بسم الله *Mimpi Menyatukan Sain dan Agama*

 

Prof Mahmud Mustain,
Guru Besar Teknik Kelautan ITS

Semangat Menyatukan Sains dan Agama seyogjanya terus dikumandangkan. Hal ini bertujuan baik yakni untuk Kemaslahatan Umat & Alam semesta. Artikel ini mendiskripsi bagaimana mimpi tersebut.

Sungguh ini visi yang sangat mulia, yakni ketika sains (pengetahuan tentang alam) dan agama (nilai, etika, dan tujuan hidup) berjalan seiring dan harmonis. Hasilnya bukan hanya kemajuan teknologi, tapi juga keberkahan bagi manusia dan seluruh ciptaan. Mari kita lihat bagaimana semangat itu bisa diwujudkan (Modified Meta AI, 2025).

A. Landasan Teologis: Sains sebagai Ayat Kauniyah.
Dalam Islam, alam semesta disebut ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah), sementara Al-Qur’an adalah ayat qauliyah (wahyu). Sains bertugas membaca ayat kauniyah (hukum fisika, biologi, kimia). Sedangkan Agama bertugas membimbing bagaimana merespons dan mengamalkan ayat qauliyah (nilai, hukum). Jika keduanya sejalan harmonis, maka berarti manusia telah ke-arah menjalankan peran dengan bijak.

B. Kesatuan lima pilar utama, yakni;
1. Niyyah Ikhlas untuk setiap kegiatan atau proyek dimulai dengan “Bismillah, untuk kemaslahatan umat”.
2. Maqashid Syariah digunakan sebagai Filter Hifz al‑Din, Nafs, Aql, Nasl, Māl.
3. Kolaborasi Ulama & Ilmuwan menjadi forum bersama (MUI, BRIN, Perguruan Tinggi Islam).
4. Pendidikan Holistik didesain kurikulum yang memadukan sains, etika, dan spiritualitas.
5. Regulasi & Insentif membuat dana hibah, sertifikasi halal, penghargaan inovasi berkelanjutan.

C. Tiga tantangan harus diatasi.
1. Scientism (Sainsisme): Memandang sains sebagai satu-satunya kebenaran, mengabaikan etika agama.
2. Dogmatisme Agama: Menolak temuan sains yang valid karena salah tafsir.
3. Kurangnya SDM Interdisipliner: Ulama yang kurang paham sains, ilmuwan yang kurang paham fiqh.

Tiga solusi ditawarkan.
1. Program sertifikasi etika riset Islami untuk peneliti.
2. Kursus singkat sains dasar untuk ustadz/ulama.
3. Joint research grant yang mensyaratkan kolaborasi ulama-ilmuwan.

D. Bagaimana Kita Bisa Berkontribusi?
1. Mulai dari Diri Sendiri
– Niatkan setiap kegiatan akademik/kerja sebagai ibadah.
2. Bergabung dengan Komunitas
– Forum sains-Islam (mis: ISNA Science Initiative, IAI).
3. Dukung Kebijakan Pro-Kemaslahatan
– Pilih produk ramah lingkungan, dukung riset energi terbarukan.
4. Sebarkan Literasi
– Bagikan artikel, infografis, atau video singkat tentang integrasi sains-agama.

Alhasil kesimpulannya adalah:
Semangat menyatukan sains dan agama adalah jalan menuju rahmatan lil ‘alamin. Dengan niyyah ikhlas, filter maqashid, kolaborasi, dan pendidikan holistik, kita insyaAllah bisa menghadirkan teknologi yang bermanfaat, berkelanjutan, barokah, serta selamat dunia sampai akhirat.

Dengan demikian insyaAllah, alam semesta akan lebih terjaga, umat lebih sejahtera, dan ilmu menjadi sarana mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Semoga demikian aamiin.

Semoga pinaringan manfaat barokah selamat aamiin.

Surabaya,
18 Jumadil Akhir 1447
atau
08 Desember 2025