Dua Narasumber Diskusi Jejak Bung Karno di Jombang Siap Membeli, Memiliki Rumah Masa Bayi, Sekolah Bung Karno dan Akan Merekostruksi Kembali Jadi Museum

Satu persatu undangan Diskusi Jejak Bung Karno di Jombang memasuki ruangan out door Kantor Kominfo Jombang. Mereka disuguhi lagu lagu tahun 1950 saat Bung Karno masih menjabat Presiden RI. Mereka siap mengikuti hingga selesai. Seperti apakah hasil pembicaraan diskusi tersebut. Berikut ini laporan Husnu Mufid Pemred menaramadinah.com :

Diskusi memperingati hari lahir Bung Karno yang diadakan Komunitas Pelestari Sejarah (Kompas) Jombang  di Kantor INFOKOM Jombang sangat menarik untuk dikaji dan dibicarakan pada Rabu, 5 Juni 2024 tadi malam.

Karena membahas  tentang lokasi tempat lahir Bung Karno antara Pandean Surabaya dan Ploso Jombang yang dulunya masuk wilayah Surabaya. Juga kondisi rumah Masa Bayi dan Sekolah Bung Karno yang roboh, ari ari Bung Karno dan upaya merekonstruksi kembali rumah Bung Karno untuk dijadikan museum.

Ada dua narasumber yang dihadirkan Komunitas Pelestari Sejarah (Kompas )  Jombang yaitu Moch  Faesol dan Binhard Nurohman. Disaksikan Kadis INFOKOM Pak Heru dan seluruh undangan yang memenuhi aut door kantor Infokom Jl. Patimura 92 Jombang.

Dua narasumber ini berbeda pandangan dalam menganalisis Sejarah tempat lahirnya Bung Karno dengan  memakai layar slide dan manuskrip.

Dimana Moch Faisol menyatakan, tempat lahirnya Bung Karno di Surabaya dengan data data secara tertulis dan manuskrip ITB Bandung dan literstur yang terbit zaman Jepang.

Untuk memperkuatkan datanya Moch Faisol menyatakan, bahwa Bung Karno menyatakan dirinya lahir di Kota Surabaya. Tidak ada kata kata Ploso Jombang.

Kemudian membandingkan dengan kelahiran KH. Hasyim Asyari di Jombang. Tidak ada kata Surabaya. “Ini menunjukkan Bung Karno Lahir di Surabaya,”tegasnya.

Sedangkan Binhard menggunakan data investigasi langsung di Ploso  Jombang dan buku buku yang sudah diterbitkan oleh pengarang Masa lalu dan sekarang.

“Saya datang di Ploso Jombang rumah Masa Bayi dan Sekolah Bung Karno telah tinggal puing puingnya dan jadi kandang kambing. Tidak tega saya menampilkan fotonya,”ujarnya.

Selanjutnya Binhard Nurrohman menyatakan, telah mencari siapa pemilik rumah itu sekarang dan menemukan  ahli warisnya  yang siap menjual jika ada yang membelin.

Kemudian penulis buku Masa Kecil Bung Karno Husnu Mufid diminta berbicara oleh moderator dan menyampaikan pandangannya salah kelahiran Bung Karno di Ploso Jombang. Karena ada bukti keaslian rumah dan pendapat warga sekitar menyatakan Bung Karno Lahir di Ploso Jombang.

Selanjutnya Husnu Mufid Pemilik Penerbit Buku Menara Madinah berpesan agar Komunitas Pelestari Sejarah Jombang untuk berjuang agar rumah Bung Karno bisa dijadikan museum seperti Istana Gebang Blitar dan Ndalem Pojok Kediri.

Ditambah lagi ada seorang yang rumahnya berjarak 15 meter menyatakan Bung Karno Lahir di Ploso Jombang berdasar penuturan  orang tua dan kakeknya.

Hingga akhirnya Moderator Setyo Wibowo tidak bisa menyimpulkan dimana tempat Bung Karno Lahir. Karena pada zaman Belanda Ploso Jimbang, Mojokerto, Gresik, Sidoarjo masih bernama Karesidenan Surabaya.

Meskipun demikian, dalam diskusi Jejak Bung Karno di Jombang menyepakati akan membeli lokasi Masa Bayi dan Sekolah Bung Karno Karno di Ploso Jombang jika Pemerintah Daerah Jombang tidak membeli dan akan merekonstruksi kembali rumah yang telah roboh pada pukul 01.00 wib itu sesuai aslinya terbuat dari sesek bambu.

“Uang disaku saya ini mau saya tarik untuk membeli rumah Masa Bayi dan Sekolah Bung Karno,”ujar Binhard Nurrohman narasumber yang mendukung Bung Karno Lahir di Polo Jombang pada 6 Juni 1902.

Sedangkan Moch Faeasl narasumber pendukung Bung Karno yang lahir 6 Juni 1901 menyatakan, akan memiliki rumah Masa Bayi dan Sekolah Bung Karno sebagai milik pribadi nantinya.

Sontak  seluruh peserta Diskusi  Jejak Bung Karno  di Jombang bertepuk tangan dan setuju mendengar dua narasumber ingin membeli dan memiliki rumah Bung Karno yang telah runtuh itu.

Suasana pun semakin bergairah dan menarik serta bersemangat berdiskusi. Hanya saja waktu yang terbatas.

Kemuduan sebagian peserta membeli buku Masa Kecil Bung Karno karya Husnu Mufid. Sekaligus minta tanda tangan. Acarapun berakhir sambil mendengarkan lagu lagu tahun 50 dan  60 an.