Riyanto: Pahlawan Tanpa Batas Agama, Rela Berkorban Nyawa Untuk Menyelamatkan Jiwa.

 

Oleh H.Imam Kusnin Ahmad SH Wartawan Senior Jawa Timur dan Eks Komandan Banser Kabupaten Kediri.

SETIAP MENJELANG HARI NATAL, hati banyak orang di Mojokerto, Kediri dan Jawa Timur bahkan seluruh Indonesia selalu teringat pada sosok pemuda sederhana yang mengorbankan nyawanya untuk umat lain.

Dia adalah Alm. Riyanto, anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) yang gugur pada malam 24 Desember 2000 saat mencoba mencegah ledakan bom di Gereja Eben Haezer. Meski sudah 25 tahun silam, kepahlawanan dan nilai kemanusiaannya tetap hidup abadi dalam ingatan masyarakat.

*Momen Spesial: Haul Akbar & Riyanto Award 2025*

Untuk mengenang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Riyanto sebagai dua pahlawan kemanusiaan bangsa, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor akan menggelar Haul Akbar di halaman Masjid Syarif Abdurachman (Sunan Gunung Jati) Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Acara yang dihelat pada 23 Desember 2025 akan dibarengi dengan pemberian Riyanto Award, apel 10.000 Pasukan Banser, serta ziarah dan tahlil akbar di Makam Sunan Gunung Jati.

*Kisah Awal: Anak Pintar Hati dari Kediri*

Lahir pada 19 Oktober 1975 di Kediri, Jawa Timur, Riyanto adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Lulusan Diklatsar Perdana Satkorcab Banser Kediri ini bekerja sebagai kuli timbang untuk membantu orang tuanya, Sukarmin dan Katinem, membiayai hidup keluarga dan pendidikan adik-adik. Di mata keluarga, ia dikenal sebagai sosok pendiam namun penurut, selalu siap menolong tanpa pamrih. Seiring bertambah usia, ia bergabung dengan Banser NU Kota Mojokerto – organisasi pemuda yang terkenal dengan semangat keamanan dan toleransi antar umat beragama.

*Kehidupan Terakhir: Keberanian Melampaui Batas Agama*

Kisah heroiknya dimulai pada malam Natal 2000, ketika ia dan belasan personel Banser ditugaskan menjaga keamanan misa di Gereja Eben Haezer. Semua berjalan khusyuk, sampai seorang jemaat memberitahu tentang bungkusan hitam mencurigakan di depan pintu masuk. Tanpa ragu, Riyanto mendekatinya dan membukanya – ternyata berisi kabel yang terhubung dengan rangkaian yang memercikkan api.

Dengan keberanian luar biasa, ia segera membekukan bungkusan itu dan berlari menjauh dari gereja, berusaha membuangnya ke gorong-gorong yang berjarak 10 meter. Namun, sebelum sampai tujuan, bom meledak di dalam pelukannya. Tubuhnya terlempar sejauh lebih dari 100 meter, dan ia wafat pada usia yang masih muda – 25 tahun.

Riyanto kemudian dimakamkan di Pemakaman Umum Prajuritkulon, Mojokerto, sebagai tanda penghormatan yang setinggi-tingginya.

*Apresiasi Luas dari Semua Kalangan*

Pengorbanan Riyanto mendapatkan pujian dari berbagai kalangan:

– Gus M.Halim Iskandar (Mewakil Cak Muhaimin, Cawapres 2024): “Riyanto adalah sosok yang rela berkorban. Berkat keberaniannya, ia telah menyelamatkan banyak jiwa.”
– Gus Wal (Ketua Umum PNIB): “Riyanto layak diangkat sebagai Pahlawan Nasional – simbol toleransi dan penjaga Pancasila yang melawan terorisme.”
– Tokoh Kristen: Pendeta Simon Filantropa (PGI Jawa Timur) mengagumi keberaniannya yang melampaui batasan sosial-agama; Romo Agustinus Tri Budi Utomo menyebutnya “martir bagi kesejahteraan masyarakat”; dan Pdt Gomar Gultom (Ketua Umum PGI) menyatakan bangsa berutang besar pada NU dan Riyanto.

Pemerintah juga menunjukkan penghormatan: Pemerintah Kota Mojokerto mengganti nama jalan di Kelurahan Prajurit Kulon menjadi Jalan Riyanto dan membangun gapura megah di situ. Pada 2016, Gerakan Peduli Pejuang Republik Indonesia (GP PRI) juga memberikan piagam “Pejuang Kemanusiaan” kepada keluarga almarhum.

*Warisan Abadi: Teladan Bhinneka Tunggal Ika*

Meski bertahun-tahun berlalu, Riyanto tidak pernah dilupakan. Ia menjadi teladan bagi Banser dan masyarakat umum tentang pentingnya toleransi, keberanian, dan kepedulian sesama tanpa melihat batasan agama atau golongan. Di tengah tantangan kerukunan yang masih ada, kisah Riyanto menjadi pengingat bahwa kemanusiaan adalah nilai yang paling mulia – dan keberanian melindungi orang lain adalah cerminan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang sesungguhnya. Sosoknya akan terus dikenang sebagai pahlawan kemanusiaan yang memberikan makna baru pada arti cinta sesama.****