MERAYAKAN HARI RAYA TANPA SHALAT IED

 

Oleh Mochammad Rifai,

Jurnalis Citizen menaramadinah.com Banyuwangi.

Pemandangan aksi relawan di jalan-jalan umum sepanjang Banyuwangi kecuali aksi pengumpulan dana untuk pembangunan masjid, diramaikan dengan relawan-relawan pengumpulan dana untuk donasi santunan anak yatim. Tradisi unik di masyarakat Banyuwangi ini, mulai marak karena dorongan kesadaran berbagi dan mengamalkan perintah agama yang diajarkan oleh Nabiullah Muhammad SAW.
Selaras dengan ajaran Agama Islam, bahwasanya di Bulan Suci Muharram ada banyak keutamaan di antaranya menyantuni anak yatim dan para dhuafa. Idul Yatama sebutan lain bulan Suci Muharram. Artinya Hari Raya Anak Yatim. Hari Raya tanpa shalat id. Nabi menurut sejarahnya setiap tgl 10 Muharram, mengumpulkan anak yatim dan para dhuafa untuk senangkan. Mereka diajak makan bersama.
“Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya.”
Seharusnya setiap muslim memperhatikan nasib anak-anak yatim. Khususnya kelangsungan hidup dan pendidikannya. Sebagaimana disinggung dalam QS Almaun. Agar kita tidak menjadi ‘pendusta agama’ maka tidak harus menunggu kaya, atau hidup berlebihan dalam bersedekah khususnya untuk membantu anak-yatim dan kaum dhuafa.
Bukan acara seremonialnya yang ditekankan dalam merayakan Idul Yatama, melainkan solusi cerdas berkelanjutan untuk ikut menjamin masa depan mereka.