
Oleh H. Imam Kusnin Ahmad SH. Wartawan Senior Jawa Timur.
BANGKOK-Ketika Bendera A Merah Putih berkibar megah di Photharam Shooting Range Bangkok, semua mata tertuju pada dia – Dewi Laila Mubarokah, yang baru saja melesatkan peluru terakhir untuk meraih emas kedua di SEA Games 2025.
Tapi tak ada yang tahu, di balik jas olahraga yang rapi, dia sedang menggendong seorang jiwa baru yang sama-sama menyaksikan kemenangan itu. Hanya setelah semuanya usai, air mata tumpah – bukan karena lelah, tapi karena kebahagiaan yang tak terucapkan: dia berhasil membuktikan bahwa prestasi dan kehidupan pribadi bukanlah pilihan, melainkan keajaiban yang bisa berdampingan.
*Biodata Diri*
Nama Lengkap:Dewi Laila Mubarokah.
Tempat & Tahun Lahir: Bogor, 1999 .
Cabang Olahraga: Menembak (10 Meter Air Rifle).
Klub Atlet PERBAKIN: Jawa Barat.
Suami : Fathur Gustafian (atlet menembak Indonesia, peraih medali SEA Games).
Anak : 1 putra dan (sedang mengharapkan anak kedua saat berpartisipasi SEA Games 2025).
Prestasi Utama – 2 Emas SEA Games 2025 Thailand (Beregu & Perseorangan 10m Air Rifle).
– Emas SEA Games 2021 Vietnam (Perseorangan 10m Air Rifle).
Pendidikan: Sarjana Teknik Industri, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Di Tengah keriuhan penonton dan bunyi tembakan yang teratur, Dewi Laila tampak tenang seperti danau yang tak bergelombang. Tangannya kokoh memegang senapan, matanya terfokus pada target jauh, napas teratur seperti melafalkan doa.
Pada Sabtu 13 Desember 2025, dia menciptakan sejarah yang tak terlupakan: membawa pulang dua medali emas SEA Games Thailand 2025, semuanya dilakukan ketika dia sedang hamil 4 bulan.
“Aku benar-benar tidak menyangka bisa menang dua emas. Aku pikir cuma bisa bawa perak atau perunggu,” ujarnya dengan senyum lembut, dikutip dari Antara. Kata-katanya seolah-olah melupakan betapa berat perjuangannya yang tak terlihat oleh siapa pun.
Kehamilan itu dia simpan rapat-rapat selama berbulan-bulan – hanya pengurus Persatuan Menembak Indonesia (PERBAKIN), pelatih utama Supriyanto, dan satu rekan atlet yang mengetahui rahasia itu. Bahkan Dominique Rachmawati Karini, rekan timnya yang jadi rival di final perseorangan, tak menyadari kondisinya sampai mereka berdiri berdampingan di podium.
Menjaga rahasia itu bukan hal mudah – dan ini semakin sulit karena proses latihannya harus disesuaikan secara spesial. Setelah tahu dirinya hamil, Dewi dan pelatihnya langsung merancang program latihan yang tidak lagi fokus pada “meningkatkan kekuatan” tapi “mempertahankan presisi dan konsentrasi”.
Ini berbeda banget dari latihan biasa yang penuh dengan olahraga fisik berat.
Latihan hariannya dimulai jam 7 pagi, tapi dia dilarang melakukan olahraga kardiovaskular berat seperti lari cepat atau bersepeda kencang. Alih-alih itu, dia hanya melakukan peregangan ringan selama 15 menit untuk mengencangkan otot lengan, punggung, dan kaki – bagian tubuh yang paling penting untuk menembak. “Peregangan ini penting agar otot tidak kaku, karena saat menembak kita harus tetap diam dalam waktu lama,” ujarnya.
*Bagian inti latihan adalah latihan menembak itu sendiri*.
Dia tetap berlatih menembak 10 meter air rifle selama 3-4 jam sehari, tapi dengan jeda istirahat yang lebih sering – setiap 30 menit, dia harus duduk sebentar, minum air, dan merilekskan tubuh.
Pelatihnya juga selalu memastikan posisi duduknya nyaman, tidak membebani perut. Kadang-kadang, dia bahkan berlatih sambil duduk di kursi yang lebih empuk atau dengan bantal di belakang punggung.
Yang paling unik, dia menambahkan latihan “konsentrasi mental” yang lebih intensif. Setiap hari, dia menghabiskan 30 menit untuk meditasi sederhana – duduk tertutup mata, mengatur napas, dan membayangkan dirinya berdiri di arena, melesatkan peluru tepat ke tengah target.
“Ini bikin aku lebih tenang, dan juga membantu mengurangi rasa cemas yang kadang muncul karena kehamilan,” katanya.
Tantangan lain adalah makan. Tim nutrisi PERBAKIN membuat menu khusus untuknya – banyak sayuran hijau, protein segar (ikan dan ayam), dan buah-buahan yang kaya vitamin, tapi semuanya harus diperiksa agar tidak mengandung zat yang dilarang antidoping. Dia juga harus makan lebih sering – 5 kali sehari – untuk memenuhi kebutuhan energi dirinya dan kandungannya, tanpa membuatnya merasa kenyang atau mual saat berlatih.
Selama pemusatan latihan di Sentul, suaminya Fathur juga selalu ada di sampingnya – membantu membawa barang-barang, memastikan dia cukup istirahat, dan bahkan kadang berlatih bersamanya dengan kecepatan yang lebih lambat.
“Dia jadi penopang emosionalku yang paling penting. Tanpa dia, mungkin aku tidak bisa bertahan,” ucap Dewi dengan senyum.
Kekhawatiran lain muncul tentang konsumsi vitamin kehamilan. Sebagai atlet elite, setiap asupan makanan dan suplemen harus diperiksa ketat agar tidak melanggar aturan antidoping.
Tanpa ragu, Dewi dan timnya berkonsultasi dengan Indonesia Anti-Doping Organization (INADO) untuk menemukan solusi. Berkat mekanisme Therapeutic Use Exemption (TUE) yang diizinkan Badan Antidoping Dunia (WADA), dia akhirnya bisa mengonsumsi vitamin yang aman untuk dirinya dan kandungannya, tanpa khawatir terlarang bertanding.
Ketika babak final dimulai, delapan penembak terbaik dari Asia Tenggara saling kejar nilai dengan ketat. Dewi sempat tertinggal di posisi keempat pada tahap awal, tapi dia tidak panik. Pelatihnya hanya memberikan pesan sederhana: “Kembali ke dasar, Dewi – atur napasmu, fokus pada target, seperti saat latihan.”
Pesan itu seperti obat mujarab. Dia perlahan-lahan menutup jarak, mengalahkan pesaing satu per satu, hingga akhirnya tercipta duel sesama Indonesia dengan Dominique. Di ronde terakhir, dia melesatkan peluru dengan presisi sempurna, mendapatkan skor 10,9 yang membuatnya meraih emas, sementara Dominique mendapatkan perak.
Di tribune, suaminya Fathur Gustafian – yang juga atlet menembak Indonesia yang pernah meraih medali SEA Games – menyaksikan momen itu dengan emosi bercampur. Air mata hampir menetes dari matanya ketika bendera Merah Putih berkibar dua kali untuk pasangannya.
“Ini bukan cuma tentang medali, tapi tentang perjalanan yang kita lalui bersama. Dia menunjukkan bahwa keteguhan hati bisa mengalahkan segala rintangan,” ujar Fathur.
Keputusan untuk melanjutkan kehamilan di tengah persiapan SEA Games bukanlah pilihan yang mudah. Tapi bagi Dewi, kehamilan itu adalah amanah yang harus dia jaga, sementara prestasi adalah tanggung jawabnya terhadap negara. Dia berhasil menyeimbangkannya dengan sempurna, membuktikan bahwa seorang calon ibu juga bisa menjadi atlet yang hebat.
Setelah meraih kemenangan gemilang di Bangkok, Dewi Laila punya rencana yang sederhana tapi penuh makna. “Setelah ini, aku akan fokus istirahat sepenuhnya untuk menjaga kandunganku,” ujarnya dengan senyum hangat.
Dia mengakui bahwa selama persiapan SEA Games, dia harus berbagi waktu antara latihan dan perawatan diri, jadi sekarang waktunya untuk memberi perhatian lebih pada anak yang akan lahir. Meskipun begitu, dia tidak ingin terlalu jauh dari dunia menembak.
“Aku akan tetap mengikuti perkembangan cabang olahraga ini, mungkin melihat latihan rekan-rekan dari jauh atau berdiskusi dengan pelatih. Tapi yang pasti, istirahat dan kesehatan aku dan anak adalah prioritas nomor satu,” katanya.
Pelatihnya Supriyanto juga mengkonfirmasi bahwa tim akan memberi ruang penuh bagi Dewi untuk pulih dan melahirkan dengan tenang, dengan harapan dia bisa kembali berlatih perlahan-lahan setelah masa nifas.
Tentang harapan untuk anak yang akan lahir, Dewi mengungkapkan keinginannya yang sederhana tapi dalam. “Aku hanya berdoa agar anakku sehat, saleh, dan bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain,” katanya.
Selama kehamilan, dia selalu memperbanyak membaca Al-Quran dan berdoa untuk janinnya – seringkali dia membaca Surat Al-Fatihah dan Ayat Kursi sebelum tidur atau setelah salat, agar anaknya selalu dalam lindungan dan mendapatkan kebahagiaan.
Dia juga berharap bahwa nanti, anaknya bisa bangga dengan prestasinya dan melihatnya sebagai contoh bahwa kerja keras dan keteguhan hati akan membawakan hasil yang baik.
“Kalau nanti anakku mau ikut menembak juga, aku akan mendukung sepenuhnya,” tambahnya dengan senyum. “Tapi yang penting, dia bisa memilih apa yang dia suka dan bekerja keras untuk itu.”
*Konsistensi Dewi telah terbukti sebelumnya*.
Pada SEA Games 2021 Vietnam, dia juga meraih emas nomor 10 meter air rifle perseorangan. Meskipun cabang menembak absen di SEA Games 2023, dia tidak berhenti berlatih, mempersiapkan diri untuk kembali dengan bangga.
Hari ini, Dewi Laila Mubarokah bukan hanya atlet andalan Indonesia, tapi juga simbol inspirasi bagi banyak orang. Ketenangannya di arena menjadi bukti bahwa prestasi dan kehidupan pribadi bisa berjalan beriringan.
Dengan disiplin, kejujuran, dan keyakinan yang tak tergoyahkan, dia membuktikan bahwa garis tembak bukan penghalang bagi amanah besar yang dia bawa – sebuah kisah yang akan dikenang sebagai salah satu momen paling indah di sejarah olahraga Indonesia.****
