Oleh : Hilmi Saputra.
Salam sehat selalu,
Semoga wabah Pandemi covid 19 ini segera berlalu dari tanah air Indonesia dan di seluruh permukaan bumi di dunia.
Wahai kawan kawan Orangtua,
Bagaimana kabar Anda semuanya?
Saya berharap semoga selalu sehat wal afiat dan bahagia selalu. Meskipun, banyak juga yang bahagia bahagianya terpaksa. Tak apalah, banyaknya tekanan dan kurang beruntungnya kita dalam situasi yang serba tidak menentu seperti ini.
Sambil rileks, Ayo kita ngobrol tipis tipis tentang peran kita dalam keluarga sebentar saja yuk? Barangkali ada selipan inspirasi yg berguna.
Apakah anak anak suka bohong? Apakah bohongnya dilakukan hampir setiap hari?
Apakah anak anak suka susah dinasehati, bahkan cenderung melawan dengan sikap yang kurang sopan?
Apakah anak anak dirumah bisa menyapu lantai dan menjaga kebersihan kamar tidurnya? Bisa nyuci piring, gelas dan sendok?
Apakah anak anak dirumah waktu PJJ daring on line tidak serius? Atau justru malah banyak mainan on line?
Apakah perkembangan akademik dan semangat anak anak selama Pandemi belajar on line nya menurun? Hasil PAS nya kurang memuaskan? Banyak MaPel Remidi?
Apakah anak anak meniru sikap dan perilaku SALAH dari kita sebagai orangtuanya?
Baik, kira kira sudah sejauh mana, peran dan fungsi kita sebagai Orangtua (Ayah/Bunda, Papa/Mama, Papi/Mami, Bapak/Ibu, Pak e/Mak e, berdampak positif terhadap pembekalan keilmuan dan kecakapan hidup pada anak anak?
(Maaf) Jangan jangan kita cuma sebatas mencari uang, memberi makan dan membiarkan anak anak menjadi besar serta tumbuh sebagai ‘anak lingkungan’. Maksudnya, asal kebutuhan dasar yg nampak pada anak seolah sudah kita penuhi, dan itu kita anggap sumbangsih terbaik kita sebagai orangtuanya, yang melahirkannya dan merawatnya dan membesarkannya?
Artinya, bisa jadi 90% perkembangan fisik dan psikologi serta kecakapan hidup anak kita lebih menonjol diwarnai oleh lingkungan sekitar, dibanding didikan kita terhadap mereka?
Padahal jika masing masing kita sebagai Orangtua punya tambahan “kurikulum keluarga” yang setidaknya bisa dijadikan sebagai pelengkap kurikulum di sekolahnya, saya yakin upaya pembekalan keilmuan dan pengalaman hidupnya akan berjalan dinamis mengikuti penyesuaian perkembangan abad modern.
Tidak mustahil, masing masing keluarga akan memiliki anak anak yang kualitasnya level A+ yang kompeten baik dalam soft skill maupun hard skill nya. Jika sudah terarah sedemikian, kepadatan dan banyaknya populasi penduduk di Negeri ini dapat berubah menjadi ‘power’ kekuatan tersendiri, tidak menjadi beban bahkan blunder bagi Negeri ini.
Wahai para Orangtuanya anak anak,
Kita sadar yuk, (maaf) bikin anak (reproduksi) itu gampang dan (maaf) aktifitas yang menyenangkan, karena ada unsur rasa enak, enjoy dan klimaks.
Namun, setelah ENAK enakan tadi, fase berikutnya menjadi ANAK. Disitulah kita jangan lupa, bahwa sesungguhnya Anak awalnya dari rasa Enak. Apakah kita akan enak anakan terus setalah menjadi anak? Jangan! Sebab itu berarti kita hanya menuruti nafsu dan lupa nikmat, atau bahkan mungkin (bisa) dikatakan kurang bertanggung jawab.
Tips sederhana dari saya, agar anak anak kita menjadi bagian dari generasi abad 21 yang keren, tangguh Iman dan Ilmunya serta humanis.
1. Miliki kurikulum keluarga yang feasible.
2. Ajarkan literasi dasar tentang kecakapan
hidup sehari hari.
3. Bimbing dan Bekali dengan Kompetensi.
4. Tanamkan Nilai Karakter Nasional Religius.
5. Siaplah jadi Role Model terbaik bagi mereka.
note:
(Mungkin masih bersambung)