
Oleh: Siti Nurul Aini, dkk
Judul di atas kami ambil dari buku:
“Hikayat Ulama Nusantara”.
Karya: Susilawati & Ilham Chabibur Rochman
Penerbit: GUEPEDIA
Tahun: 2020
Jumlah halaman: 135
Ini adalah tugas menulis biografi tokoh agama Indonesia mata kuliah bahasa Indonesia yang di bimbing langsung
oleh: Ust. Yahya Aziz Dosen PIAUD FTK UINSA
Para penulis kelompok 2, mereka adalah:
1). Siti Nurul Aini (06020925064)
2). Sovita (06020925065)
3). Suci Qonita Tilla Arditan (06020925066)
4). Syafa’atul firdausy (06020925067)
5). Vania Zalfa Wijaya (06020925068)
6). Viana Zuhrohtun Aliyah (06020925069)
7). Widia putri mahardika (06020925070)
*KH. MAHRUS ALY*
Kh. Mahrus Aly atau nama kecilnya dipanggil rusdi, lahir di desa gedongan, kecamatan astanajayapura, Cirebon, Jawa Barat 1906 dan wafat pada 6 ramadlan 1405 H/26 Mei 1985 M di makamkan di Kedir, Jawa Timur. Kh. Mahrus aly, beliau merupakan anak Dari pasangan KH. Aly Abdul Aziz dan Hasniah binti kyai said. Beliau merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara.
KH. Mahrus Aly memulai pendidikan sejak beliau masih kecil di bawah bimbingan sang ayah (KH. Aly Abdul Aziz). Beliau berhasil menghantamkan Al-Qur’an pada usia 15 tahun, beliau juga belajar beberapa bidang ilmu seperti bahasa arab, akhlak,dan hadist. Beliau juga belajar agama Islam di bawah bimbingan KH. Ahmad Afifi yang merupakan kakak kandung beliau, pengasuh pondok pesantren Gedongan. ia belajar disiplin ilmu, seperti sharaf, nahwu, kitab Safinah an-najah dan sullam at-Taufiq. Selama beliau dalam proses belajar, berkat ketekunan, kerajinan, serta ibadahnya memuat banyak orang terkagum-kagum, terutama kakak-kakaknya. Beliau juga belajar silat pada kiai balya, ulama jawara Asal Tegal gubug, Cirebon, Jawa barat.
Pada 1929 M, beliau melanjutkan ke pesantren kasingan, rembang, Jawa tengah di bawah bimbingan KH. Kholil selama 5 tahun. Lalu, beliau berpindah ke pondok pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Dengan berbekal ilmu yang di mumpuni, beliau berniat tabarukan di pesantren Lirboyo. Namun beliau diangkat menjadi pengurus pondok Lirboyo dan ikut membantu mengajar. Selama di Lirboyo beliau di kenal sebagai santri yang tidak pernah merasa letih mengaji. Pada saat waktu libur tiba beliau gunakan untuk tabarukan dan mengaji di pesantren lain, seperti pesantren sarang, pesantren Tebuireng, pesantren watucongol, pesantren Langitan, dll.
*KARYA-KARYA KH. MAHRUS ALY*
KH Mahrus Aly adalah seorang ulama besar Indonesia, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, yang dikenal atas kontribusinya dalam bidang tasawuf, fikih, dan pendidikan Islam. Berikut adalah beberapa karya utamanya, berdasarkan catatan sejarah dan literatur pesantren:
Tafsir Al-Qur’anul Karim: Sebuah tafsir Al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa Jawa, menekankan pemahaman tasawuf dan akhlak. Karya ini sering digunakan sebagai bahan ajar di pesantren Lirboyo dan menjadi salah satu warisan intelektualnya.
Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah: Kitab tentang akidah Islam menurut mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah, yang membahas konsep tauhid, iman, dan amal saleh. Ini mencerminkan pemikiran KH Mahrus Aly yang moderat dan toleran.
Al-Mawa’izh Al-Hasanah: Kumpulan nasihat dan khutbah yang berisi ajaran moral, etika, dan hikmah hidup berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Karya ini populer di kalangan santri untuk membangun karakter.
Kitab Tauhid: Buku yang membahas konsep tauhid secara mendalam, sering dikaitkan dengan ajaran tasawuf. Ini membantu dalam memahami hubungan antara manusia dan Tuhan.
Buku Hikayat Ulama Nusantara memiliki sejumlah kelebihan yang patut diapresiasi. Buku ini menyajikan kisah inspiratif para ulama yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara, dengan bahasa yang mudah dipahami dan gaya penulisan yang menarik. Selain itu, desain buku yang modern membuatnya nyaman dibaca oleh berbagai kalangan. Buku ini juga menjadi dokumentasi penting tentang sejarah dan perjuangan ulama lokal yang sering terlupakan, sekaligus memberi teladan spiritual bagi pembacanya.
Namun, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kisah yang disajikan masih terbatas sumber historisnya dan belum mencakup seluruh tokoh ulama di Nusantara. Selain itu, analisis terhadap pemikiran dan peran sosial para ulama belum digali secara mendalam. Buku ini juga masih minim referensi akademik atau catatan sumber yang dapat memperkuat keakuratan data bagi pembaca yang ingin melakukan kajian lebih lanjut.
