
Oleh : Hilmi Saputra.
Zaman sudah berubah, Masa telah berganti. Masihkan kita hanya menyerahkan perkembangan kepribadian dan pembekalan kompetensi anak anak ke lembaga Pendidikan Formal saja? Maaf kawan, eman!! Kita semua memiliki potensi lebih dari sekedar menyerah, kawan!
Dalam sebuah keluarga, sebagai Orangtua baiknya kita bisa mendesain ‘Kurikulum Keluarga’ sendiri, agar masing masing keluarga kita mampu melahirkan generasi generasi Level A. Dambaan kita sama, memiliki anak-anak yang Unggul, Utuh dan Berakhkaqul Karimah.
Langkah kecil yang bisa kita coba adalah mendesain Kurikulum Keluarga dan terus memodifikasinya. Kurikulumnya jangan berat berat, cukup kurikulum keluarga yang feasible. Feasible itu maksudnya yang terjangkau, mudah dilakukan dan yang tidak membebani. Setidaknya komposisinya ada 3 komponen,
1. Pembiasaan.
2. Tanggungjawab.
3. Sikap.
Kita sepakat, bahwa setiap anak adalah PENIRU peniru yang hebat. Apapun yg kita lakukan biasanya langsung di copy paste oleh anak anak. Kebiasaan kita bangun pagi, kebiasaan kita baca do’a, baca koran, kebiasaan kita berbicara dengan nada rendah atau ‘nge gas’, kebiasaan kita mengambil dan meletakkan barang atau apapun yang dilakukan Orangtua semua mudah terrekam kuat dalam otak anak. Jadi, lakukan pembiasaan pembiasaan positif dilingkungan rumah. Agar file yang terekam dalam mind set anak, sedemikian.
Banyak tugas tugas kecil yang bisa kita latihkan kepada anak anak agar terbiasa ingat tanggung jawabnya. Setelah makan ada pesan pesan ringan untuk dipertanggungjawabkan, sepulang sekolah/keluar rumah ada pesan nilai yang bisa dipertanggung jawabkan. Dan maaih banyak lagi hal hal kecil lainnya. Tanggungjawab anak tentu berbeda porsinya dengan tanggungjawab Orangtua
“Akhlaq is First”, Sikap anak adalah Akhlaq anak. Ingat, ketika semua sudah diawali dengan Akhlaq yang baik, maka segala perilaku akan menjadi mudah. Disinilah makanya, cara dan gaya berbicara anak tidak bisa kita biarkan total. Sesekali sisipkan pesan yang baik agar begini atau begitu. Sikap anak saat menerima dan menolak tawaran/ajakan Orangtua juga jangan dibiarkan mengalir semuanya. Jika semakin sering seorang anak memberikan penolakan, maka sesekali sempatkan untuk komunikasi yang baik dengan memberikan pemahaman atau nasehat agar baiknya bagaimana, tentu Orangtua yang bijaksana bisa mempengaruhinya.
Pendek kata, Kurikulum keluarga itu tidak sama dengan kurikulum pendidikan formal yang menuntut banyak laporan serta bukti fisik. Hasilnya pun harus dilaporkan dalam bentuk digit angka yang belum tentu mendeskripsikan kemampuannya. Tetapi Kurikulum Keluarga hanya butuh ketelatenan mengamati, mengarahkan dan memperkuat kepribadian yang sudah ada pada anak anak. Sehingga, anak tumbuh dan berkembang sesuai jadwal fase perkembangannya.
Tantangan terberat untuk mengaplikasikan kurikulum keluarga ada pada perkembangan Informasi dan Teknologi. Tetapi, mau diapa apakan, itulah realitanya. Teknologi informasi sudah menjadi bagian dari kehidupan anak anak kita yang lahir dikisaran tahun 2000 ke belakang. Bahkan separuh nyawanya anak anak kita sepertinya tersangkut diatas perkembangan Informasi dan Teknologi masa kini.
Ilustrasinya sederhana, sekali mereka terpelanting akan sulit mengembalikan persis seperti posisi awalnya, sebab internet dan seluruh varian yang ditimbulkan olehnya menawarkan bisikan halusinasi agar siapapun yang menikmatinya diajak terus berselancar sejauh jauhnya hingga lupa diri, dan tiba tiba terhentak saat jalan yg dilaluinya telah hilang jejaknya. Tengok kanan kiri bingung arah kemana, seolah sedang berada di sekian banyak kerumunan orang yang masing masing asyik melakukan aktifitasnya sendiri sendiri. Maunya putar balik kearah semula, namun lagi-lagi kebingungan darimana tadi arahnya? Malah justru jadi linglung, toleh kanan kiri sebentar, lalu nampak jelas dalam pandangannya ada orang yang dilihatnya lagi asyik, ada yang seru seruan, bercanda, bernyanyi, minum minuman, asusila, bahagia, sedih, marah marah, tertawa tawa dan situasi lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Ketika sudah berada pada titik ini, Anak anak kita tinggal memilih, akan mengikuti keadaan yang mana? Ketika Orangtua lepas kontrol, jalan baru pasti akan mereka temukan, dan arahan Orangtuanya agar melewati jalan yang sebaiknya dilalui sedikit demi sedikit terabaikan. Anak kita pelan pelan mulai menikmati statusnya sebagai bagian dari ‘anak lingkungan’. Bilamana kondisinya seperti ini terus terbiarkan, situasinya justru akan berbalik arah, Orangtua akan merasa bingung berganda. Sebab segala sesuatunya sudah terlambat, sangat terlambat. Anak anak sudah jauh meninggalkan langkahnya. Radius pengembaraanya melampaui batasan angan angan orangtuanya. Mereka benar benar terseret dalam lingkungan barunya. Kalau sudah sedemikian apa hendak dikata. Orangtua hanya bisa pasrah, memohon kepada Allah SWT agar yang terbaik untuk anak anaknya. Meruginya, disitulah peran Orangtua sudah tidak ada.
Begitulah gambaran dahsyatnya hempasan angin zaman ‘now’ yang mustahil terhindarkan dari dunia ‘kedua’ anak anak kita. Suka tidak suka, mau tidak mau, takut atau khawatir pun gelombang tantangan itu akan terus mengalir deras yang mungkin akan semakin masif, tak ada siapapun yang bisa mengendalikannya.
Pilihannya hanya 1 hanyut dalam setiap perubahan atau mampu beradaptasi dengan fasilitas abad 21, internet, medsos, perkembangan budaya dan kemudahan kemudahan lainnya.
Mereka langsung dihadapkan pada opsi menerimanya sebagai kebutuhan atau meresponnya sebagai sebuah keinginan. Jika benar benar sesuai kebutuhan, tentu dapat mengontrol segala tipu daya serta keinginan semata.
Konsep desain kurikulum keluarga sepertinya dipandang banyak kalangan Orangtua sesuatu barang remeh. Namun demikian jika dapat dikelola dengan baik manfaatnya sungguh luar biasa. Bagi yang belum pernah terbersit dalam pikirannya, bolehlah mulai mencoba membuatnya. Pure, kurikulum keluarga maha karya seorang Orangtua. Sungguh tidak hanya sekedar hebat saja, akan tetapi sekaligus luar biasa.
Selamat berkreativitas,
Di masa pandemi seperti inipun, marilah sebisa mungkin kita mencari inspirasi untuk dapat menginspirasi yang lainnya.
Tetap 3 M+1K, Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak plus hindari Kerumunan. Semoga sehat selalu, terselamatkan dari berbagai macam sakit, penyakit.