بسم الله *Attahiyyatul…*

 

Prof Mahmud Mustain, Guru Besar Teknik Kelautan ITS

Berikut ini adalah awal baca’an kalimat tasyahud:

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ

“Kehormatan yang diberkahi, shalawat, dan kebaikan semuanya milik Allah.” Artikel ini mengkritisi detailnya kalimat-kalimat dalam tasyahud, dimulai dari lafal pertama.

Kalimat pertama ini adalah kalam sapa’an Nabi Muhammad SAW kepada Allah SWT ketika sowan bermuwajjahah saat mi’raj. Berikut adalah HR Muslim No. 47 yang menjadi sumbernya, yakni:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَقُلْ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ فَإِذَا قَالَهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: Jika salah seorang di antara kalian duduk dalam shalat, maka ucapkanlah: ‘At-Tahiyyatu lillahi was-shalawatu wat-tayyibatu, assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuhu, assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-shalihiin.’ Jika dia mengucapkan itu, maka salam itu akan mengenai setiap hamba Allah yang sholih di langit dan di bumi. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.”

Kalimat uluk sapa’an bukan dengan السلام عليكم tetapi dengan, التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ, ini adalah pujian, yakni seorang hamba yang memuji kepada Tuhannya. Hal ini sangat rasional sebab salam yang biasa kita gunakan itu adalah berupa doa mohon mendapatkan keselamatan dari Allah SWT. Jadi jelas tidak pas bila salam digunakan untuk menyapa Allah SWT, karena yang memiliki keselamatan adalah Allah SWT. Dengan demikian uluk sapa’an yang benar adalah pujian. Kalimat pujian itu adalah memberikan makna pujian yang tertinggi nilainya, diatas pujian yang biasa kita lafalkan yakni الحمد لله.

Ketika Allah SWT mendapatkan uluk sapa’an dari Nabi Muhammad SAW, maka Allsh SWT menjawab dengan kalimat salam. Jawaban tersebut adalah السلام عليك ايهالنبي ورحمة الله وبركاته, ini baru pas yakni pemberian selamat rahmat dan barokah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Setelah Nabi Muhammad SAW mendapatkan hadiah besar tersebut, maka beliau langsung memohonkan juga untuk hamba Allah (Umatnya) yang sholih. Kalimat tersebut adalah, السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين. Hal ini menandakan betapa beliau perhatian kepada umatnya.

Dialog tersebut berarti menghadirkan Nabi Muhammad SAW dan semua hamba Allah yang sholih di hadapan Allah SWT. Tasyahud ini sangat sakral ketika kita akan bersaksi di hadapan Allah beserta Nabi dan hambaNya. Kalimat persaksian kita adalah اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمد رسول الله. Sungguh momen ini paling sakral yakni paling besar keterikatan kita sebagai hamba Allah yang sedang bermuwajjahah.

Sebagai pelajaran yang dalam adalah, mari kita tingkatkan kekhusyu’an sholat kita terutama pada tasyahud ini. Kita bayangkan bahwa kita bersaksi di hadapan Allah SWT yang ditunggui para Nabi dan hambaAllah yang sholihin. Semoga bisa demikian aamiin.

Semoga manfaat barokah selamat aamiin.
🤲🤲🤲

Surabaya,
11 Jumadil Ula 1447
atau
02 November 2025
m.mustain