SOSIALISASI EMPAT PILAR KEBANGSAAN MPR RI OLEH DR. SHRI I GUSTI NGURAH ARYA WEDAKARNA MAHENDRADATTA WEDASTERAPUTRA SUYASA III, SE, M(TRU), M.SI “PERKUAT NILAI KEBANGSAAN DAN PERAN STRATEGIS GENERASI MUDA BALI”

Badung, Bali (12/12/25). Upaya memperkuat pemahaman nilai-nilai kebangsaan terus dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI). Salah satunya melalui kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang dilaksanakan oleh Anggota MPR RI Daerah Pemilihan Provinsi Bali, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III, SE, M(TRU), M.Si, pada Kamis, 25 April 2025, bertempat di Aula SMA Negeri 1 Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan tugas dan kewajiban Anggota MPR RI sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, khususnya dalam memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta Bhinneka Tunggal Ika kepada seluruh lapisan masyarakat.
Sebanyak kurang lebih 200 peserta hadir dalam kegiatan ini, yang terdiri dari unsur akademisi, praktisi dan Guru serta siswa – siswi SMA Negeri 1 Kuta. Kehadiran peserta yang beragam mencerminkan semangat kebersamaan dan komitmen bersama dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan di tengah dinamika sosial yang terus berkembang.
Pentingnya Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Dalam pemaparannya, Dr. Arya Wedakarna menegaskan bahwa Empat Pilar Kebangsaan bukan sekadar konsep normatif, melainkan fondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI 1945 sebagai konstitusi, NKRI sebagai bentuk negara, serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan persatuan, harus dipahami secara utuh dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, tantangan globalisasi, perkembangan teknologi digital, serta arus informasi yang begitu cepat berpotensi memengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat, khususnya generasi muda. Oleh karena itu, penguatan nilai kebangsaan menjadi sangat penting agar masyarakat tidak kehilangan jati diri dan tetap berpegang pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
“Generasi muda adalah aset dan penerus bangsa. Mereka harus dibekali pemahaman yang kuat tentang Pancasila dan Empat Pilar Kebangsaan agar mampu menyaring pengaruh global serta berkontribusi positif bagi bangsa dan negara,” tegasnya.
Dr. Arya Wedakarna juga menekankan bahwa di Bali, nilai-nilai kebangsaan sejatinya telah hidup dan menyatu dalam kearifan lokal masyarakat. Filosofi seperti Tri Hita Karana, Tat Twam Asi, dan menyama braya menjadi bukti bahwa nilai Pancasila dapat diimplementasikan secara kontekstual dan relevan dengan budaya daerah.
Selain itu kegiatan ini juga disertai dengan sesi diskusi Interaktif dan Partisipasi Peserta. Kegiatan sosialisasi dikemas dalam bentuk panel diskusi yang berlangsung secara interaktif. Selain AWK, kegiatan ini juga menghadirkan Kapten Gusti Agung Didit dari TNI AL Denpasar sebagai narasumber, dengan I Made Kridalaksana dan wayan Supiartha bertindak sebagai moderator.
Para narasumber membahas berbagai materi strategis, antara lain: Landasan historis dan filosofis Pancasila sebagai ideologi bangsa, Peran Bung Karno sebagai penggali nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945 sebagai haluan negara dan perwujudan paham konstitusionalisme, Pentingnya menjaga keutuhan NKRI di tengah keberagaman dan makna Bhinneka Tunggal Ika dari perspektif historis, sosiologis, dan antropologis
Dalam sesi tanya jawab, peserta secara aktif menyampaikan pertanyaan dan pandangan kritis. Salah satu isu yang mengemuka adalah bagaimana generasi muda Bali dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila di era globalisasi dan digital, serta cara memadukan Pancasila dengan budaya Bali tanpa kehilangan identitas kebangsaan.
Menanggapi hal tersebut, para narasumber menekankan pentingnya literasi digital, sikap toleran, serta pemanfaatan teknologi secara bijak untuk menyebarkan konten positif yang memperkuat persatuan dan nilai kebangsaan. Generasi muda juga didorong untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, organisasi, dan ekonomi kreatif lokal sebagai wujud nyata pengamalan Pancasila.

Bhinneka Tunggal Ika sebagai Perekat Bangsa. Isu lain yang menjadi perhatian peserta adalah pentingnya Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks masyarakat multikultural. Dijelaskan bahwa meskipun semboyan Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, nilai yang terkandung di dalamnya bersifat universal dan relevan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika dipahami sebagai filosofi hidup bersama yang menekankan persatuan dalam keberagaman, bukan sebagai ajaran keagamaan tertentu. Oleh karena itu, penyampaiannya kepada masyarakat lintas agama dan budaya harus dilakukan secara inklusif, dialogis, dan melalui keteladanan dalam kehidupan sosial.

Sebagai langkah kongkrit dari kegiatan ini juga disertakan dengan adanya harapan dan rekomendasi pada akhir kegiatan, para peserta menyampaikan sejumlah masukan dan harapan. Generasi muda Bali berharap agar kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dapat dilaksanakan secara rutin, merata, dan berkelanjutan, dengan menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat, termasuk pelajar dan masyarakat desa serta selain itu, metode penyampaian materi diharapkan semakin inovatif dan partisipatif, seperti melalui diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, serta pemanfaatan media digital. Dengan demikian, sosialisasi tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga mampu meningkatkan pemahaman, keterlibatan, dan kesadaran masyarakat dalam menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.