya secara fakta tak mempan oleh segala macam senjata para penjajah.

Sekarang keberadaan sumur itu ditutup karena pernah terjadi hal yang sangat menakjubkan.  Ada seseorang yang mencuci buah pepaya yang masih utuh disitu. Lalu setelah habis dicuci ternyata pepaya itu tak mempan dikuliti oleh pisau dan masih banyak lagi kejadian yang berhubungan dengan sumur itu hingga membuat orang yang meminumnya kebal akan segala senjata tajam ( fakta tak terbantahkan dan banyak saksi yang masih hidup hingga saat ini ) .

NDRESMO DIMASA tahun 1950 – 2009 .

Dimasa itu desa Ndresmo ibarat bunga yang segar dan indah. Dimasa itu pula makin banyak berdatangan para santri disetiap rumah-rumah anak cucu keturunan baginda Nabi Muhammad SAW didesa itu. Banyak tokoh-tokoh Kyai Ndresmo kala itu yang berwibawa dan kharismatik. Baik kyai ndremo yg menetap didesa itu, ataupun Kyai Ndresmo ( ahli ndresmo ) yang berada dikota-kota lain seperti Pasuruan dll  atau baik Kyai Ndresmo dari fam ( Anak Cucu ) Basyaiban atau fam ( anak Cucu ) Adhamat Khan atau fFm lainnya.

Para sesepuh dulu dengan tindakan nyata memberikan contoh terhadap keturunan mereka kelak, agar senantiasa mementingkan ilmu agama daripada duniawi. Juga pentingnya berserah diri pada Allah SWT disaat kondisi apapun.

Membiasakan diri utuk selalu meng-khatamkan Al Qur’an minimal 3 hari sekali .embiasakan diri agar tak tidur malam untuk memuji Allah hingga pagi.

Semua itu masih terlaksana hingga saat ini . maka jangan heran jika kita melihat dirumah-rumah keturunan baginda nabi di-Ndresmo jika malam jarang yang tidur. Ada yang dimasjid ‘Ali Akbar’ dan ada yang dirumah membaca Al Qur’an, ada yang memimpin para santrinya untuk istighotsah, ada yang ngelalar pelajaran agama . namun jika siang hari jarang yang keluar rumah ( ingat , bukan rumah para pendatang lo ).

Terdapat nama-nama para kyai yang bisa mempertahankan kewibawaan ndresmo dari dulu hingga saat ini yaitu Kyai Mujahid, Kyai Mansur bin Thoha, Kyai Muhibbin, Kyai Baqer, Kyai Abdul Qadir, Kyai Yahya, Kyai Thoha, Kyai Ahmad dan kyai kyai lainnya.

Kini  Ndresmo masih tetap sebuah desa yang sangat religius sekali. Makin banyak kegiatan saadah ( para sayyid ) dimasa modern ini. Tak seperti sesepuh Ndresmo hadapi, yang berupa para penjajahan dan peristiwa keganasan PKI yang penuh dengan kekerasan, maka para Saadah sekarang menghadapi sesuatu yang complicated, baik dalam kehidupan bermasyarakat yang lain denga yang dulu.

Karena para pendatang baru makin banyak. Apalagi teknologi yang maju pesat dan zaman telah banyak berubah. Tapi alhamdulillah tak bisa merubah ke-religiusan Ndresmo itu.

Meski “Ndremo” desa yang sangat kecil tapi terdapat puluhan pesantren disitu, meski rata-rata santrinya cuma sedikit. Terhitung hanya 2 pesantren yang bisa dikatakan besar di Ndresmo itu yaitu Ponpes Annajiyah dan Ponpes At-Tauhid . dan inilah nama pesantren di desa Ndremo yang memang sudah punya nama :

1 . Pondok Pesantren An-Najiyah ( pim. KH.Mas Yusuf Muhajir, diponpes barat )
2 . Pondok Pesantren An-Najiyah ( pim. KH.Mas Abdullah Muhajir , diponpes timur )
3 . Pondok Pesantren Islam At – Tauhid ( pim. KH.Mansyur Tholhah )
5 . Yanaabi’ul-ulum ( pim. KH.Mas Khotib )
6 . Pondok Pesantren Islam Al-Haqiqi Al-Falahi Joyonegoro “. ( pim. KH.Mas Lukman abdul qadir )
7 . Al-wasilah ( pim. KH. Anshor Muhajir )
8 . Pondok Pesantren pim. KH.Mas Khalim dan K.Mas Abdul Qadir
9 . Pondok Pesantren pim. K.Mas Faqor
10. Pondok Pesantren pim. Nyai Hj. Mas Farohah
11. Al-irsyad ( pim. Nyai Hj. Mas Afifah binti KH.Mas Nur Rosul )
12. Pondok Pesantren pim. Nyai Mas Luthfa binti KH.Mas Abu Dzarin