PBNU dan BGN Luncurkan 69 SPPG Baru, Serahkan Paket Makan Bergizi untuk 100 Ribu Santri .

Oleh: Imam Kusnin Ahmad SH. Wartawan Senior dan Aktif di PW ISNU Jawa Timur.

KESEHATAN DAN NUTRISI merupakan pondasi penting bagi perkembangan generasi muda, terutama santri yang menjadi ujung tombak pembangunan sumber daya manusia bangsa.

Menyadari hal ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) melaksanakan langkah konkrit dengan meluncurkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) baru dan menyerahkan Paket Makan Bergizi (MBG) untuk ratusan ribu santri.

Kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas gizi sekaligus mendorong pemerataan ekonomi ini digelar di Pondok Pesantren Al-Hasani Sikebo, Limpung, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada Selasa (30/12/2025).

*Peluncuran 69 SPPG dan Penyerahan MBG*

Pada acara tersebut, kedua lembaga resmi meluncurkan 69 SPPG Tim Koordinasi dan Akselerasi (TKA) PBNU, sekaligus menyerahkan paket makan bergizi untuk sebanyak 100 ribu santri di seluruh Indonesia. Sebelumnya, telah ada 78 SPPG yang beroperasi di berbagai daerah, sehingga dengan penambahan yang baru ini, jumlah layanan pemenuhan gizi di lingkungan NU meningkat secara signifikan menjadi 147 unit.

Keberadaan SPPG di pesantren dirancang tidak hanya untuk memperkuat layanan gizi bagi santri, tetapi juga untuk meneguhkan peran NU sebagai mitra strategis pemerintah dalam menjangkau masyarakat, khususnya di lingkungan pesantren dan komunitas Nahdliyin. Setiap SPPG akan menangani pemantauan status gizi, penyediaan makanan bergizi, serta edukasi gizi bagi santri dan masyarakat sekitar.

*Motivasi Program: Dari Nutrisi hingga Demokratisasi Ekonomi*

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan bahwa motivasi di balik program ini tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan nutrisi santri. Lebih dari itu, program MBG dan pembangunan SPPG diharapkan memiliki dampak luas terhadap penguatan struktur ekonomi masyarakat.

“Arah dari semua ini, yang paling jelas bisa kita baca, adalah demokratisasi ekonomi: bahwa peluang ekonomi tidak lagi hanya disediakan sebagian besar untuk aktor-aktor besar yang selama ini telah menikmati keuntungan dari berbagai agenda ekonomi pemerintah, tetapi ke depan para pemain menengah ke bawah akan mendapatkan ruang yang jauh lebih luas,” ujar Gus Yahya.

Program ini juga menjadi bagian dari upaya khidmah NU kepada masyarakat, bangsa, dan negara melalui berbagai inisiatif kemaslahatan. Menurutnya, setiap langkah yang diambil harus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, terutama yang berada di tingkat bawah.

*Kriteria dan Peluang untuk Pesantren yang Belum Terlayani*

Kepala BGN Dadan Hindayana menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya menjangkau sebanyak mungkin pesantren yang membutuhkan layanan gizi. Meskipun pendaftaran awal telah ditutup, pesantren dengan jumlah santri di atas 3.000 orang dan belum terlayani oleh SPPG di sekitarnya, masih memiliki kesempatan untuk ditetapkan sebagai SPPG tersendiri.

“Memang portal sudah kami tutup, tapi pesantren masih banyak yang belum terlayani. Jadi pesantren-pesantren yang memiliki student body di atas 3.000 dan belum dilayani oleh SPPG sekitarnya, bisa menjadi satu SPPG,” jelasnya. Hal ini menunjukkan komitmen kedua lembaga untuk memastikan tidak ada pesantren yang terlewatkan dalam program pemenuhan gizi nasional.

*Cara Pendaftaran Pesantren untuk Menjadi SPPG*

Pesantren yang memenuhi kriteria bisa mengajukan permohonan secara langsung melalui dua jalur:

1. Melalui Struktur PBNU: Menghubungi Tim Koordinasi dan Akselerasi (TKA) PBNU atau pengurus NU tingkat kabupaten/kota untuk mendapatkan formulir pengajuan dan panduan lengkap.

2. Melalui BGN: Menghubungi Kantor Badan Gizi Nasional atau perwakilan BGN di provinsi terkait dengan melampirkan dokumen pendukung seperti surat keterangan jumlah santri dari pesantren dan bukti bahwa tidak ada SPPG yang melayani di sekitar lokasi pesantren.

Proses seleksi akan mencakup verifikasi data jumlah santri, lokasi pesantren, dan kebutuhan gizi yang ada di lingkungan tersebut. Setelah disetujui, BGN akan memberikan pelatihan kepada pengelola pesantren terkait manajemen gizi, pemantauan status gizi santri, dan penyusunan menu makanan bergizi.

*Detail Komposisi Paket Makan Bergizi (MBG)*

Setiap paket yang diberikan dirancang sesuai dengan kebutuhan nutrisi santri usia sekolah dan remaja, dengan komposisi sebagai berikut:

– Sumber Karbohidrat: Beras merah atau jagung pipilan untuk energi yang stabil.

– Sumber Protein: Telur, tahu, tempe, atau daging ayam (bergantian sesuai dengan ketersediaan lokal).

– Sumber Sayuran dan Buah: Sayuran hijau berdaun, wortel, dan buah segar seperti pepaya atau pisang untuk vitamin dan mineral.

– Sumber Lemak Sehat: Minyak goreng nabati atau kacang tanah untuk mendukung perkembangan otak.

– Tambahan: Susu atau tahu putih untuk meningkatkan asupan kalsium.

Selain makanan siap konsumsi, setiap pesantren juga mendapatkan buku panduan penyusunan menu seimbang dan alat sederhana untuk memantau berat badan serta tinggi badan santri secara berkala.****