
Prof. Mahmud Mustain, Guru Besar Teknik Kelautan ITS Surabaya
Ada kalimat yang sangat familier bahkan akrab di telinga santri umumnya Pondok Pesantren,
انا القارء انت السامع والله الهادي
Artinya, saya membaca (kitab) kamu mendengarkan dan Allah SWT Dzat pemberi hidayah.
Kalimat tersebut memberikan pemahaman bahwa otoritas yang memberikan ilmu itu hanya Allah SWT. Peran ustadz dan santri itu sekedar ikhtiyar dzohir dalam proses mencari dan menyampaikan ilmu dari kitab yang dibacakan.
Terkadang terkesan sangat berbeda bila dibandingkan dengan yang ada di sekolah atau perguruan tinggi umum. Terkesan peran dosen/guru dianggap sangat dominan dalam keberhasilan proses penyerapan dan penyampaian ilmu. Bahkan konon ada yang mengatakan bahwa mahasiswa atau murid hanya bisa menyerap sekitar 80% dari apa yang disampaikan oleh pengajar.
Kuliah cerdas yang dimaksudkan pada judul artikel ini adalah harus ada keterlibatan Tuhan sebagai pemberi hidayah. Tidak hanya mengandalkan kecerdasan guru dan murid atau dosen dan mahasiswa, juga bagusnya metode dan fasilitas pengajaran yang memadai. Tetapi harus memperhatikan peran besar hidayah Tuhan bahkan harus menomer satukan. Sehingga hal ini akan menjadikan sikap lebih santun tidak lagi sombong dengan kecerdasan misalnya.
Contoh, dosen atau guru dengan santun berharap mahasiswa atau murid bisa melebihi prestasi pengajarnya, misalkan bisa berilmu yang lebih tinggi kemudian mahasiswanya kelak bila juga menjadi dosen dan berprinsip yang sama. Maka justru sikap seperti ini akan menghasilkan ilmu yang jelas akan berkembang. Beda sebaliknya bila membatasi hanya sekitar 80% yang bisa ditangkap dan mahasiswanya bila menjadi dosen memiliki sikap yang sama, maka justru hal ini akan menghasilkan ilmu semakin habis.
Mekanisme kuliah cerdas intinya terletak pada dominasi niat, yakni harus direset (ditata-ulang). Kuliah yang umumnya untuk mencari kerja, harus dirubah menjadi kuliah untuk menghilangkan kebodohan. Kuliah adalah wajib hukumnya, dalilnya mencari ilmu itu hukumnya wajib. Apabila sukses mendapatkan ilmu maka insyaAllah kerja akan ikut terjangkau. Bila ingin tumbuh rumput tanamlah padi, jangan dibalik. Apabila niat mendapatkan ilmu maka niatlah karena kewajiban sebab telah jelas diperintahkan, maka insyaAllah kerja akan datang lebih mudah.
Sedangkan mekanisme kuliah cerdas secara dzohir adalah contohlah wartawan dalam menginterview seorang tokoh sebagai sumber berita. Pertama merekam semua proses interview/kuliah. Kedua jangan menulis apa yang ada di dalam slide file ppt sebagai bahan kuliah, sebab umumnya bisa diminta. Ketiga tulislah apa yang tidak ada dalam slide tetapi diucapkan dosen. Keempat tulis ide anda yang bisa dikembangkan terkait dengan materi bahasan. Maka yang paling mahal adalah wartawan yang paling banyak punya ide pemgembangan sesuai dengan basis ilmu yang diperankan dalam jurnalismenya.
Dengan prinsip dan mekanisme kuliah cerdas ini sungguh mahasiswa akan sangat memungkinkan bisa melebihi dalam berilmu dari pada dosennya. Dengan kata lain mahasiswa bisa menangkap lebih 80% dari apa yang diberikan dosen, bahkan bisa lebih dari 100 atau 200 %.
Hanya dengan prinsip dan mekanisme kuliah cerdas ini, insyaAllah ilmu akan bisa berkembang. Sehingga pada gilirannya generasi penerus kita bisa lebih prospektif dan prespektif. Semoga demikian adanya generasi penerus bangsa Indonesia tercinta ini, Allahumma aamiin.
Semoga manfaat barokah slamet aamiin.
🤲🤲🤲
Surabaya, 13 Dzulhijjah 1446 / 09 Juni 2025
m.mustain