Semarak Malam Puncak Haul Ki Darsono di Ponpes Karangsawo Paciran Lamongan

Puncak Peringatan Haul Ki Darsono

Lamongan-menaramadinah.com-Malam peringatan haul Ki Darsono (Panembahan Tubagus Anom) digelar di PP. Karangsawo Paciran tanggal 21 September 2018.

Puncak acara diisi dengan ceramah agama Islam yang didahului dengan santunan 50 anak yatim-piatu. Ceramah agama Islam diisi oleh dua da’i yang kompeten. Ceramah agama yang pertama diisi oleh KH. Taufiq Abdul Jalil dari Tebuireng Jombang.

Beliau menyampaikan bahwa sebenarnya pesta Maulid Nabi Muhammad SAW itu seperti peringatan haul para waliyullah dengan memperingati haul diharapkan kita memperoleh suri tauladan yang baik dari yang dihauli. Ada sebuah cerita menjelang wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Para sahabat jatuh pingsan setelah menangkap isyarat wafatnya Nabi. Saat menjelang wafat Nabi didatangi Malaikat Izroil. Setelah mengetahui fasilitas yang akan didapat untuk beliau, Nabi malah menanyakan jaminan untuk ummatnya. Gus Taufiq menyampaikan hendaknya kita jangan melupakan Tuhan melebihi 2 menit, demikian beliau dipesan oleh guru beliau.
Nabi Muhammad SAW protes kepada Malaikat Izrail karena sakitnya sakaratul maut.
Nabi Muhammad SAW bisa menunda kematian seperti Nabi Ibrahim As. Ada kisah Nabi Idris melakukan protes kepada Malaikat Izroil karena tidak dikabari sebelumnya tentang datangnya sakaratul maut.
Nabi muhammad SAW meminta kepada malaikat agar ummatnya yang ahli ibadah tidak merasakan sakit saat sakaratul maut.
Kita harus bersyukur karena Nabi Muhammad SAW masih peduli dengan kita sebagai ummatnya.
Gus Taufiq mengisahkan
KH. Wahab Ismail Jombang saat sakaratul maut minta ditemui KH. Fattah untuk mendengarkan beliau mengucapkan kalimat tauhid menjelang wafat. Gus Taufiq mengisahkan pengalaman spiritualnya saat riyadhoh sholat taubat, setelah itu tubuh beliau bergetar hebat.
Guru beliau menyampaikan bahwa beliau kurang bertaubat. Nabi saja beristighfar dalam sehari minimal 100x. Ki Darsono dalam hidup beliau ahli taubat dan ibadah. Semoga kita dapat meniru beliau. Ceramah agama yang kedua disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, Pengasuh PP. Sunan Drajat Paciran.

Beliau menyampaikan saat ini beliau telah berusia 70 tahun dan telah memiliki anak 9, dan cucu sebanyak 19. Namun beliau tetap bersemangat mengembangkan pesantren peninggalan Walisongo.
Beliau menuturkan bahwa Walisongo itu banyak meninggalkan tumbuhan mengkudu (sawo). Cocok dengan nama pesantren ini Karangsawo.
Mayoritas muslim berada di Lamongan, dan mayoritas berada di kecamatan Paciran,
semoga nantinya banyak yang masuk surga. Aamiin.
Warga Muhammadiyah dan NU di Paciran bisa rukun. Mari kita persiapkan diri untuk menghadapi kematian. Sebab kualitas di surga tergantung amal kita di dunia. Beliau menyampaikan 3 resep mulia di surga yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak sholih yang mendoakan orang-tuanya. Beliau mengisahkan bahwa gelar Profesor Doktor itu didorong oleh Gus Dur untuk meraihnya dengan kuliah di Amerika. Beliau memperoleh gelar profesor karena meneliti kandungan buah mengkudu yang sangat bermanfaat.
Dulu beliau bergabung dengan partai politik yang berkuasa untuk mengembangkan Ponpes. Dalam ceramahnya di malam itu beliau berpesan kepada para hadirin untuk jangan mengkonsumsi ayam potong karena tidak baik untuk kesehatan.

Beliau menyarankan agar jamaah banyak makan mengkudu agar panjang umur/usia. Beliau menganjurkan agar kita membaca Al-Fatihah sebab itu manjur sekali. Apalagi dilanjutkan kita
minta ampun setelah baca Al-Fatihah itu sangat manjur.
Guru beliau, Kyai Juwaimi Kediri ijazah dari KH. Hasyim Asy’ari Jombang mengajarkan tentang thoriqoh fatihah. Beliau menyampaikan bahwa dzikir tahlil laillahaillah itu besar fadhilahnya. Tak lupa beliau juga memberikan resep kaya raya seperti beliau yaitu : doa alaa dzikrullahi akbar. Membaca lafadz Allah 66x lalu berdoa sesuai hajat. Acara ditutup oleh beliau dengan memanjatkan doa dengan bahasa Jawa. Dilanjutkan dengan doa penutup oleh KH. Abdul Ghoni, S.Pd.I dihadapan 4000 orang jamaah.

Farid

Koresponden MM.com