Perahu Baja Peninggalan Belanda Dievakuasi di Sungai Lamongan

Mengungkap Sejarah Dan Misteri Temuan Perahu Peninggalan Belanda Di Lamonga

 

Surabaya. Menaramadinah.com. Perahu baja yang tenggelam didalam lumpur Bengawan Solo di Desa Mertani, kini sah milik Pemkab Lamongan.

Rangkaian ekskavasi perahu yang terbuat dari besi baja peninggalan pemerintah Hindia Belanda, yang ditemukan M Ammam tanggal 7 Oktober 2019 menyedot perhatian semua kalangan. Dari kalangan rakyat jelata, pihak pemerintah, pecinta budaya maupun dinas yang terkait. Ocehan omongan yang seenaknya sempat berkembang, baik obrolan seenaknya, obrolan ilmiah ataupun yang berbumbu mistis.

 

Akhirnya Rabu pagi (6/11) satu perahu berhasil diangkat, berkat bantuan tanpa pamrih warga Mertani. Pengangkatan perahu tersebut dalam pengawasan team BPCB Kemendikbud Jatim didampingi dinas terkait.

Siangnya dengan bantuan 2 Jeep Lamongan Offroad Community (LOC), berhasil dibawa ke atas . ” Perahu itu sebenarnya mau ditarik deng crane tapi nggak bisa. Alat berat yang lain juga tidak bisa karena medan jalannya terlalu sempit “, kata Aan Yulianto ketua LOC usai menyeret perahu tersebut.

Wartawan Posmo mengikuti proses menaikkan perahu ke truk guna dibawa ke kantor Disparbud Lamongan, dikomando langsung Kapolsek Karang Geneng Iptu Sunaryono didampingi Danramil Lettu Dulkholik beserta bawahannya.

” ini adalah bukti yang menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang “, ujar direktur Utama Pelestarian Cagar Budaya Masyarakat (PCBM) Fitrah Arda, saat serah terima perahu baja peninggalan pemerintah Hindia Belanda kepada Bupati Lamongan H. Fadeli.MM (7/11).
Perahu yang ditemukan diduga merupakan alat angkut militer pada masa perang dahulu. Panjang perahu ini 7.2 meter yang terdiri dua potong bergandeng. Menurut kepala BPCP Jatim Andi M Sa’id, diperkirakan terdapat kurang lebih 70 buah perahu sejenis, dan baru diketemukan 3 buah.

Hasil penelusuran langsung Posmo di lokasi ini, mengingatkan saat beberapa bulan lalu telah ditulis di Posmo cetak edisi 1027 , Menelusuri pasar lelembut (mahluk halus) Malem Pon di atas Bengawan Solo, Desa Mertani, Kec. Karanggeneng. Saat itu posmo didampingi Dewa Angga seorang anak indigo, menunjuk arah bengawan dengan pandangan tajam. Arah yang tepat diketemukan bangkai 3 perahu baja ini.

Hasil penerawangan langsung usai terangkatnya satu bangkai perahu itu, diperlukan kerja keras. Semoga secepatnya perahu kedua bisa terangkat, sedangkan perahu ketiga amat sulit terwujud. Lantaran tanah lumpur semakin padat dengan aktifitas pengangkatan manual, pekerjanya mulai kecapekan dan mengalami kebosanan, air mulai banyak menggenangi karena hujan sering turun. Yang paling alot adalah… Penunggunya yang mulai kegerahan, karena waktu yang digunakan melampaui batas kewenangan dunia gaib, yakni penguasa tlatah Mbah Cokro.

Tantangan lainnya semoga Pemkab Lamongan sesegera mungkin mewujudkan museum Lamongan, sebagai wahana area publik dan area pencerdasan warga akan benda benda budaya dan benda berharga peninggalan nenek moyang yang mendiami tlatah Lamongan yang dikuasai air saat itu. Arifin/Danar