KETELADANAN RASULULLAH SAW., VAKSIN COVID-19 DAN PUBLIC HEALTH

 

Oleh. SAMSURIYANTO

Penulis buku  Menyelamatkan Negeri (Dari Radikalisme, Covid-19 dan Korupsi) serta Dosen Studi Islam pada International Undergraduate Program, ITS Surabaya

Rasulullah SAW. adalah  pemimpin yang memberikan keteladanan kepada umat dalam urusan keagamaan serta kepada rakyat dalam urusan kenegaraan. Sebab beliau  adalah seorang rasul dan kepala negara. Berapa banyak manusia yang memeluk Islam karena teladan baik (uswah hasanah) daripada ceramah baik (mawizah hasanah) yang beliau sampaikan?

Presiden Indonesia, Joko Widodo telah memberikan teladan baik dengan sebagai orang pertama yang berani disuntik Vaksin Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) Sinovac sebagaimana ditulis dalam cnnindonesia.com/ 13/01/2021. Tidak tanggung-tanggung, presiden yang dekat dengan ulama ini menerima suntikan vaksin yang disiarkan secara langsung agar rakyat yang dipimpinnya sungguh percaya.

Ketaatan Masyarakat

Dalam Pancasila yaitu pada sila pertama ditegaskan tentang Ketuhanan, karena masyarakat nusantara terkenal dengan sikap beragama yang baik. Bagi umat Islam, taat kepada pemerintah selama perintahnya baik adalah bagian dari ajaran agama.

Kehalalan Vaksin dari Sinovac ini sudah mendapat fatwa suci dan halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagaimana dilaporkan oleh health.detik.com/9/1/2021. Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 Sinovac dalam nasional.kompas.com/11/01/2021.

Alquran Surat al-Nisa ayat 59, memerintahkan kita untuk menaati Allah SWT., Rasulullah SAW. dan Ulil Amri (di antara pemerintah). Masyarakat yang baik, tentu akan menaati pemerintah apalagi vaksin tersebut sudah mendapat restu dari MUI sebagai wadah Ulama dan cendekiawan muslim.

BPOM sebagai ahli juga sudah memberikan izin. Apalagi Rasulullah SAW. menasehati kita sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari untuk menyerahkan urusan kepada ahlinya, agar bebas dari kehancuran.

Public Health

Dokter, bidan, perawat, dan tim medis lainnya berada di garis depan untuk menciptakan public health (kesehatan masyarakat) termasuk menyelamatkan orang dari Covid-19, padahal mereka juga memiliki keluarga, sama seperti kita. Bahkan mereka rela menahan makan, minum, dan buang air besar dalam waktu lama, karena merawat pasien akibat terkonfirmasi positif Covid-19.

Kini, kita hanya diminta untuk bersedia menerima vaksin yang sudah jelas kehalalan dan kesuciannya. Kita bebas makan, minum, dan lain-lain. Para tenaga kesehatan (nakes) tentu mengetahui, bahkan lebih baik dari yang kita ketahui, jika merawat pasien yang positif terkena virus memiliki risiko tinggi tertular Virus Korona.

Atas dasar hati nurani dan atas nama kemanusiaan itulah, mereka termotivasi sebagai barisan terdepan dalam memutus penularan virus berbahaya itu. Bahkan, di antara nakes wafat sebagai pahlawan kemanusiaan. Mereka adalah mujahid sejati, karena menyelamatkan orang, tanpa memandang suku, bahasa atau bahkan agama.

Renungan Diri

Dalam ajaran agama kita, Islam. Tahukah kita bahwa menyelamatkan satu manusia sama dengan menyelamatkan manusia seutuhnya? Sedangkan membunuh satu manusia sama dengan membunuh semua manusia?

Apa benar tidak bersedia untuk menerima vaksin dianggap telah melancarkan penularan Covid-19? Jika  demikian, apa kita dianggap telah membunuh manusia yang lain?

Benarkah jika kita menuruti anjuran pemerintah dianggap menyelamatkan manusia? Kapan kita akan taat? Mengapa kita tidak taat? Hati kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.