KENANGAN SAYA TENTANG ARIEF SANTOSA
Innalilahi waina ilaihi rojiun. Kaget dan sedih. Begitu mendarat di Mamuju Sulawesi Barat, saya aktifkan kembali HP, Grup WA Cowas Jepe (Konco Lawas Jawa Pos), banjir ungkapan belasungkawa. Sahabat yang juga senior saya saat masih bekerja di Jawa Pos Mas Arief Santos telah tiada siang tadi (Rabu, 13 November 2019) setelah selama beberapa pekan dirawat intensif di RS Graha Amerta Surabaya.
Sepanjang kenal sejak tahun 1997, Almarhum adalah sosok yang baik, bahkan sangat baik. Family man, pekerja keras, sabar, dan banyak kenangan baik lain. Wajar temannya banyak dan semua teman, seperti halnya saya, sangat kehilangan mendengar kabar ini.
Dengan Mas Arief Santosa, demikian saya memanggil Almarhum, saya dekat. Bukan saja sebagai yunior di Redaksi Jawa Pos, tetapi juga seperti saudara dan seorang kakak yang sering menasihati. Almarhum adalah tetangga depan rumah. Bukan sekadar tetangga juga, tetapi lebih dari itu, Arief Santosa adalah yang membantu mencarikan rumah kontrakan saya setelah menikah pada tahun 1999. Awalnya usai menikah, saya PP Pasuruan-Surabaya naik Bison. Karena ditegur Bos, Pak Dahlan Iskan, akhirnya saya mencari rumah kontrakan. Persis di depan rumah Mas Arief Santosa itulah rumah kontrakan saya. Dan hingga akhir hayatnya, Mas Arief tetap tinggal di rumah tersebut dan rumah itu kemudian menjadi rumah duka: Perumahan Permata Megah Asri, Buduran Sidoarjo.
Saat bertetangga ini, banyak sekali kebaikan Almarhum dan istri beliau Mbak Dewi Ratna Nengati kepada kami sekeluarga. Saya sering nebeng boncengan Mas Arief Santosa kalau ke kantor. Juga saat Almarhum memiliki mobil pertama Toyota Starlet? (lupa), saya sekeluarga pernah diajak jalan-jalan bersama. Alhamdulillah, hubungan kami sekeluarga tetap baik sampai saat ini.
Siapapun yang mengenal Arief Santosa pasti kehilangan. Termasuk Pak Dahlan Iskan yang tadi sore langsung mengabari saya bahwa dia sedang di rumah duka. Para pekerja seni di Surabaya juga sangat kehilangan Almarhum, karena sepanjang karirnya di Jawa Pos, Almarhum adalah pengampuh halaman Budaya, termasuk cerpen dan resensi buku di hari Minggu.
Setelah saya tidak bekerja di Jawa Pos, Alhamdulillah silaturahmi tetap terjaga. Beberapa kali bertemu. Pertemuan yang paling mengesankan tentu saja saat kami bertemu tidak sengaja saat sama-sama menjalankan Ibadah Haji tahun 2010. Mas Arief Santosa termasuk yang saya batin ketika saya berhaji. “Ya Allah semoga bisa bertemu teman-teman saya yang juga berhaji tahun ini,” kata saya.
Dan benar saja, di tengah jutaan jamaah haji, saat jalan-jalan di mall saya bertemu Mas Arief Santosa Foto di bawah ini adalah foto kami saat bertemu di mall di dekat Masjidil Haram. Selain dengan Mas Arief, saya juga bertemu tidak sengaja dengan teman Jawa Pos lain yang juga sedang berhaji Mas Taufik Teguh Setyawan.
Kenangan tentang kebaikan Arief Santosa tidak akan habis untuk diceritakan. Rest in peace Mas, inshaAllah panjenengan husnul khotimah. Aamiin YRA.
Kota Mamuju, 13 November 2019