Strategi Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah

Oleh : H.Sujaya, S.Pd. *)

Kualitas pembelajaran adalah gambaran komitmen kita terhadap peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh. Cara siswa memahami materi, mengembangkan keterampilan, dan membentuk pemikiran kritis sangat bergantung pada cara kita menyusun kurikulum yang tepat.
Berkaca dari kurikulum di Finlandia, upaya peningkatan kualitas pembelajaran seyogianya tidak hanya terbatas pada metode pengajaran, tetapi juga mencakup pengembangan kurikulum yang relevan dan inklusif. Tidak kalah penting, peran guru dalam mengakomodasi keberagaman potensi siswa juga perlu diperhatikan.
Cara meningkatkan kualitas pembelajaran berkaitan erat dengan bagaimana peran guru dalam menyajikan materi secara inovatif, merangsang kreativitas siswa, dan memfasilitasi lingkungan belajar yang inklusif. Oleh karenanya, cara meningkatkan kualitas guru menjadi salah satu kunci utama.
Kualitas pembelajaran adalah indikator utama efektivitas suatu sistem pendidikan. Kualitas ini mencakup berbagai aspek, seperti relevansi kurikulum, metode pengajaran yang inovatif, serta kemampuan guru dalam mengelola dan memotivasi siswa.
Selain itu, peningkatan kualitas pembelajaran juga mencerminkan sejauh mana siswa dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam, keterampilan praktis, dan kemampuan berpikir kritis. Pemahaman konsep ini membantu merancang strategi pendidikan yang lebih efektif dan mendukung perkembangan komprehensif siswa di era yang terus berubah.
Pelayanan pendidikan yang baik tentu sudah menjadi komitmen kita bersama dan harus senantiasa kita tingkatkan kualitasnya. Salah satu upaya terbesar dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, yang di dalamnya berarti harus ada peningkatan kompetensi guru. Sedangkan upaya perbaikan kualitas pembelajaran menyasar pada peserta didik, guru, sumber pembelajaran, serta strategi pembelajaran.
Menurut Praptono (2018), Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud mengatakan bahwa dalam rangka melakukan peningkatan pembelajaran setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, peserta didik. Kita berhadapan dengan anak-anak dengan segala potensi yang dimiliki. Ada anak unggul, anak hebat. Tapi tidak bisa kita pungkiri ada anak-anak kita yang memiliki keterbatasan dan mereka harus mendapatkan pendidikan yang terbaik. Kemudian ada guru. Guru sudah kita upayakan secara maksimal. Memiliki kompetensi unggul dalam hal pedagogi, profesional, kepribadian, dan sosial. Peran dari guru menjadi sangat penting dan untuk itulah kita ingin berbagi pengalaman, pengetahuan dengan pola pendampingan yang kita sebut dengan program kemitraan.Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah persoalan sumber pembelajaran dan metodologi atau strategi pembelajaran.
Adapun menurut Nadiem Makarim (2020), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan bahwa Programme for International Student Assessment (PISA) adalah asesmen global yang memetakan sistem-sistem pendidikan di berbagai macam negara yang dites untuk anak di umur 15 tahun. Seperti yang kita semua sudah ketahui, ranking Indonesia sekarang masih banyak butuh peningkatan terutama di area literasi itu yang mengalami sedikit penurunan,

Sehingga Mendikbud telah menyiapkan strategi yang komprehensif untuk bisa meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga nanti di tahun 2024 atau tahun 2025 saat tes PISA berikutnya bisa terlihat akan ada peningkatan, maka menurutnya ada 5 strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu:

Pertama, Mengubah Standar Penilaian
Mengubah UN itu menjadi assessment kompetensi minimum, assessment kompetensi minimum itu adalah terinspirasi oleh PISA dan memang sangat mirip dengan PISA dan soal-soalnya pun mengikuti dan melekat dengan PISA, tapi dengan assessment.
Karena PISA itu, hanya untuk 15. Ia akan menurunkan itu, baik yang buat SMA, SMP, dan juga SD. Ia menyebutkan bahwa step pertama adalah mengikuti standar internasional yaitu PISA dalam assessment pemetaan pendidikan kita.

Karena UN itu standar lokal tapi assessment kompetensi kita yang baru itu adalah standar internasional. Tentunya yang dites bukan hanya kognitif saja tapi juga survei karakter dan lingkungan belajar, dimana kita akan bisa mendapatkan pemetaan hal-hal lain yang berhubungan dengan norma-norma, kesehatan mental, kesehatan moral, dan kesehatan pada anak-anak di masing-masing sekolah. Langkah pertama yakni mengubah kepada standar penilaian atau assessment global yaitu PISA.

Kedua, Transformasi Kepemimpinan Sekolah,
yakni memastikan bahwa guru-guru penggerak terbaik yang sekarang di berbagai macam daerah itu benar-benar yang menjadi pemimpin sekolah, yang menjadi kepala sekolah. Mereka diberikan fleksibilitas dan otonomi dalam penggunaan anggaran dan diberi supply dengan berbagai macam fasilitas teknologi untuk merendahkan atau meminimalisir beban administratif mereka, sehingga mereka bisa fokus pada mentoring guru-guru di dalam sekolah mereka.

Ketiga, Peningkatan Kualitas Daripada Pendidikan Profesi Guru Atau PPG
mencetak guru-guru baru dengan kualitas yang baik yang punya misi yang searah, yaitu untuk siswa yang terbaik. Ini akan membuka program pendidikan profesi guru di berbagai macam institusi lokal maupun internasional dan itu akan menciptakan alumni-alumni lulusan yang lebih baik lagi. Karena banyak sekali guru yang pensiun, ada guru-guru PNS yang pensiun setiap tahunnya. Jadinya pabrik guru kita itu harus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya.
Kemudian juga memastikan bahwa pelatihan-pelatihan guru yang ada sekarang itu bukan sifatnya hanya teoritis tapi sifatnya praktik dan benar-benar belajar. Ada yang dilakukan pelatihan di dalam sekolah-sekolah lain yang kualitasnya lebih baik. Bukan hanya di dalam suatu seminar atau ditunjukkan PowerPoint tapi proses pelatihan guru itu dilakukan melalui interaksi dengan guru dan guru dan di dalam class room, observasi dan feedback.

Keempat, Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Cara meningkatkan kualitas guru juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pendidikan. Guru yang mahir dalam menggunakan alat dan platform digital dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan relevan.
Pemanfaatan platform pembelajaran daring atau aplikasi pendidikan dapat memberikan akses kepada siswa untuk belajar secara mandiri, sementara guru dapat memantau kemajuan mereka secara real-time. Dengan menggunakan teknologi ini secara efektif, guru dapat menghadirkan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Transformasi Pengajaran yang Sesuai dengan Tingkat Kemampuan Siswa. Sekarang ini banyak sekali pengajaran karena silabus kita dan kebijakan-kebijakan mengajar kita sangat rigid, sangat ketat, sehingga banyak sekali guru-guru dan sekolah yang tidak bisa mengajar kurikulum yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Kadang-kadang, terlalu sulit yang dihadapi siswa jadi kurikulum ini harus disederhanakan, dibuat lebih fleksibel, dan berorientasi kepada kompetensi, dan didukung juga dengan tool kit-tool kit online yang bisa membantu personalisasi atau segmentasi pembelajaran. Sehingga tidak semua murid harus mengerjakan suatu hal yang sama, bila satu kelas pun murid-murid dengan tingkat kemampuan yang berbeda bisa mengerjakan misalnya PR yang berbeda atau project yang berbeda.

Kelima, Pengembangan Soft Skills Guru
Filsafat bahwa Semua Perubahan atau Transformasi Sekolah. Hal ini dilakukan hanya di kementerian itu akan berubah, kemitraan dengan daerah dan berbagai macam organisasi penggerak itu akan ditingkatkan. Jadi di Kemendikbud partisipasi masyarakat dan berbagai macam organisasi di dunia pendidikan maupun itu nirlaba, perusahaan-perusahaan yang punya passion di pendidikan, Ed-tech, teknologi startup-startup di bidang pendidikan semuanya harus dirangkul untuk bekerja sama untuk menyasar peningkatan pembelajaran hasil belajar siswa.

*) H. Sujaya, S. Pd. Gr.
Guru SMPN 3 Sindang Indramayu
Juara 1 Lomba Olimpiade Guru Nasional (OGN) Bidang Studi Bahasa Indonesia
Kab. Indramayu 2015.
Juara 1 Guru Berprestasi 2014 Kab. Indramayu
Juara 1 Lomba Karya Ilmiah Guru Forum Ilmiah Guru (FIG) Kab. Indramayu 2013.
Juara III Lomba Karya Inovasi Ilmiah Indonesian Scientific Forum (ISF) Solo 2013.