Jika PWI LS dan GP Ansor Duduk Bersama

 

Penulis : Hengky Sendyanto Divisi Media dan Informasi DPD PWI LS Kab Pemalang Jawa Tengah

Bayangkan sejenak, apa jadinya jika Gerakan Pemuda Ansor, sebagai garda terdepan Nahdlatul Ulama, duduk semeja bersama Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS), dalam satu forum intelektual yang dipandu oleh sosok karismatik dan pemersatu seperti KH. Muhammad Abbas Billy Yachsy—atau yang lebih dikenal sebagai Gus Abbas Buntet⁉️

Ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah simbol zaman yang sedang bergeser. Sebuah tanda bahwa langit pemikiran Nahdliyin mulai terbuka terhadap wacana baru yang selama ini dianggap tabu. Jika GP Ansor—organisasi kepemudaan NU yang berakar kuat di struktur tradisional—bersedia duduk bersama PWI-LS yang dikenal sebagai gerakan korektif atas kultus dan takhayul yang disematkan atas nama agama, maka pesan utamanya jelas: NU sudah membuka pintu untuk berpikir ulang.

Dan lebih jauh dari itu, tidak ada lagi alasan untuk meragukan atau bahkan menolak tesis monumental Kyai Imaduddin Utsman Al-Bantani. Sebuah karya yang tidak hanya menggugat kebiasaan, tapi juga menantang klaim-klaim spiritual yang selama ini dianggap mutlak dan tak tersentuh. Tesis ini telah menjadi poros baru kesadaran, menjadikan akal sehat, logika, dan fakta sebagai fondasi utama dalam memahami agama.

Duduknya Ansor dan PWI-LS bersama Gus Abbas adalah momen sejarah. Sebab Gus Abbas bukan sekadar ulama. Beliau adalah jembatan antara tradisi dan rasionalitas, antara kemapanan dan perubahan. Maka jika forum ini benar-benar terjadi, NU secara tidak langsung telah memberi restu pada narasi baru yang selama ini hanya bergema di luar tembok-tembok pesantren.

Dan pada titik ini, siapa pun yang mencoba membantah atau menolak keabsahan Tesis Kyai Imaduddin Al-Bantani akan berhadapan dengan fakta bahwa rumah besar NU sudah mulai menerima perubahan itu. Jadi, sampai di sini… paham, kan…⁉️