Jember- menaramadinah.com-Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan, Mad Satuki, menegaskan pihaknya menerima semua bantuan dari pihak mana pun. Tapi dengan syarat.
“Syaratnya, petani kami tidak boleh dipungli,” tegasnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis, 12 Maret 2020.
Satuki mengaku sangat senang bila petani Jember mendapatkan bantuan dari pihak mana pun.
Karena itu, ia kaget dan heran karena ada pihak yang menyebut Kabupaten Jember menolak bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) bantuan dari DPR RI.
“Yang menolak itu siapa? Saya ingin tahu, siapa yang menolak itu. Kalau tidak ada yang menolak, lalu bilang menolak itu kan bikin repot. Saya tidak pernah menolak,” tandasnya.
Tuduhan itu pun membuatnya teringat ketika awal menjabat sebagai kepala dinas pernah didatangi seseorang yang mengaku sebagi staf ahli anggota DPR RI.
Orang ini menyampaikan ada program bantuan untuk petani. Pria itu pun menjelaskan syarat-syarat untuk mendapat bantuan.
Mengaca pada tahun-tahun sebelumnya, Mat Satuki mengungkapkan agar bantuan tersebut tidak hanya dinikmati oleh petani yang telah mendapatkan bantuan.
“Kami ingin bisa gantian. Pemerataan agar bantuan benar-benar dimanfaatkan,” jelasnya.
Karena itu, teknis pemberian bantuan tersebut harus jelas. “Jangan dipilih pilih sesuai keinginan, karena data ada pada kami,” ungkapnya.
Kepada orang yang mengaku staf ahli anggota DPR RI itu, Mad Satuki juga menekankan agar bantuan tanpa ada pungli.
Sebab, sebelumnya ada petani yang mengeluh karena harus membayar sampai Rp. 10 juta untuk mendapatkan bantuan handtracktor, yang harga di toko sebesar Rp. 20 juta.
“Bantuan kok bayar,” kata Satuki dengan nada tinggi.
Pengalaman pahit petani itu yang kemudian membuatnya berpesan kepada orang yang mengaku staf ahli DPR RI tersebut agar tidak terjadi pungutan liar untuk bantuan tersebut.
Kemudian datang orang kedua yang mengaku rekanan yang akan menyalurkan bantuan alsintan. Orang ini menjelaskan cara penyaluran bantuan.
Selain itu, orang tersebut menyatakan telah menyiapkan fee dengan persentase tertentu dari nilai harga barang bantuan.
“Lho, malah ngomong persen. Saya tidak ngomong soal itu. Soal teknisnya bagaimana. Tidak usah satu rupiah pun ke saya. Saya sudah digaji oleh negara. Jaman begini kok masih ngomong itu. Apa ingin masuk bui,” ujarnya.
Mendengar hal itu, Satuki mengaku memberikan peringatan agar tidak mempermainkan petani Jember hanya untuk memperkara diri sendiri.
Setelah sekitar dua bulan tidak berkomunikasi dan bertemu dengan kedua orang itu, tiba-tiba ada pihak yang menyebut Jember menolak bantuan alsintan.
“Terserah mau bilang apa. Kami tidak menolak. Tapi, caranya ini. Yang jelas, petani kami tidak boleh dipungli. Kami juga tidak ada pungli-punglian,” pungkasnya.( Hrl/Bas)