Berdakwah Dengan AYAM JAGO

Dalam sejarah peyebaran ajaran Islam di Indonesia. Kita banyak dikenalkan pelbagai cara dan media berdakwah. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Menggunakan wayang Kulit sebagai media dakwah  mengislamkan orang jawa. Di Sampang, terdapat sebuah kisah seorang tokoh penyebar agama Islam bernama Panji Laras. Berikut Laporan Akhmad Faisol Ramdhoni Jurnalis Citizen.

 

Panji Laras dikenal melalui cerita rakyat yang memiliki ayam jago. Ayam Panji Laras itu selalu menang saat diadu. Bahkan ayam kepunyaa Raja pun mampu dikalahkan. Sehingga Panji laras diusir oleh sang raja karena kecewa.

Singkat cerita setelah diusir da mendalami agama Islam, Panji Laras diperintahkan oleh gurunya untuk mengembara ke Pulau Garam. Di Madura inilah Panji Laras menyebarkan agama Islam. Saat berdakwah di Madura, Panji laras tak lupa membawa ayam jagonya untuk dijadikan media dakwah.

Jadi, dia adu ayam dengan orang lain. Jika lawannya kalah, maka harus memeluk Islam. Keberadaannya di Sampang dibuktikan dengan adanya Makam yang diyakini sebagai tempat persemanyaman Panji Laras.

Makam ini terletak di Dusun Madegan Kelurahan Polagan Sampang. Di dekat komplek SMAN 2 Sampang. Senang rasanya kemarin siang bisa mengunjungi makam Panji Laras tersebut.

Tiba di kompleks pemakaman itu, kita seperti dibawa ke suasana sebuah padepopkan zaman duhulu kala. Sebab di komplek pemakaman itu terdapat aneka banguan dan tempat tempat kuno bersejarah.

Mulai dari mushalla yang disebut dengan surau dakwah, makam para pangeran, tempat sabung ayam, sumur, hingga 18 batu andesit dengan berbagai macam ukuran.

Ada pula jejak kaki ayam, batu berangka tahun, batu asah, batu pijakan kuda, batu cucian, batu sendi, dan polos. Dimana Benda-benda tersebut identik dengan kisah Panji Laras.

Menurut ahli sejarah, angka tahun yang terdapat di relief tahun 1301 Saka atau sekitar 1.379 Masehi. Bentuk fondasi makam dan peninggalan batu andesit berelief yang terdapat di makam Panji Laras merupakan bekas bangunan candi pada zaman hindu.

Selain soal benda-benda bersejarah, ada pula mitos tujuh sumur Panji Laras. Tujuh sumur tersebut berbeda-beda khasiatnya. Ada sumur suci, tempat berwudu Panji Laras.

Ada pula sumur pemandian kuda, sumur asah tajih, sumur pertemuan tamu, sumur pemandian para kerabat, sumur pemandian ayam, dan sumur taman. Sekitar satu jam lamanya mengelilingi tempat itu terlintas sebuah bayang bayang pikiran bahwa bisa jadi dulu kala di tanah Madegan itu berdiri sebuah kerajaan yang luas.

Sebab makam para pangeran salih pisah dalam jarak lumayan dekat. Apalagi makam Panji Laras yang letaknya terpisah dan hanya berjarak 600 meter dari Situs Pemakaman Ratoh Ebuh.

Bukankah ada yang menulis bahwa asal usul nama dusun Madegan berasal dari Kerajaan Pamadegan. Asal kata dari Madegan dalam bahasa Madura disebut “Maddek” (Red Indo : Berdiri) Bisa jadi Kerajaan Pamadegan dulu runtuh dan reruntuhannya terkubur di bawah tanah.

Jika dieksplorasi atau digali secara sungguh sungguh bukan tidak mungkin akan ditemukan situs bersejarah lainnya. Seperti penggalian situs-situs reruntuhan Kerajaan Majapahit di Mojekerto yang sebagian terpendam dalam tanah.