
Oleh : Yahya Aziz
Semasa belajar di K M I dulu era 1985, ada pelajaran menghafal ayat ayat tematis pilihan. Di antaranya yang saya ingat dulu adalah surat alhujurot ayat 10-12, yakni ayat tentang etika, rumus membangun peradaban dan menjaga persahabatan antar sesama manusia dengan mengembangkan sikap berbaik sangka (khusnuddon). (QS. Alhujorot : 10).
Bagaimana cara memelihara persaudaraan dan perdamaian ? Ayat berikutnya atau ayat ke 11 memberikan formula dan bimbingan moral yang sangat aplikatif bagi orang yang mengaku beriman.
1. Jangan mengolok olok suatu kaum.
2. Jangan mencaci golongan lain.
3. Jangan memanggil dengan panggilan yang melecehkan
4. Jika Anda lakukan terus menerus, Anda gak berhenti dan tidak mau bertobat. Anda termasuk orang dzalim. (QS 49: 11)
Ayat di atas begitu jelas dan sulit ditolak kebenarannya oleh akal sehat dan hati yang jernih bagi siapapun yang hendak menciptakan persahabatan yang tulus.
Banyak persahabatan rusak dan kekacauan sosial terjadi karena sebagian kita lebih memilih untuk berbicara sambil menebar racun ketimbang berbagi tutur kata yang baik demi menjaga suasana damai dalam persahabatan.
Allah memperingatkan jika ada orang yang suka menjelekkan orang lain, bisa jadi justru yang bersangkutan tanpa sadar telah menunjukkan kejelekan dirinya.
Secara psikologis orang yang demikian tergolong tidak sehat mentalnya. Selalu mencari kekurangannya bukan belajar dari kelebihannnya.
Pada ayat 12, Allah memberi pencerahan agar iman seseorang tidak rusak janganlah senang menilai orang lain hanya berdasarkan dugaan. Itulah GHBAH….
Pertanyaan yang muncul mengapa berbuat ghibah dianalogikan oleh Allah dengan memakan bangkai teman sendiri ? Jawabannya : karena orang yang dicaci dari belakang…… yang jadi obyek ghibah…. sama halnya dengan mayat, tidak punya peluang untuk menjelaskan dan membela diri. Saking buruknya perbuatan ghibah sampai Alquran menggunakan peringatan keras yaitu bagaikan makan daging bangkai teman sendiri.
Dalam analisa ilmu sosial, tindakan demikian sering dinamakan pembunuhan karakter berupa fitnah keji.
Sedangkan dari analisis psikologi orang yang senang melihat kekurangan orang lain dan selalu bersangka buruk maka dunianya akan menyempit dan suram.
EXPRESI WAJAH SESEORANG ADALAH CERMIN KEPRIBADIAN NYA.
Momentum Ramadhan 1441 H /2020, adalah melatih untuk mengunci mulut kita untuk tidak buruk sangka kepada siapapun. Kita harus BERPIKIR POSITIF. Sebab salah satu tanda dari hati yang sakit adalah Selalu buruk sangka terhadap orang lain.
CERDAS MENILAI ORANG, BODOH MENILAI DIRI SENDIRI…
Semoga dengan Romadon di tengah musibah CORONA ini, dapat menjadi TRAINING SPRITUAL untuk INSTROSPEKSI DIRI SENDIRI…. Tidak mudah mencaci orang lain…
Barakallah…
Y A : penulis buku buku kehidupan