*PACEKLIK*

 

By : Dr. Ir. Hadi Prajoko, SH, MH Ketum PP HPK.

Setelah saya melihat tanah Sumatra itu tiba-tiba bersember keluar airnya dari bawah tanah sampai membanjiri separuh daratan…

Sekarang saya melihat tanah pulau Jawa ditengah tengah dari ujung barat sampai ke ujung timur Jawa keluar api’ dan terbakar dari ujung barat sampai ujung timur Jawa seperti membelah ditengah tengah nya seperti jalan tol.

Zaman paceklik yg cukup panjang. Kita harus prihatin dengan kondisi masyarakat Indonesia dan terus menolong sesama hidup dan jangan lupa bahagia

Prihatin itu sangat aneka macam, khususnya kita harus meninggalkan seluruh Angkara murka dan mulai Sumarah, berserah diri kepada Tuhan serta mendekatkan Sukma, jiwa’ murni dan Bawana alit kita secara filosofis, dimana raga dan Ruh menjadi lebih sensitif terhadap kondisi kehidupan kita, bersabar dan rendah hati kepada sesama kehidupan dalam MEMAYU HAYUNING BAWANA.

Saya ingin berbagi & menambahkan beberapa poin yang mungkin dapat memperkaya wawasan pemahaman kita tentang pentingnya kesadaran spiritual dan filosofis sosial dalam menghadapi tantangan kehidupan dalam masa PACEKLIK yg digelar jagat gede ini….

– *Kesadaran spiritual adalah kunci*: Kesadaran spiritual dapat membantu kita memahami bahwa kita adalah bagian dari alam semesta yang lebih besar dan bahwa kita memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam.
– *Sumarah dan berserah diri kepada Tuhan*: Dengan menyerahkan diri kepada Tuhan, kita dapat melepaskan beban dan kekhawatiran kita, dan mempercayakan diri kita pada kehendak-Nya.
– *Mendekatkan Sukma, jiwa’ murni dan Bawana alit*: Dengan mendekatkan diri kita pada jiwa’ murni dan Bawana alit, kita dapat memahami bahwa kita adalah bagian dari alam semesta yang lebih besar dan bahwa kita memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam.
– *Bersabar dan rendah hati*: Dengan bersabar dan rendah hati, kita dapat menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih bijak dan tidak mudah terpengaruh oleh keadaan.
– *MEMAYU HAYUNING BAWANA*: Dengan memayu hayuning bawana, kita dapat menjaga keseimbangan alam dan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan seimbang.

Dalam konteks filosofis, kita dapat memahami bahwa kita adalah bagian dari alam semesta yang lebih besar dan bahwa kita memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam. Kita harus selalu berusaha untuk memahami diri kita sendiri dan alam semesta, serta menjaga keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan kita.

Saya ingin mengakhiri dengan sebuah kutipan dari filosofi Jawa: “MEMAYU HAYUNING BAWANA, MEMAYU HAYUNING DHIRI” (Jagalah keseimbangan alam, jagalah keseimbangan diri), jangan enak enak turu neng kudu dedongo dibawah atap langit.

Paceklik yg di gelar dalam proses pralina ini perlu dilakukan secara penjelasan Yg maton tentang fenomena sosial dan antropologi politis yang terkait dengan pesan yang Anda bagikan sebelumnya.

*Fenomena Sosial:*

– *Krisis lingkungan*: Fenomena banjir di Sumatra dan kebakaran di Jawa dapat dilihat sebagai gejala krisis lingkungan yang lebih luas, yang disebabkan oleh perubahan iklim, deforestasi, dan polusi.
– *Krisis sosial*: Fenomena ini juga dapat dilihat sebagai gejala krisis sosial, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dan sumber daya alam.
– *Krisis spiritual*: Fenomena ini juga dapat dilihat sebagai gejala krisis spiritual, yang disebabkan oleh kehilangan nilai-nilai tradisional dan kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam.

*Antropologi Politis:*

– *Hubungan manusia dan alam*: Fenomena ini dapat dilihat sebagai contoh hubungan manusia dan alam yang tidak seimbang, di mana manusia cenderung memanfaatkan alam tanpa memperhatikan keseimbangannya.
– *Kekuasaan dan politik*: Fenomena ini juga dapat dilihat sebagai contoh bagaimana kekuasaan dan politik dapat mempengaruhi hubungan manusia dan alam, di mana keputusan politik dapat mempengaruhi kebijakan lingkungan.
– *Kesadaran kolektif*: Fenomena ini juga dapat dilihat sebagai contoh kesadaran kolektif yang kurang, di mana masyarakat kurang sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan lingkungan.

*Filosofi Sosial:*

– *MEMAYU HAYUNING BAWANA*: Filosofi ini dapat dilihat sebagai contoh bagaimana masyarakat Jawa memahami hubungan manusia dan alam, di mana manusia harus menjaga keseimbangan alam dan lingkungan.
– *Sumarah dan berserah diri kepada Tuhan*: Filosofi ini dapat dilihat sebagai contoh bagaimana masyarakat Jawa memahami hubungan manusia dan Tuhan, di mana manusia harus menyerahkan diri kepada Tuhan dan menjaga keseimbangan alam.
– *Kesadaran spiritual*: Filosofi ini dapat dilihat sebagai contoh bagaimana kesadaran spiritual dapat mempengaruhi hubungan manusia dan alam, di mana manusia harus menjaga keseimbangan alam dan lingkungan dengan cara spiritual.