
.
BLITAR–Gerak Jalan Tradisional Pramuka Bakung-Lodoyo selalu menjadi sorotan di Blitar Raya. Agenda tahunan yang dinanti-nanti ini bukan hanya ajang untuk mengukur kekuatan fisik, tapi juga simbol persatuan dan semangat kepramukaan yang abadi.
Namun, pada pelaksanaan kali ini, euforia yang menyelimuti acara harus bersanding dengan catatan kritis: sebanyak 68 peserta harus menghentikan langkah di tengah rute, terjatuh oleh kelelahan dan kram otot yang parah.
Kejadian ini tidak hanya mengingatkan akan tantangan fisik yang dihadapi, tapi juga membuka wawasan tentang pentingnya persiapan dan penanganan medis yang optimal.
Acara yang berlangsung pada Sabtu (13/12/2025) sore mulai dengan semangat yang tinggi, dengan ribuan peserta berkumpul untuk menaklukkan rute yang dikenal dengan medan yang menantang.
Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan fisik mulai menyergap. Hingga pukul 05.25 WIB, data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar mencatat bahwa 68 peserta sudah tidak mampu melanjutkan dan memerlukan penanganan darurat.
Kepala Dinkes Kabupaten Blitar, dr. Christine Indrawati, membenarkan kejadian ini dan menegaskan bahwa tim kesehatan sudah disiagakan di sepanjang rute. “Kami menyiagakan tim kesehatan di setiap titik strategis. Peserta yang mengalami kelelahan langsung mendapatkan penanganan dan observasi segera setelah ditemukan,” ujarnya.
Mayoritas peserta yang tumbang mengeluhkan kelelahan parah dan kram otot pada bagian kaki dan punggung.
Meskipun tak ada yang membutuhkan perawatan inap, mereka harus mendapatkan perawatan medis di fasilitas kesehatan terdekat. Rincian penanganan menunjukkan bahwa 9 peserta dirawat di Puskesmas Wonotirto, 10 di Puskesmas Suruhwadang, 9 di Puskesmas Kademangan, 1 di Puskesmas Sutojayan, dan 1 lainnya di RSUD Srengat.
Beruntung, semua peserta yang dirawat sudah menunjukkan perbaikan dan diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing pada hari yang sama.
Menariknya, rute Bakung-Lodoyo yang panjang dan melintasi perbukitan seringkali menjadi ujian tersendiri bagi peserta, terutama bagi yang kurang mempersiapkan kondisi fisik sebelumnya.
Beberapa peserta yang berhasil mencapai garis akhir mengaku bahwa mereka harus berjuang melawan rasa lelah yang luar biasa, dan melihat teman-teman mereka tumbang membuat mereka semakin waspada terhadap batasan tubuh sendiri.
Acara ini juga menunjukkan kerja sama yang bagus antara panitia, Dinkes, dan relawan yang selalu siap memberikan bantuan kapan saja.
Dari kejadian ini, ada beberapa saran yang bisa diambil untuk acara mendatang. Pertama, panitia disarankan untuk menambah sesi pre-event tentang persiapan fisik dan teknik berjalan yang benar, agar peserta lebih siap menghadapi rute.
Kedua, penambahan titik penyangga medis dan stasiun minum air bersih di sepanjang rute bisa mengurangi risiko kelelahan dan dehidrasi.
Ketiga, pengenalan sistem pendampingan antar peserta (buddy system) bisa membantu mendeteksi tanda-tanda kelelahan lebih awal.
Bagi peserta yang tumbang, jangan lihat ini sebagai kegagalan—melainkan sebagai pembelajaran berharga tentang kekuatan dan batasan tubuh.
Semangat kepramukaan yang utama adalah “siap sedia”, dan keberanian untuk berpartisipasi sudah merupakan keberhasilan sendiri.
Dengan persiapan yang lebih matang, kelak Anda pasti akan mampu menaklukkan rute ini.
Untuk inovasi, panitia bisa mempertimbangkan menerapkan teknologi seperti aplikasi pemantauan kondisi fisik peserta melalui sensor gawai.
Selain itu, kolaborasi dengan lembaga olahraga lokal untuk memberikan pelatihan khusus sebelum acara juga bisa meningkatkan kesiapan peserta dan mengurangi risiko cedera.
Dengan mengambil pelajaran dari kali ini, Gerak Jalan Tradisional Bakung-Lodoyo Pramuka nantinya akan menjadi acara yang lebih aman, menyenangkan, dan tetap mempertahankan nilai-nilai kepramukaan yang tak ternilai harganya.****
