
Oleh : Abdullah Fathoni Sujada dkk
Tulisan ini merupakan tugas resensi buku: Rahasia & Keutamaan Shalat Subuh karya Adnan Tharsyah.
Nama- nama kelompok 3:
1. Abdullah Fathoni Sujada [06020123025]
2. Angelina Karunia Putri [06040123093]
3. Muhammad Naufal Ifkaruddin [06040123120]
4. Qurrotu A’yunin Assyafinas [06040123134]
Shalat Subuh sering kali menjadi salah satu ibadah yang paling berat untuk dijaga. Waktunya yang berada di ujung malam, ketika tubuh masih lelah dan kantuk belum hilang, membuat banyak orang gagal melaksanakannya tepat waktu. Tidak jarang seseorang bisa disiplin
dengan shalat lain, tetapi justru kesulitan pada Subuh. Padahal, Subuh adalah ujian sejati keimanan. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa siapa yang menjaga shalat Subuh, maka ia berada dalam perlindungan Allah. Kalimat singkat ini saja sudah cukup
menggambarkan betapa pentingnya shalat Subuh bagi kehidupan seorang Muslim.
Kesadaran inilah yang mendorong Adnan Tharsyah menulis buku Rahasia & Keutamaan Shalat Subuh, sebuah karya yang membicarakan mengapa Subuh begitu istimewa, apa yang membuatnya terasa berat, dan bagaimana cara agar ibadah ini bisa dijalani dengan konsisten.
Sejak bagian pengantar, penulis sudah menekankan bahwa shalat Subuh adalah barometer iman. Orang yang mampu menjaganya, biasanya lebih mudah menjaga ibadah lain.
Sebaliknya, orang yang melalaikannya akan cenderung menyepelekan kewajiban lain.
Mukadimah ini bukan sekadar kalimat pengantar, melainkan semacam peringatan agar pembaca tidak lagi meremehkan Subuh.
Waktu Subuh sendiri memiliki banyak
keistimewaan: malaikat berganti menjaga manusia, udara yang segar penuh oksigen, dan suasana yang masih tenang sebelum aktivitas dunia dimulai. Semua itu adalah tanda bahwa Allah memang menjadikan Subuh sebagai momen khusus untuk mendekat kepada-Nya.
Bab pertama buku ini membahas penyebab mengapa shalat Subuh terasa berat. Salah satunya adalah pola hidup yang tidak sesuai dengan aturan Allah.
Malam sebenarnya diciptakan
untuk istirahat, sementara siang untuk bekerja. Namun kenyataannya, banyak orang justru membalik aturan ini. Malam dihabiskan untuk begadang, menonton televisi, bermain ponsel, atau menyelesaikan pekerjaan. Akibatnya, tubuh lelah dan sulit bangun ketika adzan Subuhberkumandang.
Penulis mengingatkan bahwa menjaga pola tidur bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga bagian dari ketaatan. Tidur lebih awal, membaca doa sebelum tidur, dan menghindari aktivitas sia-sia akan sangat membantu seseorang untuk bisa bangun di waktu Subuh.
Selain faktor fisik, penulis menekankan lemahnya iman sebagai penyebab utama. Orang yang hatinya lebih cinta dunia akan memandang shalat sebagai beban. Rasa malas semakin kuat, dan akhirnya Subuh dianggap mengganggu kenyamanan tidur. Padahal, dengan memperkuat iman lewat dzikir, membaca Al-Qur’an, dan bergaul dengan orang-orang yang rajin beribadah, hati akan lebih mudah digerakkan untuk bangun Subuh. Lingkungan jugamemberi pengaruh besar.
Seseorang yang tinggal di tengah masyarakat yang disiplin dengan
shalat tentu lebih mudah ikut terbiasa, sementara yang hidup di lingkungan abai akan lebih mudah tergelincir. Menariknya, penulis juga membahas soal ritme tubuh manusia.
Menurutnya, tubuh memiliki keseimbangan alami yang harus dijaga. Jika siklus ini terganggu karena kebiasaan begadang, tubuh akan kehilangan ritmenya dan sulit bangun pagi.
Dari penjelasan ini, kita bisa melihat bahwa kesulitan shalat Subuh bukan sekadar soal kantuk, tetapi akibat gaya hidup yang tidak teratur.
Bab kedua berisi pembahasan tentang faktor pendukung agar seseorang bisa konsisten menjalankan shalat Subuh, khususnya secara berjamaah. Solusi pertama tentu dengan mengatur malam. Jika tidur lebih awal, tubuh akan segar untuk bangun. Penulis juga menekankan pentingnya qiyamul lail. Orang yang sudah terbiasa bangun untuk tahajud biasanya akan lebih mudah melanjutkannya dengan shalat Subuh. Kebiasaan ini sekaligus melatih jasmani dan rohani agar lebih disiplin.
Selain itu, suasana rumah dan keluarga juga sangat penting. Jika di dalam keluarga ada
budaya saling membangunkan untuk Subuh, maka ibadah ini akan terasa ringan. Anak-anak yang sejak kecil dibiasakan bangun Subuh akan membawa kebiasaan itu sampai dewasa.
Bahkan, rumah yang penuh doa sebelum tidur akan lebih mudah mendapat pertolongan Allah untuk bangun pagi. Penulis juga menyarankan doa khusus sebelum tidur agar dimudahkan bangun.
Alarm atau pengingat hanyalah alat bantu, sementara yang paling menentukan
adalah niat tulus dan doa kepada Allah.
Bab ketiga adalah inti buku ini, yaitu tentang keutamaan dan hikmah shalat Subuh. Dari sisi spiritual, Subuh adalah awal hari yang penuh berkah. Dengan menunaikan Subuh, seseorang memulai harinya dengan doa, syukur, dan kepasrahan. Hal ini berpengaruh besar pada sikap dan perilaku sepanjang hari. Orang yang menjaga Subuh cenderung lebih tenang, teratur, dan disiplin.
Menurut penulis, orang yang mampu melawan rasa kantuk demi Subuh berarti ia sudah berhasil menaklukkan salah satu hawa nafsu terbesar.
Dari sisi sosial, shalat Subuh berjamaah mempererat ukhuwah. Orang-orang yang setiap hari bertemu di masjid saat Subuh akan memiliki ikatan batin yang lebih kuat. Pertemuan itu melahirkan kebersamaan, rasa peduli, dan solidaritas di masyarakat. Dengan kata lain, Subuh berjamaah tidak hanya memperkuat iman pribadi, tetapi juga memperkokoh persaudaraan.
Manfaat Subuh juga tampak dari sisi kesehatan. Udara pagi yang segar mengandung oksigen murni dan gas ozon yang baik bagi tubuh. Berjalan menuju masjid menjadi olahraga ringan yang menyehatkan jantung dan otot. Bacaan shalat dengan pernapasan panjang membuat saraf lebih tenang. Jadi, Subuh bukan hanya ibadah rohani, tetapi juga memberi manfaat jasmani.
Pada bagian penutup, penulis kembali menekankan bahwa shalat Subuh adalah penentu kualitas iman. Orang yang mampu menjaganya berarti ia menjaga agamanya, sedangkan yang melalaikannya sama saja mengabaikan pondasi keislaman. Pesan ini disampaikan dengan tegas, seakan menjadi seruan agar pembaca benar-benar sadar bahwa Subuh tidak boleh dianggap remeh. Disiplin bangun Subuh bukan hanya menghasilkan pahala besar, tetapi juga
melatih diri untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih kuat. Rahasia & Keutamaan Shalat Subuh menegaskan bahwa Subuh adalah ukuran nyata keimanan seorang Muslim.
Menjaga shalat ini berarti menjaga pondasi agama, sedangkan melalaikannya sama saja
melemahkan ikatan dengan Allah. Melalui bahasa yang ringan dan uraian yang praktis, penulis mengajak pembaca untuk lebih serius menata hidup, dimulai dari kebiasaan kecil tetapi sangat berharga: bangun tepat waktu untuk shalat Subuh. Buku ini menjadi pengingat bahwa keberkahan hidup justru lahir dari disiplin menjaga ibadah, bukan dari hal-hal duniawi
semata.
