Sejarah Resolusi Jihad Dalam Buku Para Kyai Pejuang Kemerdekaan

oleh : Muhammad Faizin

9
Tahun 2020 rakyat Indonesia memperingati hari santri dengan gegap gempita dimulai dari sabang sampai merauke.
Peringatan Hari Santri Nasional setelah munculnya Keppres RI nomer 22 tahun 2015 tentang hari santri tanggal 22 oktober 2015 yang bertepatan 9 muharrom 1437 H. Hal tersebut merupakan bukti pengakuan Negara atas jasa para ulama dan santri dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Sejak menjelang kemerdekaan dari penjajahan Belanda kiprah santri berjuang mengokohkan pilar pilar NKRI berdasarkan Pancasila yang bersendikan Bhinneka Tunggal Ika. Pada posisi ini para santri berdiri di garda depan membentengi NKRI dari berbagai ancaman fisik dan ideologi.
Pada muktamar NU 1936, sebelum Indonesia merdeka, kaum santri menyatakan Nusantara sebagai DARUSSALAM. Pernyataan ini adalah legitimasi fiqh berdirinya NKRI berdasarkan Pancasila. Kemudian tahun 1945, sejumlah santri duduk di panitia 9 setuju menghapuskan 7 kata dalam Piagam Jakarta demj kesatuan dan persatuan bangsa.
Pada tahun 1945 datang pasukan Inggris dan Belanda untuk menduduki Indonesia, maka para santri mengumandangkan RESOLUSI JIHAD, yang dikomandani oleh Hadrotus syeh KH. Hasyim Asy’ari Rais Akbar Nahdlotul Ulama pada 22 oktober 1945.
Dihadapan konsul konsul Nahdotul Ulama seluruh Jawa Madura, bertempat di kantor NU jalan Boebutan VI/2 Soerabaja. Fatwa Resolusi Jihad N U digaungkan dengan pidato Hadrotus Syekh yang menggetarkan jiwa :
Adapun fatwa Resolusi jihad itu adalah :
…”Berperang menolak dan melawan penjajah itu FARDLU AIN (yang dikerjakan oleh tiap orang islam laki2 perempuan, anak2 bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi kewajiban itu jadi FARDLU KIFAYAH…. ”
Tanpa Resolusi Jihad NU dan pidato Hadrotus Syekh yang menggetarkan jiwa ini tidak akan pernah ada peristiwa 10 nopember di Surabaya yang kelak diperingati sebagai hari Pahlawan.
Kemudian tahun 1953 timbul pemberontakan DI/TII sebagai penguasa baru di Indonesia.
Dalam hal ini kaum santri memberi gelar Presiden Indonesia sebagai Waliyyul Amri Ad Dlaruri bis Syaukah, pemimpin yang sah harus ditaati. Sedangkan DI /PII sebagai pemberotak harus diperangi.
Begitupula saat terjadi peristiwa 3/30 S/PKI kaum santri berdiri di garda depan menghadapi rongrongan ideologi komunisme. Hingga akhirnya berhasil ditumpas sampai ke akar akarnya.
Menginjak tahun 1983/1984 kaum santri memelopori penerimaan Pancasila satu satunya asas dalam kehidupan berbangsa bernegara dan menyatakan bahwa NKRI sudah final sebagai konsensus nasional ( mu’ahadah wathoniyah). Meskipun banyak ormas islam lainnya tidak sejalan. Tapi pada akhirnya mengakui kaum santri sebagai penerima asas tunggal Pancasila yang benar.
Oleh karena itu momentum Hari Santri menjadi Gerakan penguatan paham kebangsaan yang bersintesis dengan keagamaan.
Spirit “Nasionalisme bagian dari iman” perlu terus digelorakan di tengah arus ideologi fundatalisme agama yang mempertentangkan Islam dan nasionalisme.
Sejarah Resolusi Jihad dan peran santri dalam perjuangan NKRI bisa dibaca dalam buku PARA KYAI PEJUANG KEMERDEKAAN, karya Yahya Aziz & Husnu Mufid hal 12-16 yang diterbitkan oleh Menara Madinah (2019).
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah nyata di atas adalah :
1. Selama ini kesan yang ada di masyarakat yang merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah para pahlawan nasional.
2. Kemerdekaan Indonesia bisa direbut dan dipertahankan tidak bisa lepas dari para Kyai dan santri nya.
3. Sudah waktunya para guru guru sejarah di madrasah mengenalkan para peserta didik nya, ada peran penting KH. Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH. Wahid Hasyim, KH. Bisri Syamsuri dll dalam rangka membantu negara untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
4. Mengkampanyekan gerakan HUBBUL WATHON MINAL IMAN… cinta kepada tanah air adalah sebagian dari iman, agar peserta didik kita tidak berpaham intoleran, khilafah dan radikal.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk ummat.
Barakallah….
Penulis dosen FTK UINSA pembaca setia menara Madinah dan buku Para Kyai Pejuang Kemerdekaan.