
Prof Mahmud Mustain,
Guru Besar Teknik Kelautan ITS
Dalam kehidupan ini ada perlombaan antara upaya yang ingin membangun dengan upaya yang ingin merusak. Keinginan fithroh atau sifat dasar manusia adalah berbuat baik dalam hal ini ingin membangun. Di sisi lain dalam diri manusia ada karakter jelek atau buruk, terlepas sumbernya dari godaan syetan atau tidak bisa mengendalikan nafsu. Sesuatu yang jelas adalah adanya fithroh berbuat baik dan ada kecenderungan berbuat buruk.
Artikel ini mengajak untuk meningkatkan realisasi berbuat baik dan sekaligus juga mengurangi mewujudkan berbuat buruk. Sudah barang tentu utamanya berdasarkan logika cerdas kita, sebagai manusia yang dikaruniai fasilitas akal untuk berpikir. Sekaligus mendapat mandat bertanggung jawab membangun kemaslahatan umat dan melestarikan lingkungan.
Dalil naqli yang relevan dengan tapik ini adalah QS. Al-Baqarah: 30, yakni;
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدُّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۚ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, ‘Aku akan menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau akan menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?’ Allah berkata, ‘Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'”
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa,
Ayat ini menceritakan tentang penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi. Malaikat mempertanyakan keputusan Allah untuk menciptakan manusia, karena mereka khawatir manusia akan membuat kerusakan di bumi. Namun, Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat, yaitu bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan menjadi khalifah yang baik di bumi.
Dalam tafsir juga dijelaskan bahwa, khalifah diartikan sebagai wakil atau pengganti Allah di bumi, yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara bumi serta isinya. Manusia sebagai khalifah memiliki tugas untuk menjalankan perintah Allah dan menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana.
Kembali ke kontek artikel ini, bahwa kita sebagai manusia jelas ada mandat tugas berupa membuat kemaslahatan umat dan menjaga kelestarian lingkungan. Sebaliknya juga mengurangi bahkan meniadakan permusuhan dan kerusakan di muka bumi ini. Sehingga lebih jelasnya ada dua tugas yakni berbuat baik dan menghentikan setidaknya mengurangi keburukan.
Bagaimana percepatan berbuat baik bisa lebih besar dari pada percepatan kerusakan, yang kenyataanya sekarang justru masih sebaliknya. Bukti belum bisa adalah sekian banyak bencana akibat ulah manusia yang merusak. Ulah manusia seperti penggundulan hutan mengakibatkan banjir dan longsor, penggunaan mesin berlebihan sehingga mengakibatkan pencemaran udara dan pemanasan global, pembuangan sampah di saluran air dll.
Kecerdasan nanusia layaknya bisa menyelesaikan ini, meskipun kenyataan sekarang masih belum bisa bahkan masih terus terjadi kerusakan, tetapi harus tetap semangat dan berupaya keras. Faktor kuncinya (menurut penulis) adalah pengendalian keinginan sebagian manusia yang berlebihan, mohon maaf bahasa kasarnya kerakusan melebih kebutuhan wajar (greeding much more than needing).
Semoga pinaringan manfaat barokah selamat aamiin.
Surabaya,
24 Jumadil Akhir 1447
atau
14 Desember 2025
m.mustain
