Refleksi Jelang Hari Guru Nasional 2024 Guru : Dari Digugu dan Ditiru ke Digugat dan Diburu

 

Oleh : Sujaya, S. Pd. Gr.*

John Adams menyatakan, guru adalah pencipta manusia. Dia adalah dasar dari semua pendidikan, dan dengan demikian seluruh peradaban umat manusia, sekarang dan masa depan. Tidak ada rekonstruksi bangsa yang mungkin tanpa kerja sama aktif dari guru.

Dalam filosofi Bahasa Jawa, ‘guru’ diartikan sebagai ‘DIGUGU lan DITIRU’. Artinya seorang guru harus bisa dipercaya dan ditiru oleh muridnya.

Di era perjuangan, guru berperan penting dalam Perjuangan Kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara dan R. Ajeng Kartini merupakan dua contoh dari para guru yang telah berjuang keras demi kepentingan bangsa Indonesia. Mereka telah menanamkan fondasi yang menjadi prinsip dan filosofi pendidikan nasional.

Di masa sekarang ini, peranan guru dalam pembangunan kesejahteraan sangatlah penting.
Di tengah masa ketidakpastian ini guru merupakan faktor yang tak dapat terpisahkan demi menyambut kemajuan dan perkembangan jaman.

Kehadiran sosok guru di tengah anak didik menuntut guru lebih memaksimalkan perannya, tidak semata sebagai pendidik, namun juga pemberi dan pemantik inspirasi bagi anak didiknya. Guru juga harus bisa memberikan pencerahan bagi anak didiknya dan mampu melahirkan siswa yang tangguh, siap menghadapi aneka tantangan sekaligus memberi perubahan yang hebat bagi kehidupannya.

Guru adalah contoh terdekat bagi anak-anak didik disamping keluarganya di rumah. Maka guru harus mampu menginspirasi anak didik dengan segala tindakan dan ucapannya . Guru bisa menginspirasi anak didik dari hal-hal yang kecil, misalnya jujur dalam bertindak, berkarya, menulis, dan berkata dengan santun. Jika Posisi guru bisa seperti itu maka sangatlah pantas ia menjadi panutan dan inspirasi bagi anak didiknya.

Sudahkah kita sebagai guru bisa digugu dan ditiru? Ungkapan guru sebagai orang yang bisa digugu dan ditiru maknanya amatlah luar biasa. Digugu memiliki arti dipercaya atau dipatuhi, Sedangkan ditiru berarti diikuti atau diteladani. Sudah sepatutnya kita sebagai seorang guru haruslah memiliki dua hal tersebut. Segala penyampaian dari guru haruslah sebuah kebenaran yang menumbuhkan keyakinan kepada setiap yang mendengarnya, dan segala tingkah lakunya haruslah menjadi contoh bagi setiap yang melihatnya. Guru harus menjadi “Teladan” dan bukan malah “Telatan”.

Agar bisa dipercaya dan dipatuhi, bisa digugu dan ditiru kita sebagai seorang guru haruslah memiliki pemahaman yang luas dan mendalam terhadap ilmu pengetahuan yang hendak ia sampaikan. Tidak cukup dengan itu, seorang guru juga harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai metode dalam menyampaikannya. Bagaimana mungkin seorang guru bisa meyakinkan muridnya kalau ia lemah dalam pemahaman dan penyampaian maka akibatnya kemalasan, cuek dalam mengerjakan tugas sehingga timbulnya rasa ketidaknyamanan didalam kelas maunya keluar karena metode yang membuat dia bosan. Guru harus berubah dan melakukan tranformasi mulai saat ini dan guru harus bisa digugu dan ditiru. Bukannya kini semakin digugat eksistensinya dan diburu karena kurang mencerminkan perilaku guru yang baik.

*) Penulis adalah Guru SMPN 3 Sindang Indramayu.