Cak Firman sebut organisasi hanya alat, bukan tujuan

Akhir-akhir ini marak fenomena orang mengalami fanatisme buta terhadap ormas tempat dia beraktivitas (ta’ashub).

Terkait dengan hal tersebut, Bendahara Umum IKA PMII Jawa Timur, Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman mengharapkan kader seluruh Ormas di Indonesia tidak menjadikan ikatan ‘ashabiyah (ikatan antar sesama kader Ormas tertentu) berada di atas segalanya, di atas kebenaran dan keadilan, di atas ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah.

Menurut Cak Firman, bangsa kita tidak mengenal semboyan right or wrong is my country, my nation, my madzhab, my party, my jamaah, my Ormas dan lainnya. Dalam berindonesia yang benar, tidak ada slogan, “mau benar atau salah, yang penting negara saya, bangsa saya, mazhab saya, partai saya, jamaah saya, kelompok saya, guru saya, dan lainnya.

Sikap ‘ashabiyah (fanatisme kelompok secara berlebihan) itu harus ditinggalkan oleh seluruh aktivis. Kalau sikap tersebut tidak ditinggalkan, berikutnya akan menyebabkan berbagai persoalan besar di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

‘Ashabiyah (fanatisme buta terhadap kelompok) bisa membuat orang menolak kebenaran, merendahkan orang atau pihak lain. Bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa, bahkan ‘ashabiyah itu bisa menyebabkan orang atau kelompok mempersekusi orang lain atau kelompok lain. Bahkan lebih dari itu, ‘ashabiyah bisa membuat kelompok bahkan bangsa saling berperang dan saling bunuh tanpa alasan yang dibenarkan. Maka ‘ashabiyah menuntun kepada revitalisasi jiwa jahiliyah.

“Kesetiaan dan solidaritas tertinggi kita pada kebenaran dan keadilan, bukan pada ikatan ormas atau parpol. Jangan sampai tokoh atau pejabat korup dibela mati-matian karena seormas dengan kita. Di sisi lain tokoh atau pejabat bersih kita benci setengah mati hanya karena beda ormas dengan kita. Mau jadi apa bangsa ini?” sergah Koordinator Sahabat Mahfud MD Jatim ini.

“Kita bersyukur jika ormas kita melahirkan tokoh yang bersih, berwibawa, cerdas dan pemberani. Tapi jika ternyata tokoh bersih dan jujur itu munculnya justeru dari ormas lain, ya kita jangan merasa gengsi untuk mengakui bahkan mendukungnya. Kader ormas kita sendiri kalau bathil ya tidak perlu dibela, itu prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang terdiri dari banyak golongan ini” lanjut mantan pengurus ISNU ini.

“Saya merasa malu terhadap diri sendiri jika ada senior ormas korup, yunior ormas membela mati-matian. Jika ada senior ormas lain bersih dan jujur, dibuli dan dibenci setengah mati” ucap alumni IPNU Pamekasan ini.

“Contohnya saya sendiri, sebagai kader PMII saya tidak alergi terhadap tokoh-tokoh GMNI, GMKI, PMKRI dan HMI yang bersih, jujur dan ketokohannya jelas. Namun saya alergi terhadap sesama kader PMII yang korup, selfish, memalukan PMII dengan segala tingkah-polahnya misalkan. Saya sudah keluar dari zona fanatisme buta itu, tegaknya kebenaran dan keadilan adalah tujuan perjuangan kita semua” pungkas Keponakan Menkopolhukam Mahfud MD ini. Susilo Herpan