بسم الله *Mengkritisi SDA Kelautan dan Perikanan*

 

Prof Mahmud Mustain,
Guru Besar Teknik Kelautan ITS

Idealnya, penerimaan negara dari Sumber Daya Alam (SDA) laut di Indonesia, sebagai negara poros maritim dunia, dapat mencapai 30-40% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, angka ini dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti harga komoditas laut, produksi, dan kebijakan pemerintah (Meta AI, 2025)

Indonesia memiliki potensi besar di sektor maritim, termasuk perikanan, energi, dan mineral laut. Dengan memanfaatkan potensi ini, insyaAllah Indonesia dapat meningkatkan penerimaan negara dan memperkuat ekonomi nasional.

Data yang Tersedia terkini adalah sebagai berikut (Meta AI, 2025);
1. Kontribusi SDA Non-migas
Menurut Laporan Fiskal Kemenkeu (per 31 Mei 2025), realisasi PNBP “SDA Nonmigas” adalah Rp 46,3 triliun.
2. PNBP dari Kelautan & Perikanan
-Dari artikel Kabar Bursa: PNBP sektor kelautan dan perikanan tercatat Rp 212,1 miliar (per suatu periode yang dilaporkan).
-Dari laporan Kemenkeu “Tekf II 2025”: realisasi PNBP Kelautan & Perikanan SDA sampai 31 Mei 2025 = Rp 322,7 miliar.
-Target pendapatan SDA Kelautan & Perikanan di RAPBN 2025 diperkirakan sebesar Rp 1.627,6 miliar (Rp 1,6276 triliun).
3. Total PNBP
Per 31 Maret 2025, realisasi total PNBP adalah Rp 115,9 triliun (diambil dari berita Kabar Bursa).
Menurut Laporan Fiskal Kemenkeu (per 31 Mei 2025), total realisasi PNBP dari beberapa pos: misalnya PNBP SDA (semua) “s.d 31 Mei 2025” realisasi SDA nonmigas adalah Rp 46,3 triliun.

Sebagai kesimpulan bahwa untuk perkiraan 2025, berdasarkan data yang ada, kontribusi PNBP sektor kelautan & perikanan terhadap total PNBP sangat kecil, hanya di kisaran ~0,18% (perkiraan kasar berdasarkan data per Maret 2025). Namun, ini perkiraan sangat konservatif dan kemungkinan menyimpang karena keterbatasan data realisasi yang lengkap dan perbedaan periode (ChatGPT, 2025).

Secara sadar sesadar-sadarnya bahwa peran Sektor Kelautan dan perikanan masih terlalu kecil dalam berkontribusi pada PNBP. Hasil perkiraan baru 0.18 % dari PNBP, sedangkan PNBP sekitar 25 % dari total APBN dengan Pajak 75%. Maka bisa dibayangkan peran kontribusi Kelautan dan Perikanan hanya 0.045% dari total APBN.

Apabila mengingat kewajaran kriteria Negara sebagai Poros Maritim Dunia adalah memiliki kontribusi APBN dalam kisaran 30 sd 40 %. Sedangkan Kemaritiman kita baru dalam angka 0.045 %. MasyaAllah jauh di panggang api. Tetapi kita sebagai WNI tidak perlu kecil hati, sebab potensi SDA kemaritiman secara kualitatif dan kuantitatif (?) jelas tersedia. Sehingga peluang sangat besar dan bahkan kondisi ini memiliki potensi mendapatkan kinerja yang sangat istimewa.

Kita ingat ceritra para kiyai apabila ingin mendirikan pondok pesantren, maka mencari lokasi yang sangat rusak masyarakatnya. Contoh Kyai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren Langitan, lokasi Mandungan Widang Tuban, terkenal pusatnya orang PKI. Kyai Tamim mendirikan pondok pesantren Darul Ulum Jombang, memilih desa Rejoso (Njoso) Peterongan Jombang, saat itu terkenalnya lokasi perjudian dan ma’siat yang lain. Sehingga hasil kinerja pondok mulai dari minus menjadi sangat positif.

Demikian kembali pada motivasi meningkatkan kehidupan kelautan dan perikanan dalam dunia Kemaritiman kita. Mari apa yang bisa kita lakukan sesuai dengan kapasitas, kompetensi, dan bidang keahlian kita, kita optimalkan. Semoga bisa demikian aamiin.

Semoga pinaringan manfaat barokah selamat aamiin.
🤲🤲🤲

Surabaya,
02 Jumadil Akhir 1447
atau
23 November 2025
m.mustain