Kisah Musafir Gowes Dari Jombang Kunjungi 316 Makam Dan Petilasan Wali,Kyai Dan Tokoh Sakti

Kisah perjalanan musafir dari Jombang ini sungguh menarik dan bisa memberi hikmah tentang pentingnya kesabaran, kegigihan dan keistiqomahan dalam menggapai suatu tujuan atau cita-cita dalam kehidupan yang penuh tantangan, rintangan dan hambatan. Fa inna ma’al usri yusro’, Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Qs.Al-Insyirah ayat 5). Berikut ini laporsn Bro j jurnalis citizen.

Gus Mohammad Aris dari Jombang kelahiran 21 Februari 1964 dengan mengendarai sepeda (gowes) telah berhasil mengunjungi 316 makam dan petilasan wali,kyai dan tokoh sakti disuatu wilayah dalam Pulau Jawa,Bali hingga Nusa Tenggara Barat.Perjalanan panjang yang penuh tantangan itu ditempuh Gus Mohammad Aris dalam kurun waktu 1 tahun lebih satu hari ,cicit dari Mak Erot(ahli pengobatan terkenal khusus alat vital) dari jalur ibu ini memulai gowes spiritualnya dari 1 Muharram 1441 Hijriyah dan pada 2 Muharram 1442 ,juru kunci makam Kyai Asy’ari Kras Jombang tersebut tiba di Nganjuk dan akan segera tiba di pondok pesantrennya yaitu Yayasan Ma’rifat Billah peninggalan kakek dan bapaknya (Kyai Abdullah ) yang berdiri di Jombang tahun 1962.Ada dua lokasi dari Yayasan Ma’rifat Billah,lokasi pertama di Ceweng dan satunya lagi tidak jauh dari alun-alun Jombang ,diasuh oleh Gus Rhafi seorang ustadz muda yang juga dikenal sebagai pakar ilmu hikmah dan kanuragan kondang yang muridnya tersebar seluruh Indonesia hingga luar negeri.
Sekilas tentang Kyai Asy’ari yang makamnya diurus oleh Gus Mohammad Aris sang musafir gowes,beliau adalah kyai yang merupakan leluhur dari kyai-kyai Jombang yang berkiprah besar untuk umat,bangsa dan negara.Kyai Asy’ari adalah bapak dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari (Pendiri NU),kakek dari KH.Wachid Hasyim (Menteri Agama era Presiden Soekarno) dan kakek buyut dari Presiden RI ke-4 KH.Abdurrachman Wahid(Gus Dur).
Dalam pengembaraan spiritualnya,Gus Mohammad Aris mengaku tidak membawa uang saku sama sekali.”Sangunya cengkir ,mas”,tuturnya pada Bro J dari media online saat ngobrol dengan beliau sekitar satu setengah jam di tempat penjual kopi depan Taman Pintar Nganjuk(21/08/2020).
Cengkir yang dimaksud adalah kencenge pikir ,niat yang kuat ,ketaqwaan dan ketawakalan .Selama perjalanan selalu berdo’a dan tetap menjaga ibadah wajib.Ajaibnya ada saja pertolongan datang ketika Gus Mohammad Aris dalam kesulitan saat diperjalanan .Misalnya saat lapar dan haus,ada orang yang memberinya makanan dan minuman dan saat sepedanya rusak,ada orang yang ikhlas mau membantu untuk memperbaikinya seperti ban bocor dan rantainya putus.
Namun Gus M.Aris punya pantangan dalam pengembaraan yaitu tidak pernah singgah sekalipun dirumah warga atau penduduk ,hanya mau singgah di masjid,kantor polisi dan warkop yang ada dipinggir jalan,bukan warkop yang jadi satu dengan rumah pemiliknya.
Menginap di kantor polisi,emperan masjid dan tepi jalan selama pengembaraan.
Bila hujan deras di siang hari,Gus M.Aris yang punya sekitar 311 santri di pondoknya tetap melanjutkan perjalanan,tetapi bila hujannya di malam hari,Gus M.Aris mencari tempat untuk berteduh.
Telisik makam dan petilasan adalah tujuan dari pengembaraannya.Dengan ilmu yang dimilikinya,dia bisa membedakan antara sebuah makam dan petilasan yang terkadang rancu bagi sebagian orang .Di satu lokasi makam tokoh,rata-rata ia menghabiskan waktu sampai 2 hari untuk khataman Al-Qur’an dan membaca Asmaul Husna.
Bila itu adalah benar-benar makam tokoh,maka ia diberi petunjuk munculnya seseorang,tetapi bila yang dikunjungi adalah petilasan,setelah dikhatamkan Al-Qur’an dan dibacakan Asmaul Husna,maka yang muncul adalah hewan,bisa macan,ular dan lain-lain.
Ditempat -tempat ziarah atau wisata religi,Gus M.Aris seringpula mengingatkan para juru kunci agar jangan mau dimintai nomer togel oleh peziarah yang niatnya salah karena togel termasuk perbuatan yang dilarang agama
Gus Aris yang pernah bertahun -tahun menjadi abdi dalem Syaikh Mohammad Dimyathi (Abuya Dimyathi) ulama kondang dari Banten sejak tahun 1982 hingga sang ulama kharismatik wafat tahun 2003.
Selama mengabdi pada Abuya Dimyathi,Gus Aris selalu puasa Daud,sehari puasa ,sehari tidak puasa.Dari ulama tersohor Banten itu Gus Aris menerima juga banyak ijazah ilmu untuk macam-macam hajat kehidupan.
Di sepanjang jalan dalam kurun waktu yang lama dan menjadi ritual wajibnya sebagai pengasuh pondok,Gus Aris banyak dimintai do’a orang-orang yang mengalami kesulitan hidup dan orang-orang yang ingin berlaga dalam pemilihan kades,anggota dewan ,bupati dan sebagainya.”Kalau polisi biasanya minta do’a keselamatan “,imbuhnya.
Sebelum menjadi musafir gowes ,Gus Aris yang cinta NKRI juga sudah mengembara dengan tujuan yang sama (316 makam dan petilasan),bedanya itu ia tempuh dengan jalan kaki.
Karena ini pengembaraan terakhir,jadi ia tempuh dengan bersepeda.Setelah laku lelana yang ia jalani selesai di Agustus 2020 ini,ia ingin fokus mengurus pondok beserta para santrinya yang semua telah berkeluarga.Ia didik para santrinya dengan disiplin ketat baik tentang sholat dan amalan -amalan lain .Harapan besarnya lulusan dari ponpes Ma’rifat Billah menjadi insan-insan yang kuat lahir batin dan memberi manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat.
Dia juga berpesan sesuai nasehat dari gurunya(Syaikh Abuya Dimyathi) bahwa dalam hidup ini kita harus selalu sabar,ngalah(bukan berarti kalah),loman ,narimo dan ikhlas.Ojo rumongso biso nanging biso rumongso(Jangan merasa bisa ,tapi bisalah merasa) .
Ekspresi nasionalisme nampak pula pada diri Gus Aris.Ia selalu mengenakan syal merah putih dilehernya.Di awal berangkat gowes spiritualnya ,ia memasang 3 bendera di sepedanya 1 bendera merah putih,1 bendera NU dan 1 lagi bergambar KH.Hasyim Asy’ari.
Namun saat di makam Ki Ageng Selo ,benderanya bergambar Mbah Hasyim Asy’ari diminta oleh juru kunci makam tokoh sakti yang semasa hidup punya karomah menangkap petir ,sedangkan benderanya yang warna merah putih diminta oleh Mbah Hadi juru kunci Gunung Lawu dan ditancapkan di gunung penuh mitos dan misteri itu,penggantinya ia diberi bendera Pramuka dan ia pasang disepedanya.Selain bendera,ia membawa kayu nogosari yang ia dapat dari Alas Purwo Banyuwangi
.Khasiatnya untuk menyedot bisa ular.
Gus Aris termasuk musafir taat aturan,ia membawa KTP yang ia taruh dalam tasnya yang berisi satu sarung dan jaket.Sementara pakaian yang dipakai Gus Aris adalah kaos dilapisi baju surjan ala Jawa dan mengenakan celana hitam,tak lupa topi selalu ia pakai bertuliskan converse.
Dan tidak ada yang mengira bahwa sang musafir gowes 316 makam dan petilasan wali,kyai dan tokoh sakti ini adalah besan dari ulama besar KH.Maimoen Zubair(Mbah Moen) yang wafat saat menunaikan ibadah haji dan dimakamkan di tanah suci.
Perlu diketahui ,puteri dari Gus Mohammad Aris dinikahi salah satu putera Mbah Moen yaitu Gus Anwar pada tahun 2019 lalu ketika Gus Mohammad masih berada di wilayah Jawa Barat dalam pengembaraan spiritualnya.Kini,anak dan mantu Gus Mohammad Aris yang rendah hati dan berilmu tinggi telah dikarunia satu putera yaitu Fery.
“Wis cukup yo mas,aku arep Jum’atan” ( Sudah cukup ya mas,saya mau Sholat Jum’at”),Donga dinonga (saling mendo’akan) dan semoga bisa jumpa lagi!” ,pamitnya pada MenaraMadinah.com Biro Nganjuk.Sebelum sampai Jombang,Gus Aris ingin singgah sesaat untuk pertamakalinya di makam pejuang buruh Marsinah di Sukomoro.
@BroJ22082020.