Oleh: Wawan Susetya
“Dalam menjalankan aktivitas, termasuk dalam dunia usaha pun, jangan sampai salah niat. Kita harus menata hati dengan niat yang benar dan jangan asal ingin cepat kaya serta ingin menjadi orang terkenal,” demikian semacam warning disampaikan Yusron Aminulloh, ketua ISMI (Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia) Jatim dalam sarasehan yang digelar ForSabda (Sarasehan Seni & Budaya), Sabtu malam (27/7) di Lotu’s Garden, Ketanon Tulungagung.
Sarasehan ForSabda saat itu mengangkat tema ‘Kiat & Jurus Menjadi Enterpreneur Sukses’ dengan tiga orang pemantik, yaitu Yusron Aminulloh, Dr. Slamet Sunarto (Kadinkop & UMKM Tulungagung) dan Setio Hadi (owner Griya Batik Gayatri Tulungagung) dengan moderator Wawan Susetya. Koresponden Menara Madinah, Wawan Susetya melaporkan dari Lotu’s Garden Tulungagung.
Cak Yusron–panggilan akrab Yusron Aminulloh–kemudian berbagi ilmu mengenai niat yang baik dalam dunia usaha, yakni memberikan kemanfaatan yang besar kepada banyak orang. Dalam hal ini, Cak Yusron meyakini bahwa semakin banyak karyawannya niscaya akan memberikan manfaat kepada mereka. Dan, karena niatnya disandarkan kepada Tuhan, maka Dia-lah yang akan memberikan kecukupan terhadap gaji mereka. “Terus-terang, itulah yang diwariskan oleh kakek saya kepada keluarga kami, supaya kami senantiasa menata hati dan menjernihkan pikiran,” tandas Cak Yusron yang juga owner destinasi wisata Dedurian Park di daerah pegunungan Wonosalam Jombang.
Lebih jauh lagi, Cak Yusron juga menyebut nama tokoh besar Amerika yaitu Bill Gate, bos Microsoft yang sejak kelas 4 SD sudah memiliki cita-cita agar karyanya kelak dapat bermanfaat bagi umat manusia di dunia. Dan, kini cita-cita Bill Gate tersebut menjadi kenyataan lantaran mayoritas manusia sekarang sudah menggunakan komputer atau laptop karya Bill Gate. Padahal awalnya dia tidak menginginkan kesuksesan dan menjadi orang terkenal. Tapi, dengan bercita-cita memberikan manfaat kepada orang banyak di muka bumi, Bill Gate secara otomatis menjadi orang kaya yang sukses dan populer di dunia.
Berkaitan dengan pengalamannya merintis dan membangun Dedurian Park di lereng Gunung Anjasmoro beberapa tahun lalu, Cak Yusron menyebutkan beberapa poin mengenai kiat dan jurus menjadi enterpreneur sukses, yaitu memiliki net working yang luas, memiliki trust yang baik, memiliki inovasi menarik, dan modal untuk membiayai usahanya.
Sementara itu, Dr. Slamet Sunarto, Kadinkop & UMKM Tulungagung menata sekitar 139.000 lebih UMKM. Dari jumlah tersebut, 54 persen bergerak di bidang mamin (makanan & minuman). Salah satu bentuk terobosan yang diambilnya guna memajukan usaha mereka, yakni dengan memanfaatkan momentum event Car Free Day setiap hari Minggu sejak jam 06-09 Wib. “Alhamdulillah, meski hanya dalam waktu 3 jam saja, tetapi pemasukan mereka tidak kurang dari 200 juta,” ujar Dr. Slamet seraya bersyukur.
Selain itu, Dr. Slamet selaku Kadinkop & UMKM juga menggandeng pihak swasta untuk memajukan ratusan ribu UMKM di bawah binaan Dinas Koperasi & UMKM. Dari kerja sama itu terbentuklah 11 komunitas yang solid. Dan, dari 11 komunitas tersebut ada sekitar 44 perusahaan tersebut yang produknya siap ekspor.
Dr. Slamet menjelaskan salah satu program yang dilaksanakan yaitu program sertifikasi halal dengan bekerja sama dengan Depag (Departemen Agama) Tulungagung.
Dan yang tak kalah menggembirakan lagi yaitu ditelorkannya busana khas Tulungagung yang dinamakan Batik lurik Bumi Ngrowo. Pihak Dinas Koperasi sudah memagari payung hukum dengan didaftarkan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) di Kemenkumham Jakarta.
Kebetulan pada malam sarasehan itu Setio Hadi sedang mengenakan busana khas Tulungagung yang merupakan karya dari Komunitas Wastra yang beranggotakan 20 pengrajin batik. Setio Hadi kemudian menjelaskan mengenai falsafah motif Batik lurik Bumi Ngrowo yang diinspirasi motif Panji. Busana khas Tulungagung tersebut dengan warna dasar coklat yang ada 9 garis bergelombang dan dipadukan dengan warna hitam.
“Garis bergelombang tersebut sesungguhnya merupakan simbol air. Hal itu untuk mengingatkan kepada kita bahwa Tulungagung yang dulu dikenal sebagai Bumi Ngrowo keadaannya memang rawa-rawa. Sementara, angka 9 mengisyaratkan simbol angka yang tertinggi,” tandas Setio Hadi.
Sebelum sarasehan dimulai, penasihat ForSabda, Laksda (purn) Harry Yuwono mengatakan bahwa Indonesia memiliki lahan bisnis yang sangat luas, baik di darat maupun di laut. “Semua itu patut kita syukuri. Sayangnya, barangkali para pengusaha kita masih kurang inovasi dalam memajukan usahanya, sehingga masih kalah bersaing dengan pengusaha manca negara,” katanya.
Sementara itu, Sesepuh Veteran Tulungagung Ki Lamidi pada kesempatan itu mengingatkan bahwa dalam menjalankan dunia usaha hendaknya harus tetap berpegang dengan prinsip perekonomian Pancasila dengan menggunakan Koperasi yang berazaskan kekeluargaan dan gotong royong.
“Sekarang ini pengaruh asing begitu deras mengancam sendi-sendi perekonomian bangsa, entah itu kapitalisme/liberalisme dan komunisme. Oleh karena itu kita harus teguh mempertahankan perekomian Pancasila!” kata Ki Lamidi berapi-api disambut applause para audience.
Usai pemaparan para pemantik, suasana menjadi lebih gayeng saat sesi dialog. Ada 6 orang yang menanggapi maupun mengajukan pertanyaan, antara lain Wiji Mujiono, Bapa Harry Yuwono, Adi Broto (Sutradara kethoprak Cahyo Yuwono), Fauzi (Direktur Bank Mandiri), Gigih Si Boy dan Sony Andika. []