JAKARTA — Menteri Agama Prof.Nasaruddin Umar mengungkapkan Kementerian Agama terus melakukan peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan. Termasuk di dalamnya, penerapan satuan pendidikan ramah anak dan konsep ekoteologi.
Hal ini disampaikan Menag saat bertuemu berdiskusi dengan representatif UNICEF (United Nations Children’s Fund) Maniza Zaman di Kantor Kemenag, Jakarta.
Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam ini membahas pendidikan, lingkungan, dan kesejahteraan anak.
Menurut Menag, konsep ekoteologi merupakan pendekatan baru untuk mengintegrasikan kesadaran lingkungan dalam pendidikan agama.
“Konsep ini tidak hanya penting untuk Indonesia, tetapi juga untuk seluruh dunia. Yang saya maksud dengan ekoteologi, sejak kecil kita harus belajar bagaimana menyelamatkan lingkungan kita,” ujar Prof. Nasaruddin, Senin (20/1/2025).
Nasaruddin berharap ekoteologi akan menjadi pendekatan holistik yang ada pada semua tingkat pendidikan di Indonesia, terutama pada pendidikan agama dan keagamaan. “Jika seseorang ingin mempelajari agama, mereka juga harus memahami alam semesta. Jadi ini adalah poin yang sangat penting bagi saya, karena saya tidak menemukan kurikulum keagamaan di banyak negara, termasuk di negara-negara Timur Tengah, yang dimulai dari ekoteologi. Indonesia akan memulai program baru ini,” kata kiai yang juga merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Menag juga mengungkapkan keunikan sistem pesantren di Indonesia yang dinilai memiliki potensi besar sebagai model pendidikan modern. Menurut Menag, pesantren tidak hanya memberikan pendidikan akademik, tetapi juga pembentukan karakter melalui kehidupan bersama antara siswa dan guru.
“Kami memiliki lebih dari 40.000 pesantren di bawah naungan kami. Dan yang sangat unik, sebagian besar siswa tinggal bersama guru mereka, asisten pengajar, di lingkungan yang sama. Mereka tinggal bersama di masjid, makan bersama, berdoa bersama, hidup bersama, dan juga berolahraga bersama,” jelasnya.
Maniza Zaman, representative UNICEF di Indonesia menyampaikan apresiasinya atas berbagai inisiatif yang dilakukan Kementerian Agama.
“Terkait konsep ekoteologi yang pertama, saya harus mengatakan bahwa saya sangat terpesona, karena ini adalah pertama kalinya saya mendengar istilah yang luar biasa ini. Jadi, menurut saya, ini menunjukkan pemikiran yang maju dan, jelas, keilmuan yang Anda miliki, yang kita semua tahu, untuk benar-benar mengatasi tantangan kontemporer yang kita hadapi, serta membawanya bersama dalam nilai-nilai spiritual dan keagamaan yang mendalam,” kata Maniza
Menteri Agama juga menyoroti peran masjid dalam mendukung pemberdayaan masyarakat. Dengan lebih dari 800.000 masjid di Indonesia, masjid memiliki potensi besar untuk menjadi pusat informasi dan edukasi. “Lokasi masjid ada di tengah masyarakat, di pusat komunitas, bukan di luar komunitas. Jadi titik sentral dari peran masjid adalah memberdayakan masyarakat kita,” ujarnya.
Menag Nasaruddin mengajak UNICEF untuk terus mendukung program-program tersebut dan membantu mempromosikannya ke dunia internasional. “Jadi, jika kita hanya berbicara hanya tentang Indonesia, hanya tentang UNICEF, berapa banyak orang yang bisa mendengar? Tetapi jika kita berbicara bersama dengan Anda, Indonesia dan UNICEF, mempromosikan satu isu besar, saya pikir dunia dapat mendengarnya dengan sangat mudah,” kata Menag.
Menag juga mengajak UNICEF untuk mengadakan pertemuan lanjutan guna memperkuat kolaborasi dan membahas isu-isu strategis lebih mendalam. “Izinkan saya mengajak Anda untuk bertemu lagi suatu waktu. Saya kira bisa mengatur pertemuan itu. Kita membutuhkan banyak informasi dari para cendekiawan. Baik cendekiawan agama maupun cendekiawan lingkungan. Kita juga harus membaca isu-isu baru, isu-isu internasional saat ini,” pungkas Menag.*Imam Kusnin Ahmad*