Tradisi Grebek Syawal Cirebon

Cirebon – Syawalan atau Grebeg Syawal merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah terhadap kemenangan yang diperoleh setelah dilaksanakannya puasa di bulan Ramdhan dengan dilaksanakannya jiarah kubur.

Grebeg syawal merupakan tradisi jiarah kubur sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur Cirebon yang telah mensyiarkan agama Islam, khususnya Kanjeng Sunan Gunung Jati, Pangeran Walangsungsang Cakrabuana, Sultan-sultan Kanoman yang telah wafat dikuburkan di Astana Gunung Sembung.

Prosesi grebeg syawal diawali dengan tahlil dzikir dan doa di beberapa makam leluhur yang sebelumnya melewati beberapa pintu, lalu dilanjutkan dengan mencicipi jamuan makan yang sudah disediakan, dan diakhiri dengan acara surak atau sawer kepada masyarakat sebagai wujud rasa syukur dan berbagi.

Pintu besar tersebut dibuka karena segenap keluarga dan kerabat Keraton Kanoman yang datang menjiarahi makam leluhurnya. Tradisi Grebeg Syawal tersebut sudah berlangsung sejak beberapa abad silam.

Sementara tradisi Grebek Syawal sendiri bermakna jiarah bersama-sama yang dipimpin langsung oleh Patih Keraton Kanoman. Selain jiarah tradisi ini juga dilakukan untuk menjalin silaturahmi antara keraton dengan masyarakat luas. (isi)