بسم الله *Mulai dari Diri dan Keluarga*

 

Prof Mahmud Mustain,
Guru Besar Teknik Kelautan ITS

Terkadang manusia termasuk kita itu lupa atau abai kalau punya tugas membersihkan diri dulu baru lingkungannya. Membersihkan diri ya mestinya dzohir bathin. Lingkungan terdekat ya keluarga, tetangga, lingkungan kerja, dst. Tetapi memang manusia itu banyak ya sudah barang tentu macamnya juga banyak. Kualitas dan kuantitas yang harus dibersihkan macamnya juga banyak, bahkan ya sejumlah banyaknya manusia.

Terkadang kita terlalu fokus dengan urusan tetentu di luar diri kita dan lingkaran terkecil kita. Sehingga terkesan kita lupa atau abai terhadap lingkungan terkecil bahkan juga terhadap diri sendiri. Apakah dalam diri kita sudah islah betul, misalkan dalam urusan kesadaran merespon keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan. Teori idealnya adalah bahwa kebutuhan bisa mengontrol atau membatasi keinginan.

QS. At-Tahrim: 6 memberikan perintah yang jelas dan eksplisit, yakni:

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Artinya: “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Ayat ini memerintahkan umat Islam untuk menjaga diri dan keluarga mereka dari azab api neraka dengan cara beriman, beramal shalih, dan menjauhi maksiat. Ini menunjukkan pentingnya peran orang tua dalam mendidik dan menjaga keluarga agar tetap berada di jalan yang benar.

Peran orang tua menjadi faktor penentu dalam keberhasilan menyelamatkan keluarga dari api neraka. Hal ini sudah barang tentu setelah menyelamatkan dirinya sendiri. Bersyukurlah bagi kita-kita yang relatif berhasil melewati ujian menjauhi ma’siat dan melakukan perintah Allah SWT. Tetapi kita jangan lupa bahwa keberhasilan melewati ujian tersebut juga atas hidayah dan pertolongan Allah SWT.

Apabila kita membandingkan dengan keberadaan manusia di dunia ini, sungguh kita adalah pilihan Allah SWT ditaqdirkan menjadi bagian dari umat Nabi Muhammad SAW yang beriman. Orang Islam penghuni muka bumi tahun ini hanya sekitar 25% dari total populasi. Hal ini bisa dikatakan minoritas.

Sebelum kita ikut bergabung di barisan kyai yakni ulama yang menjadi pewaris perjuangan Nabi, mari kita introspeksi diri dan keluarga kita. Kita bersihkan kotoran batiniyah kita seperti tiga biang penyakit hati yakni takabbur thoma’ dan hasud. Kita tularkan kepada anggota keluarga kita, kita satukan anggota keluarga kita, tidak ada uneg-uneg antara satu dengan yang lain.

Berikutnya mari kita harmoniskan kehidupan di masing-masing keluarga kita, kampung kita, sampai dengan negara kita. Sehingga ketika kita bergabung dengan barisan kyai bisa menjadi lebih nyaman. Tujuan utama sebagi pewaris Nabi Muhammad SAW adalah peningkatan syiar Islam Rahmatan lil’alamiin meningkatkan angka populasi muslim dunia yang baru 25%. Semoga bisa demikian aamiin.

Semoga pinaringan manfaat barokah selamat aamiin.

Surabaya,
09 Rojab 1447
atau
30 Desember 2025
m.mustain