Panji Blambangan Sajikan Tumpeng dan Ketan Duren Dalam Tasyakuran 20 Tahun Keris Diakui UNESCO

Banyuwangi-menaramadinah.com-Keris merupakan senjata tajam golongan belati dari suku Jawa yang memiliki ragam fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor, yaitu terlihat serat-serat lapisan logat pada helai bilah.

Keris bagi orang Jawa adalah senjata pemungkas setelah pedang, tombak, dan panah. Sejatinya keris bukanlah senjata utama dalam peperangan tetapi juga senjata yang disukai untuk dibawa pergi ke mana pun.

Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian.

Pada penggunaan masa kini dan penggunaan perkembangan keris dari waktu ke waktu orang Jawa mengubahnya menjadi benda yang memiliki filosofi pengajaran hidup bagi pemiliknya, sebagai identitas diri, pesan moral, simbol cerminan diri, ketenteraman, kesabaran, harapan/impian keinginan, serta pengingat diri atau pagar nasihat bagi pemiliknya agar selalu damai tenang hatinya tidak mudah emosi, harus selalu berjiwa bersih dan bersahaja, semua itu di tuangkan ke dalam simbol-simbol yang terdapat di setiap bentuk keris dan rupa rupa pamor keris.

Keris juga merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.

Keris telah terdaftar dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia yang berasal dari Indonesia sejak tanggal 25 Nopember 2005. Dan setiap tanggal 25 Nopember selalu diperingati oleh berbagai komunitas pecinta keris dan disyukuri sebagai hari pengakuan keris Indonesia sebagai Warisan Budaya di dunia Internasional.

Di Banyuwangi, acara tasyakuran memperingati 20 tahun pengakuan keris oleh UNESCO diselenggarakan Paguyuban Tosan Aji (Panji) Blambangan, di Lesehan Kremes TMP Jl Ahmad Yani no. 67 Banyuwangi saat samarwulu.

Dihadiri oleh tokoh senior budayawan seperti Ki AekanuHaryono, IBung Aguk Darsono, Momo Kepus, Penyair Fatah Yassin Noor, H. Syafaat Lentera Sastra, serta perupa seperti Harianto Koi dan Mbah Eko. ,dan masih banyak lagi.
Acara ini juga dihadiri oleh sekitar 17 siswa-siswi pelajar SMPN 2 Rogojampi yang peduli pada dunia perkerisan sebagai warisan budaya asli Indonesia setelah mereka berkunjung ke Museum Blambangan Disbudpar.

Dalam sambutannya Ketua Panji Blambangan yang juga anggota Tim Cagar Budaya Disbudpar Kabupaten Banyuwangi,KRT H. Ilham Riyadi, M. Pd mengajak para generasi muda agar menguri-uri dan melestarikan keris sebagai warisan budaya kebanggaan Indonesia agar pengakuannya dunia atas nilai adiluhung leluhur berkelanjutan sebagai jati diri bangsa. “Ayo bangga dan kaji dari nilai ekonomi,sejarah dan filosofinya. Jangan dianggap klenik atau syirik karena besi bertuah ada di kitab suci! ” tutur sejawat Menteri Kebudayaan Fadli Zon ini yang sering dimintai tolong para pihak sebagai pawang hujan ini.

Acara kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh H. Syafaat dari Lentera Sastra Kemenag yang mendoakan para Mpu yang berjasa pada peradaban nusantara.
Ungkapan syukur ditandai potong tumpeng sebagai perlambang ucapan syukur dan kesejahteraan bagi semua yang menghadiri acara ini.

Yang istimewa dari hidangan di acara ini adalah menu Ketan Duren dan Ayam Kremes persembahan dari warung Lalapan Kremes TMP yang dikelola oleh aktivis UMKM Banyuwangi, Robin Hore.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama di depan backdrop kegiatan dan koleksi keris dari para anggota Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) yang ada di Banyuwangi.(Aguk Wahyu Nuryadi)