Buat Raden Kusuma Dermawan Hutu Besar Permata di Surabaya

Catatan Surasono mantan murid KI KUSUMA

Saya mengenal Kusumo sekitar 10 tahun lalu, lewat program yang diiklankan Tabloid Posmo. Ia pribadi yang tampak berwibawa. Pada suatu malam ketika berkunjung ke rumahnya di daerah Lamongan, saat itu saya menjalani prosesi ritual di belakang rumahnya yang gelap, untuk beberapa jam. Sy tidak ditemui oleh sosok apa pun, selain suara kalong. Dilanjut ritual di kamar gelap yang banyak sarang laba-labanya. Sebelum ritual saya masih sempat salat Isa di ruang tamu.

Kusumo mudah akrab dengan siapa pun dan kalau saya nilai kecerdasannya di atas rata-rata. Ia bercerita tiap minggu saya kunjungi Istana Ratu Kidul, Sri Kencono. Saya dapat mengambil pusaka atau akik di jalan yang ia lewati. Kadang Sang Ratu memberi pusaka istimewa langsung kepada saya. Tubuh Sang Ratu kecil semampai seperti isterinya.

Sebelum prosesi ritual di belakang rumah dan di kamar itu, Kusumo wanti-wanti hindari berdzikir. Setelah rampung ritual, Kusumo berkata :
“Kamu tadi didatangi Syekh Maloyo.”
Ia berkata lagi, ” adakah bisikan yang kamu terima!”
Sepertinya ada kalimat yang saya ingat, yaitu : Mualim Rasid.

Itulah namamu dari pemberian goib : Ki Mualim Rasid. Yang artinya kamu akan jadi mualim yang baik.
Terlampau banyak cerita jika mau saya kisahkan tentang Kusumo. Kebaikan-kebaikannya tentu dan janji yang tidak ia tepati. Sebenarnya tidak enak hati menceritakan ke Pak Husnu. Namun mau diapa, secara syareat saya wajib mengingatkan, karena hutang adalah tanggungan rohani sampai akherat..

Saya kontak Ki Ageng Alit minta pendapatnya. Ki Alit bilang : ” ya gitu Kusumo “.

Saya menagih berkali-kali tidak pernah direspon. Dan, ia terus berkelit. Uang yang saya kumpulkan berbulan-bulan, uang untuk kost anak saya di Malang. Janji tinggal janji. Batu Opal yang kata Kusumo dapat tirakat di makam keramat Gunung Kewalik. Saya tak membutuhkan batu opal itu kini. Duit yang 3,4 juta itu transfer balik ke saya, buat bayar kost anak saya dan buat kontrol mata ke kota.

Sadarlah Raden Kusumo, mohon..

.