
بسم الله
*Mimpi Sains Menjadi Pengantar Kebaikan*
Prof Mahmud Mustain,
Guru Besar Teknik Kelautan ITS
Judul artikel ini intinya mimpi ingin sains (ilmu pengetahuan) yang diciptakan dan dikendalikan manusia menjadi alat yang secara default (otomatis) membawa kemaslahatan dan kebaikan bagi umat manusia. Artikel ini mendetailkan mimpi tersebut.
Mari kita rinci (breakdown) mimpi itu jadi beberapa pilar yang realistis, tetapi tetap visioner (Modigied AI, 2025). Berikut detailnya;
1. Niat (Niyyah) sebagai Fondasi
Setiap peneliti, insinyur, atau pengambil kebijakan memulai proyek dengan niyyah ikhlas:. Misalnya “Saya melakukan ini untuk kemaslahatan umat, bukan sekadar profit atau prestise.” Praktik, ada deklarasi niat di proposal riset, doa bersama sebelum kick-off proyek, atau sertifikasi etika yang mencantumkan tujuan syariah (maqasid).
2. Maqasid Syariah sebagai Kerangka Evaluasi.
Maqasid Pertanyaan Evaluasi Sains, misalnya:
a. Hifz al‑Din (Agama) Apakah teknologi ini menjaga kemurnian ibadah atau malah mengganggu?
b. Hifz al‑Nafs (Jiwa) Apakah meningkatkan kesehatan, keamanan, dan kualitas hidup?
c. Hifz al‑Aql (Akal) Apakah mendukung pendidikan, literasi sains, dan berpikir kritis?
d. Hifz al‑Nasl (Keturunan) Apakah melindungi keluarga, lingkungan, dan generasi mendatang?
e. Hifz al‑Māl (Harta) Apakah menciptakan ekonomi berkelanjutan, tidak eksploitatif?
Jika semua kegiatan ditapis melalui filter ini, banyak riset yang “berbau” destruktif (senjata, manipulasi genetik tanpa kemaslahatan) akan terhenti di awal.
3. Struktur Insentif yang Selaras.
a. Funding Prioritas: Pemerintah/CSR/Donor internasional mengalokasikan dana khusus untuk riset.
b. SDG-aligned (Goal 7: Energi Bersih, Goal 3: Kesehatan, Goal 13: Aksi Iklim, dll).
c. Penghargaan Nasional, misalnya “Anugerah Inovator Berkelanjutan”, “Pengembang Teknologi Halal”, dst.
d. Pajak/Hibah: Insentif pajak untuk perusahaan yang menerapkan Green Tech, penalti untuk yang melanggar standar etis.
4. Pengawasan Kolektif (Multi-Stakeholder Governance)
– Komite Etik Multidisplin: Ulama, akademisi sains, ekonom, LSM, komunitas adat.
– Fatwa/Badan Keagamaan: MUI atau lembaga serupa mengeluarkan pedoman tentang *halal/haram* teknologi (mis. CRISPR, AI, nanotek).
– Transparansi Publik: Data riset terbuka, laporan dampak sosial-spiritual dipublikasikan.
5. Pendidikan Sains Berbasis Nilai
* Integrasi Etika dalam Kurikulum: Mata kuliah “Filsafat Sains Islam”, “Responsible Research & Innovation (RRI)”.
– Kampanye Literasi Sains: Menghubungkan ayat-ayat alam (ayat kauniyah) dengan tanggung jawab manusia sebagai khalifah.
– Role Model: Profil ilmuwan Muslim yang berkontribusi pada kemaslahatan (mis. Abbas Ibn Firnas, Al-Jazari ).
6. Teknologi yang Mengamankan Fitrah Manusia
* AI untuk Pendidikan & Kesehatan:* Sistem tutor AI Islami, AI diagnosa penyakit dengan dataset halal.
– Energi Terbarukan Komunal: PLTS di pesantren, biogas dari limbah ternak.
– Pertanian Halal & Berkelanjutan: Hydroponik berbasis solar, varietas tanaman tahan kekeringan (CRISPR untuk ketahanan, bukan untuk paten monopolistik).
7. Mensikapi “Manusia Juga yang Mendesain” sains.
– Kendali Diri (Tazkiyatun Nafs): Niat ikhlas, muhasabah rutin.
– Akuntabilitas Sosial: Masyarakat bisa “vote” (feedback) melalui dewan etik atau platform partisipatif.
– Sistem Cek-Ulang (Red-Flag Mechanism): Jika proyek melewati ambang batas risiko (mis. dual-use technology), otomatis masuk tinjauan ketat.
Alhasil secara garis besar, ini ada point-point sebagai ringkasan mimpi:
1. Niyyah ikhlas sebagai fondasi.
2. Maqasid filter sebagai seleksi proyek.
3. Insentif ekonomi & penghargaan sebagai arahan pasar.
4. Pengawasan multidisplin & transparansi sebagai penjaga akuntabilitas.
5. Pendidikan nilai + literasi sains sebagai tanaman kesadaran generasi.
6. Teknologi penjaga fithroh manusia.
7. Pengendalian manusia sebagai desainer sains.
Dengan demikian melalui syarat semua pilar tersebut sains tetap berkembang, dengan harapan outputnya lebih banyak kebaikan daripada kerusakan. InsyaAllah, mimpi itu bisa jadi kenyataan secara bertahap.
Semoga pinaringan manfaat barokah selamat aamiin.
Surabaya,
17 Jumadil Akhir 1447
atau
07 Desember 2025
m.mustain
