Prahara Ruhani

Oleh:
Dr.Ir Hadi Prajaka, SH MH.
( Ketua umum DPP HPK Jakarta).

Himpunan Penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Mengajarkan ruhani…iman spiritual padahal yg ditanam justru ketakutan.”… mengajarkan kehilangan kesadaran identitas, kekerasan dan membenci

‎…

‎Ini fakta halus yg sering kita gk sadar.
‎Banyak anak sejak kecil dikenalkan ke “ajaran religius”…
‎tapi bukan untuk menyentuh batinnya — kurang menyentuh jiwa’ murni.
‎melainkan untuk mengontrol perilakunya.

‎Akhirnya pendidikan ruhani berubah jadi:

‎• ancaman dosa 😔
‎• hukuman neraka
‎• suruhan istighfar sambil takut
‎• hafalan ritual tanpa rasa
‎• perintah diam, patuh, manut

‎Padahal dunia anak itu gerak, rasa, bahagia hidup penuh penasaran, tawa riang dan gembira—
‎bukan tegang & penuh rasa bersalah, ketakutan dan air mata.

‎Dan inilah salah satu kesalahan besar di banyak rumah, lingkungan nya,
‎anak diajari terlalu religius, tapi tidak diajari mengenali dirinya.

‎Ritual masuk, melalui rasa, Ketauladanan orang tua dan lingkungan nya, tidak tumbuh karena sejarah dan dongeng dongeng perang dan mimpi seribu satu malam.

‎—

‎💬 Terus, gimana cara mendidik spiritual anak yang sebenarnya?

‎Gak lewat dogma, doktrin
‎Gak lewat ketakutan.
‎Apalagi lewat larangan yg gk dipahami, sebagai sebuah halusinasi yang membungkus pikirannya

‎Spiritualitas pada anak harus berangkat dari rasa.

‎Dan caranya sederhana banget ⤵️

‎━━━━━━━━━━━━━━━

‎🌿 1. Ajari lewat contoh, bukan ceramah.

‎Anak gak ngerti konsep abstrak, apalagi konsep klenik , atau hal-hal yang berkaitan dengan mistis.
‎Tapi mereka ngerti frekuensi rumah, lingkungan keluarga.

‎Klo km tenang → anak ikut tenang, dan menuntun nya,
‎Klo km kasar → anak nyerap itu, menyimpan banyak memori ketakutan yang tak ternilai, bagi mereka itulah pelajaran intuisi awal.

‎Orang tua adalah “meditasi hidup”, ibu adalah cermin, panduan hidup yg penuh cinta kasih tak berujung.

‎━━━━━━━━━━━━━━━

‎🌿 2. Ajak mereka peka, merasakan kenikmatan dan pelajaran hidup,hal-hal kecil.

‎Contoh:

‎“Denger suara hujan yuk… suaranya bikin kamu ingat apa?”
‎“Liat daun itu goyang pelan… menurutmu dia lagi apa?”

‎Ini bukan mistik, ghaib, Mysteria, angker tetapi
‎Ini cara mengaktifkan rasa empati terdalam, agar pengindra jiwa’ nya hidup.

‎━━━━━━━━━━━━━━━

‎🌿 3. Ajarkan jujur dan bersikap adil dgn bahasa yg mereka paham.

‎Bukan “kamu dosa”,
‎bukan “kamu tidak harus istighfar”, tetapi menyadari.

‎Cukup:
‎“Kalo kamu jujur, hati kamu jadi enteng loh.”

‎Itu lebih spiritual daripada ancaman & hafalan panjang.

‎━━━━━━━━━━━━━━━

‎🌿 4. Kenalkan napas saat emosi, ketenangan, bukan sebagai ritual.

‎“Kalo kamu marah, tarik napas dulu ya… biar badanmu gk panas.” muncul kesabaran hati.

‎Ini simple, tapi inilah fondasi olah rasa.

‎━━━━━━━━━━━━━━━

‎🌿 5. Tanamkan syukur lewat pengalaman, selalu ber-terimakasih bukan sumpah serapahnya ceramah.

‎“Wah… mataharinya hangat ya, enak banget…” ☀️

‎Anak belajar halusnya hati lewat sensasi sederhana.

‎━━━━━━━━━━━━━━━

‎🧠 Kuncinya:

‎Anak tidak butuh “pelajaran spiritual yg muluk²”.
‎Mereka butuh ruang utk merasakan,
‎bukan ketakutan yg dibungkus dogma religius.

‎Kalau batin anak tumbuh sehat,
‎ritual nanti otomatis punya makna kehidupan Yg bermental NALAR INTUITIF.

Marilah mengintip misteri RUHANI