Pondok Pesantren Somalangu, Salah Satu Pesantren Tertua di Asia Tenggara
(Menelusuri Rekam Jejak Pesantren Guru Sunan Kudus)
Somalangu, jika mendengar namanya jika membaca sejarah nasional Indonesia yang banyak diedarkan di sekolah-sekolah akan kita dapati peristiwa pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang dipimpin oleh Kyai Somalangu. Dalam buku-buku tersebut dikatakan bahwa Kyai Mahfudz Abdurrahman selaku pengasuh pesantren dan komandan Angkatan Oemat Islam (AOI) memberontak kepada pemerintah republik Indonesia dan dituduh bergabung dengan kelompok DI/TII yang dipimpin oleh Soekarmaji Marijan Kartosoewirdjo. Namun fitnah yang menyebabkan gugurnya ribuan jiwa, syahidnya kyai dan luluh lantaknya pesantren tersebut tidaklah benar, karena tak ada indikasi apapun yang menyebutkan bahwa Somalangu sebagai pusat pemberontakan DI/TII, hal ini telah diamini oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam bukunya Islamku Islam Anda Islam Kita.
Sejarah Pesantren Al-Kahfi Somalangu
Pondok Pesantren Somalangu Kebumen, Jawa Tengah merupakan tertua di Pulau Jawa. Pesantren ini didirikan oleh Syekh Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani, Ulama dari Hadramaut pada tahun 1475 M. Hal ini dibuktikan dengan Prasasti Batu Zamrud Siberia (Emerald Fuchsite) berbobot 9 kg ini yang menyebutkan tentang tahun dan waktu berdirinya pesantren Somalangu. Awalnya prasasti tersebut berada didalam Masjid Pesantren tersebut. Namun saat ini demi keamanan disimpan di kediaman pengasuh pesantren.
Dalam buku Ulama Waliyullah Jawa Barat-DKI yang disusun oleh Sayyid Muhammad Fauhan bin Afifuddin Al-Hasani, keturunan ke-17 dari Sayyid Abdul Kahfi dikatakan Prasasti yang mempunyai kandungan elemen kimia Al, Cr, H, K, O, dan Si ini bertuliskan huruf Jawa & Arab.
Huruf Jawa menandai candra sengkalanya tahun. Sedangkan tulisan dalam huruf Arab adalah penjabaran dari candra sengkala tersebut. Terlihat jelas dalam angka tanggal yang tertera dengan huruf Arabic : “25 Sya’ban 879 H”. Ini artinya bahwa Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu resmi berdiri semenjak tanggal 25 Sya’ban 879 H atau bertepatan dengan Rabu, 4 Januari 1475 M. Sedangkan candra sengkala tahunnya ada lukisan hewan bulus berkaki tiga dalam tiga sisi berbeda serupa pada wajah prasasti tertulis dalam tulisan huruf jawa berbunyi ” Bumi Pitu Ina”.
Biografi Pendiri Pesantren Somalangu
Sayyid Abdul Kahfi awalnya merupakan seorang ulama yang berasal dari Hadharamaut, Yaman. Ulama bernama asli Sayid Muhammad ‘Ishom Al_Hasani ini lahir pada tanggal 15 Sya’ban 827 H di kampung Jamhar, Syihr. Beliau datang ke Pulau Jawa tahun 852 H/1448 M pada masa pemerintahan Prabu Kertawijaya, Raja Majapahit atau yang dikenal dengan Prabu Brawijaya I (1447 – 1451).
Ayah Syekh Abdul Kahfi adalah Sayid Abdur Rasyid bin Abdul Majid Al-Hasani, sedangkan ibunya bernama Syarifah Zulaikha binti Mahmud bin Abdullah bin Syekh Shahibuddin Al- Huseini ‘Inath. Ayah dari Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani adalah keturunan ke-22 Rasulullah saw dari jalur Sayidina Hasan bin Ali melalui jalur Syekh Sayid Abdul Bar putera Syekh Sayid Abdul Qadir Al-Jaelani Al-Baghdadi. Jika diruntut beliau adalah keturunan ke-10 dari pendiri Thariqah Qadiriyyah ini.
Beliau datang dari Bagdad, Irak ke Hadharamaut atas permintaan Syekh Sayid Abdullah bin Abu Bakar Sakran (Al-Idrus Al-Akbar) untuk bersama – sama ahlu bait nabi yang lain menanggulangi para ahli sihir di Hadharamaut. Setelah para ahli sihir ini dapat dihancurkan, para ahli bait nabi tersebut kemudian bersama – sama membuat suatu perkampungan dibekas basis tinggalnya para ahli sihir itu.
Perkampungan ini kemudian diberi nama “Jamhar” sesuai dengan kebiasaan ahlibait waktu itu yang apabila menyebut sesamanya dengan istilah Jamhar sebagaimana sekarang apabila mereka menyebut sesamanya dengan istilah “Jama’ah”. Sedangkan wilayah tempat kampung itu berada kini lebih dikenal dengan nama daerah Syihr, Syihir, Syahar ataupun Syahr. Yaitu diambil dari kata “Sihir” (mengalami pergeseran bunyi dibelakang hari), untuk menandakan bahwa dahulu wilayah tersebut memang sempat menjadi basis dari para ahli sihir Hadharamaut, Yaman.
Sayyid Abdur Rasyid yang mempunyai 5 putra termasuk Sayyid Abdul Kahfi ini akhirnya tinggal, menetap dan wafat di Palestina, karena beliau diangkat menjadi Imam di Baitil Maqdis (Masjidil Aqsha). Di Palestina beliau masyhur dengan sebutan Syekh Sayid Abdur-Rasyid Al-Jamhari Al-Hasani. Makam beliau berada di komplek pemakaman imam – imam masjid al-Aqsa. Sedangkan 4 saudara Syekh Sayid Abdul Kahfi Hasani yang lai tinggal serta menetap di Syihr, ‘Inath serta Ma’rib, Hadharamaut, Yaman
Nama asli Sayyid Abdul Kahfi sebenarnya adalah Sayid Muhammad ‘Ishom Al-Hasani semenjak usia 18 bulan telah dibimbing dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan keagamaan oleh guru beliau yang bernama Sayid Ja’far Al-Huseini, Inath dengan cara hidup didalam goa – goa di Yaman.
Oleh sang guru, setelah dianggap cukup pembelajarannya, Sayid Muhammad ‘Ishom Al-Hasani kemudian diberi laqob (julukan) dengan Abdul Kahfi. Yang menurut sang guru berarti orang yang pernah menyendiri beribadah kepada Allah swt dengan berdiam diri di goa selama bertahun – tahun lamanya. Nama Abdul Kahfi inilah yang kemudian masyhur dan lebih mengenalkan pada sosok beliau daripada nama aslinya sendiri yaitu Muhammad ‘Ishom.
Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani ketika berusia 17 tahun sempat menjadi panglima perang di Yaman selama 3 tahun. Setelah itu beliau tinggal di tanah Haram, Makkah.
Pada usia 24 tahun, beliau berangkat berdakwah ke Jawa. Mendarat pertama kali di pantai Karang Bolong, kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen. Setelah menaklukkan dan mengislamkan Resi Dara Pundi di desa Candi Karanganyar, Kebumen lalu menundukkan Resi Candra Tirto serta Resi Dhanu Tirto di desa Candi Wulan dan desa Candimulyo kecamatan Kebumen, beliau akhirnya masuk ke Somalangu.
Ditempat yang waktu itu masih hutan belantara ini, beliau hanya bermujahadah sebentar, mohon kepada Allah swt agar kelak tempat yang sekarang menjadi Pondok Pesantren Al_Kahfi Somalangu dapat dijadikan sebagai basis dakwah islamnya yang penuh barokah dikemudian hari. Selanjutnya beliau meneruskan perjalanannya ke arah Surabaya, Jawa Timur.
Di Surabaya, Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani tinggal di Ampel. Ditempat itu beliau diterima oleh Sunan Ampel dan sempat membantu dakwah Sunan Ampel selama 3 tahun. Kemudian atas permintaan Sunan Ampel, beliau diminta untuk membuka pesantren di Sayung, Demak.
Setelah pesantren beliau di Sayung, Demak mulai berkembang Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani kemudian diminta oleh para pendakwah islam di Kudus agar berkenan pindah dan mendirikan pesantren di Kudus.
Problem ini terjadi karena para pendakwah islam yang telah lebih dahulu masuk di Kudus sempat kerepotan dalam mempertahankan dakwah islamnya sehingga mereka merasa amat membutuhkan sekali kehadiran sosok beliau ditengah – tengah mereka agar dapat mempertahankan dakwah islamiyah di wilayah tersebut.
Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani tinggal di Kudus dan mendirikan pesantren ditempat itu, Sunan Ampel kemudian mengirim puteranya yang bernama Sayid Ja’far Shadiq belajar pada beliau di Kudus. Tempat atsar pesantren Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani di Kudus ini sekarang lebih dikenal orang dengan nama “Masjid Bubrah”.
Ketika berada di pesantren beliau ini, Sayid Ja’far Shadiq yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Kudus ini sempat pula diminta oleh Sayyid Abdul Kahfi untuk menimba ilmu pada Syekh Abdur Rasyid, ayah beliau yang berada di Al-Quds, Palestina.
Sepulang belajar dari Al-Quds, Palestina maka beliau kembali ke Kudus. Kemudian bersama gurunya, Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani, Sunan Kudus kemudian mendirikan sebuah masjid yang ia bernama “Al-Aqsha”. Nama ini diambil juga karena salah satu batu yang menjadi bangunan masjid yang terkenal akan menaranya ini diambil dari batu di sekitar Masjidil Aqsa yang menjadi tempat Rasulullah SAW mengalami peristiwa isra’ dan mi’raj.
Setelah masjid berdiri, maka Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani, Sayid Ja’far As-Shadiq kemudian ditetapkan sebagai imam masjid tersebut dan Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani kemudian kembali ke Demak guna membantu perjuangan Sultan Hasan Al-Fatah Pangeran Jimbun Abdurrahman Khalifatullah Sayidin Panatagama (Raden Patah) di Kerajaan Islam Demak. Atas jasa besarnya tersebut beliau diambil menantu oleh Raden Patah dan menikah pada usia kurang lebih 45 tahun.
Saat putera pertamanya telah berusia kurang lebih 5 tahun, beliau bersama isteri dan puteranya itu hijrah dari Demak menuju arah selatan dan berhenti di Somalangu. Di tempat yang sebelumnya pernah dikunjungi 27 tahun silam inilah beliau akhirnya bermukim dan mendirikan Pesantren Somalangu.
Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani terhitung cukup lama dalam mengasuh Pondok Pesantren Somalangu. Yaitu berkisar mencapai 130-an tahun. Syekh Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani wafat pada malam jum’ah, 15 Sya’ban 1018 H atau bertepatan dengan tanggal 12 November 1609 M. Jasad beliau dimakamkan di bukit Lemah Lanang, Somalangu, Kebumen. Dan untuk mengenang jasa beliau dalam mendirikan pesantren, maka dinamakanlah pesantren peninggalannya ini dengan nama Pondok Pesantren Al-Kahfi.
Dikisahkan bahwa makam Syekh Abdul Kahfi sebenarnya sudah pernah dicungkup sebagaimana makam auliya’ atau ulama lainnya. Namun setelah selesai dibangun tiba-tiba cungkup tersebut terbang entah kemana. Dari situlah ahli waris tidak lagi berkenan makam Syekh Abdul Kahfi untuk dicungkup.
Hal serupa juga penulis dapati dari kisah Raden Patah, Pendiri Kerajaan Demak yang dimakamkan di belakang Masjid Agung Demak, sebenarnya juga di beri cungkup makamnya sebagaimana Makam Sunan Kalijaga yang berada tak jauh dari Masjid yang dibangun oleh Wali Songo itu. Namun cungkup tersebut selalu roboh saat selesai dibangun. Maka, dibiarkanlah makam Putra Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit ini dengan hanya dikijing tanpa dicungkup.
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Kahfi
Sepeninggal Syekh Sayyid Abdul Kahfi, kepengasuhan pesantren diemban oleh keturunannya. Menurut Sayyid Fauhan bin Afifuddin, urutan kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Kahfi dari tahun 1475 sampai sekarang adalah sebagai berikut.
1. Sayyid Abdul Kahfi (Pendiri)
2. Sayyid Muhtarom
3. Sayyid Jawahir
4. Sayyid Yusuf
5. Sayyid Hasan
6. Sayyid Abdul Mannan
7. Sayyid Zakaria
8. Sayyid Abdul Hannan
9. Sayyid Yusuf
10. Sayyid Zainal Abidin
11. Sayyid Marwah Ali Manawi
12. Sayyid Ibrahim (Syekh Abdul Kahfi Tsani)
13. Sayyid Abdurrahman
14. Sayyid Mahfudz
15. Sayyid Hanifuddin
16. Sayyid Afifuddin
Dalam catatan Muhammad Baehaqi disebutkan bahwa Pondok Somalangu juga masih menyimpan tanda kenang-kenangan dari Hang Tuah, tokoh ulama keturunan Cina Melayu yang pernah datang ke Somalangu.
Dalam wawancaranya bersama Pengasuh Pesantren Al-Kahfi Somalangu saat ini, Sayyid Afifuddin. Keturunan ke-16 dari Syekh Abdul Kahfi ini menuturkan, dari berbagai manuskrip dan kitab-kitab kuna yang tersimpan serta risalah sejarah, daerah Kebumen kala itu (1475-an) masih berupa rawa dan hutan. Bahkan daerah Somalangu dulunya hutan lebat. Kemudian masuklah Syekh Abdul Kahfi membuka lahan dan mendirikan pesantren kecil di tengah-tengahnya.
Salah satu peninggalan bersejarah dari pesantren Somalangu adalah Masjid Pesantren Somalangu. Hampir sebagian besar bangunan masjid kuno ini masih seperti adanya. Mulai mustaka masjid, mimbar dan tiang utama. Hanya beberapa tembok dan halaman sudah direnovasi. Bangunan induk berupa soko guru (tiang) dan mustaka masih asli, sebagaimana awal didirikan sekitar tahun 1475.
Sedangkan asrama pesantren tempat belajar, sebagian masih menyisakan bangunan lama. Rumah panggung yang di bawahnya sekaligus ada kolam-kolam tempat wudlu pun masih tersisa.
Diantara keturunan Sayyid Abdul Kahfi yang masyhur adalah Sayyid Abdurrahman. Beliau adalah putra dari Sayyid Ibrahim yang dijuluki Sayyid Abdul Kahfi II karena pola dakwahnya dalam menyebarkan islam mirip seperti datuknya.
Sayyid Abdurrahman adalah murid Sayyid Muhammad Babashol, Ulama Hadramaut yang bermukim di Misfalah, Mekah. Keberangkatannya menimba ilmu ke tanah suci ditemani oleh santri abahnya, Kyai Dalhar yang di kemudian hari akan menjadi Ulama besar pendiri pesantren Darussalam, Watucongol. Kedunya berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Dikisahkan dalam perjalanan Somalangu-Semarang, Mbah Dalhar rela berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dinaiki putra gurunya tersebut.
Sepulang dari Mekah, kemudian beliau didapuk menjadi pengasuh pesantren menggantikan abahnya pada tahun 1915. Selain mengasuh pesantren Somalangu, Sayyid Abdurrahman merupakan Mursyid Thariqah Syadziliyyah yang dilantik oleh gurunya Syekh Muhtarom al-Makki.
Sayyid Abdurrahman Al-Hasani wafat pada 25 Sya’ban 1357/1938 M. Tokoh yang dijuluki Batholul Islam (Pahlawan Islam) karena begitu besarnya perjuangannya dan kedalaman ilmunya di Tanah Hijaz ini dimakamkan di Jeddah, Saudi Arabia.
Sepeninggal Sayyid Abdurrahman al-Hasani, kepengasuhan Somalangu dan thariqah Syadziliyyah diemban putranya Syekh Mahfudz al-Hasani, ditangan putra kesayangannya inilah Thariqah yang didirikan oleh Syekh Abi Hasan as-Syadzili ini menjadi gerakan sosial yang berjuang melawan penjajahan bumi pertiwi. Salah satu bentuk perjuangan tersebut adalah dengan membentuk AOI (Angkatan Oemat Islam). AOI adalah wadah perjuangan kaum santri sebagaimana laskar Sabilillah-nya KH. Masykur atau Laskar Hizbullah-nya KH Abbas Buntet. AOI merupakan badan kelasykaran terbesar di Jawa Tengah, dengan massa tak kurang 10.000 orang dan memiliki potensi massa tambahan 30.000 orang.
Dikutip dari Abstrak Skripsi Bagus Ari Prambudi dikatakan bahwa Pesantren ini mengalami masa kevakuman selama 42 tahun pada 1950-1991. Pada masa itu pesantren mengalami stagnan dalam estafet kepemimpinan.
Salah satu faktornya adalah keadaaan politik yang tidak menguntungkan yang sempat membuat pesantren tersebut rata dengan tanah akibat dibakar oleh Bataliyon Kuda Putih APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat), karena Pengasuh Pondok Pesantren al-Kahfi Somalangu saat itu yakni Sayyid Mahfudz al-Hasani adalah pimpinan Angkatan Oemat Indonesia (AOI) dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah kabinet Hatta.
Sayyid Mahfudz sebenarnya adalah seorang yang begitu alim dan zuhud. Saat belajar di Mekkah, beliau sempat mengaji pada Syekh Mahfudz at-Turmusi. Dikisahkan di Tanah Haram tersebut Mursyid Thariqah Syadziliyyah ini sempat berjumpa dengan Nabi Khidir yang memberikannya petunjuk agar kembali ke tanah jawa. (Terkait riwayat singkat Sayyid Mahfudz bin Abdurrahman akan kami bahas pada catatan selanjutnya).
Pemberontakan tersebut berawal dari peristiwa sepele yakni perkelahian kecil antara Tentara APRIS dan laskar AOI. Sebelumnya memang terdapat friksi diantara kedua belah pihak terkait APRIS membolehkan AOI untuk bergabung dengan kesatuan tentara Republik Indonesia Serikat (RIS) tersebut dengan syarat mereka pernah mengenyam pendidikan sekolah Belanda baik di dalam maupun luar negeri.
Pembalasan laskar AOI kepada oknum APRIS, setelah terbunuhnya salah satu kawan mereka direspon oleh Pemerintah RIS sebagai pemberontakan. Tak cukup itu, Somalangu juga dituduh bergabung dengan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah. Maka terjadilah tragedi mengerikan dimana terjadi pengepungan, pembunuhan dan pembantaian di pesantren Somalangu yang menimbulkan hancurnya pesantren, jatuhnya ribuan jiwa termasuk Sayyid Mahfudz yang tertembak di tempat pengungsiannya Bukit Serandil, Cilacap, Jawa Tengah.
Kisah Selengkapnya bisa disimak di catatan Kang Ma’rufin di laman berikut http://jhonoe.blogspot.com/2009/01/sejarah-aoi-angkatan-oemat-islam-di.html?m=1
Setelah peristiwa itulah, Pondok Pesantren Al-Kahfi sempat vakum sampai kemudian Syaikh Sayid Afifuddin bin Hanif al Hasani yang tak lain adalah cucu Syekh Mahfudz ini mampu mengatasi masa krisis tersebut. Dalam masa kepemimpinan Sayid Afifuddin, Pondok Pesantren al-Kahfi Somalangu mengalami perkembangan cukup pesat.
Di tangan Mursyid Thariqah Syadziliyyah ini terjadi banyak pengembangan dalam bidang pendidikan, sarana prasarana, dan kelembagaan. Dalam bidang pendidikan telah berdiri Sekolah Formal dari tingkat SMP, SMA dan SMK. Meski begitu sistem ala pesantren Salaf masih dipertahankan dengan mempertahankan dengan sistem pendidikan modern.
Hal itulah yang kemudian menarik minat masyarakat sekitar untuk memondokkan anak di pesantren yang telah berusia 543 tahun ini. Saat ini selain pesantren Somalangu yang berjarak 1,5 KM dari jalan raya Kebumen-Kutoarjo telah menampung tak kurang 700 santri dari penjuru tanah air ini.
Selain Pondok Pesantren Al-Kahfi, pesantren lain yang memiliki pertalian nasab langsung dengan keluarga besar Syekh Abdul Kahfi adalah Pondok Pesantren Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap. Dimana salah satu putri Sayyid Mahfudz, yakni Nyai Khaizah (Fauziyah) diperistri Alm. KH. Mustolih, putra pendiri pesantren terbesar di Ujung Barat Daya Provinsi Jawa Tengah ini.
Selain itu, menurut KH. Syuhud Muhson, Pengasuh Pondok Pesantren Ihya Ulumuddin, Istri Sayyid Mahfudz (Nyai Maidah ) adalah saudara kandung dari Istri KH. Badawi Hanafi (Nyai Aisyah). Nyai Maidah dan Nyai Aisyah adalah putri dari KH. Abdullah Mukri, seorang ulama kaya raya dari Kebarongan.
KH. Badawi Hanafi sendiri merupakan Pendiri Pondok Kesugihan yang saat ini bertransformasi menjadi PPAI Ihya Ulumaddin. Dinamakan demikian karena pesantren yang didirikan pada 24 Nopember 1925 M ini bertabarruk pada PPAI Ketapang Kepanjen Malang (tempat KH. Mustolih Badawi belajar) dan sosok Imam Ghazali yang kitabnya dikaji di pesantren yang berada di Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap ini.
Semoga Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu mampu menggairahkan kembali nuansa intelektualitasnya dengan tetap memegang tradisi salafus soleh. Semoga Pesantren Al-Kahfi Somalangu mampu melahirkan kader-kader pejuang islam terbaik untuk melanjutnkan estafet dakwah. Dan semoga keberkahan Pesantren tertua di Pulau Jawa ini menyertai kita semua dan sebagai pelajaran bahwa dari pesantren-pesantren yang dirintis oleh Wali Songo-lah lahir ulama-ulama besar yang berjuang menegakkan kalimah Illahi sampai detik ini.
Banyumas, 14 Juli 2018
Abid Muaffan
Santri Backpacker Nusantara
Disarikan dari berbagai Sumber dan pengamatan langsung
*Silaturrahmi bersama Sayyid Fauhan bin Afifuddin Al-Hasani, Keturunan Ke-17 Syekh Abdul Kahfi Pendiri Pesantren Somalangu, Kebumen, Keturunan ke-27 Sulthonul Auliya’ Syekh Abdul Qodir al- Jailani