Pagar Nusa, Perisai Ulama: Santri Megaluh Mantapkan Niat Bela NU

 

Megaluh,Jombang— (19-05-25)
Dalam suasana penuh khidmat dan semangat juang yang membara, sebanyak 75 santri dan santriwati mengikuti prosesi sakral pengambilan sabuk warga Pagar Nusa di Padepokan Lingpas Raga, Megaluh. Kegiatan ini merupakan bagian dari ujian kelayakan dan komitmen spiritual serta ideologis untuk menjadi bagian dari keluarga besar Pagar Nusa yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama.

Acara yang dipimpin langsung oleh Kang Yanto ini tak hanya berisi ujian fisik, tetapi juga menyentuh aspek mental, spiritual, dan kebangsaan. Para peserta menempuh serangkaian tes di lima pos utama, yaitu: pos agama, mental, fisik, materi, serta pos kebangsaan dan ke-NU-an. Masing-masing pos memberikan pemahaman mendalam mengenai amaliyah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah serta nilai-nilai luhur kepagarnusaan.

Dalam salah satu sesi, Kang Miftah memberikan penguatan tentang ke-NU-an dan makna bergabung dengan Pagar Nusa bukan sekadar belajar pencak silat, tetapi juga membela ajaran para kiai, menjaga NKRI, serta menanamkan semangat pengabdian lillahi ta’ala.

Suasana semakin haru ketika Kang Yanto memberikan ijazah Asma’ Kurung dan Lagholibah Illah Billah, yang merupakan kunci utama bagi pendekar Pagar Nusa dalam menjalankan tirakat spiritual. Beliau menekankan, “Jika ada pendekar atau srikandi Pagar Nusa yang tak pernah sowan pada guru dan kiai NU-nya, perlu ditanyakan kembali niatnya: ikut Pagar Nusa karena Allah, atau karena manusia?”

Turut hadir memberi motivasi dan restu, Bapak Siswanto, tokoh masyarakat sekaligus warga sepuh Pagar Nusa, menyampaikan bahwa para calon warga baru harus terus berjuang menjaga ajaran Aswaja dan membela NKRI. “Jangan pernah lelah menjadi tameng ulama dan garda terdepan Nahdlatul Ulama,” tuturnya.

PAGAR NUSA: PERISAI ULAMA, BENTENG NKRI

Sebagaimana diketahui, Pagar Nusa (Pagarnusa) adalah organisasi seni bela diri pencak silat yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama (NU). Didirikan pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, atas keprihatinan para kiai terhadap lunturnya tradisi bela diri di kalangan pesantren.

Nama Pagar Nusa sendiri bermakna “pagar NU dan Bangsa”, mencerminkan semangat juang untuk menjaga marwah ulama dan kedaulatan tanah air. Pendiri utamanya antara lain adalah KH. Maksum Jauhari, KH. Suharbillah, dan KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).

Sebagai bagian dari badan otonom NU, Pagar Nusa berdiri sejajar dengan banom lain seperti Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, IPNU, IPPNU, dan PMII. Selain itu, NU juga memiliki badan otonom berbasis profesi seperti ISNU, JQH, JATMAN, Sarbumusi, dan Pergunu, yang semuanya berperan menjaga dan mengembangkan dakwah ahlussunnah wal jama’ah di berbagai lini kehidupan.

PENUTUP: SEMANGAT LILLAH, BUKAN LILLAH MANUSIA

Rangkaian kegiatan ini bukan sekadar formalitas. Ia adalah bentuk tahdzibun nafs (pendidikan jiwa) bagi setiap calon pendekar agar benar-benar siap menjadi pembela ulama, agama, dan negara. Dalam suasana yang penuh keheningan dan haru, terpatri kuat niat suci: menjadi bagian dari Pagar Nusa bukan demi pujian manusia, melainkan karena Allah SWT dan cinta kepada kiai-kiai NU.

Semoga para santri dan santriwati yang telah melalui prosesi ini diberi kekuatan lahir dan batin untuk istiqamah dalam perjuangan, serta menjadi penjaga agama dan bangsa melalui jalan silat, tirakat, dan cinta ulama.

Allahu Akbar! Merdeka! Pagar Nusa Jaya, NKRI Harga Mati!