Pendidikan Kewirausahaan dalam Pendidikan Islam Transformatif

 

H. Sujaya, S. Pd. Gr., Guru SMP Negeri 3 Sindang Indramayu.

Realitas Pendidikan Kewirausahaan Islam

Bekerja dan berusaha termasuk berwirausaha dapat dikatakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Karena manusia dalam keberadaannya di bumi sebagai ” khalifah fil ardh” dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik . (QS. Hud: 61).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Kewirausahaan merupakan gabungan dari dua kata yang masing-masing memiliki arti, wira dapat diartikan sebagai pahlawan atau laki-laki, sedangkan kata usaha merupakan sebuah usaha dengan mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu maksud.

Namun merupakan suatu fakta bahwa aktivitas berwirausaha merupakan bidang kehidupan yang kurang berkembang secara memuaskan di kalangan masyarakat pribumi atau masyarakat Muslim Indonesia. Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat terhadap profesi wirausaha.

Ada tiga alasan mengapa dalam bidang pendidikan Islam semangat dan jiwa kewirausahaan ini kurang mendapatkan perhatian yang lebih besar.

Pertama, image lama yang melekat pada orang yang aktif dalam bidang kewirausahaan ini, antara lain sifat agresif, ekspansif, bersaing secara tidak jujur, kikir dan sumber penghasilan tidak stabil dan banyak resiko. Image ini menyebabkan sebagian besar masyarakat Muslim kurang tertarik untuk berwirausaha. Sehingga sebagian besar para orang tua menginginkan anaknya menjadi pegawai negeri, pegawai di perusahaan swasta terkenal, jadi insinyur, dokter, pilot, tentara, polisi dan jabatan-jabatan karir lainnya. Sehingga hampir tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi wirausahawan. Kalau pun ada yang berminat jumlahnya sangatlah terbatas di kalangan mereka yang tidak dapat mengakses pendidikan di perguruan tinggi dan tidak beruntung menjadi pegawai negeri, tentara dan sebagainya.

Kedua, sikap tidak tertarik pada kegiatan wirausaha itu juga dipicu oleh pemahaman yang terlalu simplistik (dangkal) terhadap ajaran agama. Khususnya hadits-hadits yang secara sepintas dipahami seakan-akan tidak mementingkan kesuksesan di dunia. Di samping itu juga ditemukan ajaran-ajaran agama, khususnya di dunia tasawuf dan tarekat, yang bila dipahami secara sempit akan cenderung mengecilkan arti prestasi keduniawian, seperti sikap zuhud, wara, fakir dan sebagainya.

Ketiga, kurikulum pendidikan Islam belum menganggap penting sikap kewirausahaan sehingga generasi muda Muslim kurang mendapatkan pemahaman dan motivasi berwirausaha serta inspirasi dari para pengusaha wirausahawan Muslim yang sukses.

Tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan akibat tradisi dan pemahaman yang kelitu, sehingga pada gilirannya menyebabkan tradisi kewirausahaan dalam masyarakat Muslim jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara yang notabene mayoritas non Muslim, seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan negara Eropa lainnya. Di mana negara-negara tersebut memiliki masyarakat yang jiwa kewirausahaan sangat tinggi jauh di atas 2 persen dari jumlah penduduknya.

Atas dasar pemikiran tersebut maka pengembangan dan pertumbuhan sikap kewirausahaan merupakan tugas intern agama, yang dalam hal ini pendidikan Islam dalam upaya memulihkan krisis ekonomi dan lapangan kerja yang melanda masyarakat Muslim khususnya di Indonesia.

Paling tidak ada dua alasan mengapa kewirausahaan penting untuk dikembangkan di Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim ini.

Pertama, kenyataan dari sejumlah angkatan kerja yang ada, masih sangat sedikit yang terserap dalam angkatan kerja, sehingga pembukaan lapangan kerja baru menjadi suatu keniscayaan dalam pemberdayaan masyarakat Muslim di Indonesia.

Kedua, Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan bagi umat Islam merupakan seorang pedagang yang sangat ulet dan profesional, jujur, memegang amanah, dan terpercaya. Bahkan kredibilitas dan integritas pribadinya sebagai pedagang mendapat pengakuan bukan hanya dari kaum muslimin, namun juga dari kaum Yahudi dan Nasrani. Hal Itu dikarenakan beliau menjalankan usahanya dengan sangat profesional.

Makna Kewirausahaan dalam Pendidikan Islam

Dikutip dari buku Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil (2005) Karya Thomas W. Zimmerer dan Norman, wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.

Menurut para ahli yang dimuat dalam buku Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil (2005) yang ditulis oleh Panji Anoraga dan Djoko Sudantoko memuat beberapa pengertian wirausaha menurut para ahli.

1.Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan kesuksesan. (Geoffrey G. Meredith et. al, 1995).

2.Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, dan inovasi serta kemampuan manajemen. (Salim Siagian, 1998).

3.Menurut Skinner (1982), wirausaha (entrepreneur) merupakan seseorang yang mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan / balas jasa berupa profit finansial dan maupun non finansial.

Adapun menurut Sujaya (2023) dalam bukunya, Sukses Memberdayakan Organisasi Sekolah bahwa diungkapkan beberapa ciri jiwa wirausaha. Jiwa Wirausaha merupakan sikap perilaku yang ditunjukkan melalui sifat, karakter dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan Inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif .

Beberapa ciri Jiwa Wirausaha diantaranya adalah seorang wirausahawan memilki jiwa yang berbeda dari manusia kebanyakan pada umunya. Mereka memilki motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang terkait dengan nilai-nilai perilaku dan sikap manusia unggul .

Mengutip dari Modul Prakarya dan Kewirausahaan, Kemdikbud, bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan harus memilki jiwa yang tangguh dan inovatif dengan 10 ciri-ciri yang memiliki kepribadian sebagai berikut :
1. Kepemimpinan
2. Percaya Diri
3. Motivasi Berprestasi
4. Persepsi perspektif ke depan (visioner)
5. Kreativitas tinggi
6. Komitnen tinggi
7. Rasa Tanggung jawab
8. Berani menghadapi resiko
9. Memilki kemandirian
10. Selalu mencari peluang dalam setiap kesempatan.

Urgensi Pendidikan Kewirausahaan dalam Pendidikan Islam

Sebagai agama yang menekankan dengan kuat sekali tentang pentingnya pemberdayaan umat, maka Islam memandang bahwa berwirausaha merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Terdapat sejumlah ayat dan hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang pentingnya aktivitas berwirausaha itu. Di antaranya :

” Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi. Dan carilah karunia Alloh. ” ( QS. Al Jumu’ah : 10 )

” Manusia adalah khalifah Alloh di atas bumi. ” ( QS. Al Baqoroh : 30 ).

” Manusia berfungsi untuk memakmurkan bumi. ” ( QS. Hud : 61).

” Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung kemudian kembali memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Alloh mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun tidak. ” ( HR. Bukhari).

” Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama Nabi, orang-orang siddiqin dan para syuhada. ” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dalil di atas memperlihatkan bagaimana kewirausahaan merupakan aktivitas yang intern dalam ajaran Islam. Sedemikian strategis nya kedudukan kewirausahaan dan bisnis perdagangan dalam Islam. Sehingga teologi Islam itu dapat disebutkan sebagai “commercial theology” (teologi perdagangan).

Hal tersebut dapat dilihat dalam kenyataan bahwa hubungan timbal balik antara Tuhan dan manusia bersifat perdagangan, karena Alloh “Saudagar Sempurna”. Alloh memasukkan seluruh alam semesta dalam pembukuan-Nya. Segala diperhitungkan, tiap barang diukur. Ia telah membuat buku perhitungan, neraca-neraca dan tuntutan-Nya menjadi arahan mutlak bagi bisnis-bisnis yang jujur.

4.Mentransformasikan Pendidikan Kewirausahaan dalam Pendidikan Islam

Kewirausahaan merupakan sikap mental yang selalu aktif atau kreatif berdaya, berkarya, bersahaja dan berusaha. Seseorang yang memiliki karakter wirausaha (entrepreneur), selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapai.

Wirausahawan adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya (Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer, 1993:5).

Menanamkan jiwa wirausaha adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat siswa secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Kualitas sumber daya manusia yang memiliki semangat kewirausahaan/ entrepreneurship dipengaruhi oleh pengalamannya sejak kecil, hal itu digambarkan oleh kualitas materi dan tujuan pendidikan saat ini.

Pendidikan adalah salah satu factor yang menentukan bagaimana generasi berikutnya, generasi yang sesuai dengan harapan bangsa saat ini harus memiliki mental entrepreneur sejak masih kanak- kanak adalah hal yang penting. Seperti kita ketahui salah satu pendorong peningkatan ekonomi satu negara adalah banyaknya pengusaha (Dani Jumadil Akhir, 2019).

Apabila semangat jiwa wirausaha ini tidak diperkenalkan pada siswa sejak dini pada setiap jenjang pendidikan, maka saat mereka dewasa nantinya hanya menjadi pengangguran tanpa aktivitas dan kreativitas yang sesuai dengan perkembangan dunia yang semakin global, yang pada akhir terjerumus dalam berbagai kejahatan sosial.

Indonesia butuh banyak wirausauhawan, calon pengusaha, untuk mendorong supaya jumlah wirausaha Indonesia bisa mencapai di atas 2 persen. Maka harus ada program dukungan yang khusus dan fokus mendorong upaya ini, demikian harapan Menteri Koperasi dan UKM (Beritasatu.com 2016).

Oleh sebab itu butuh upaya yang kuat untuk kesuksesan pembinaan penumbuhan jiwa wirausaha dalam sebuah transformasi pendidikan Islam dalam bidang kewirausahaan sebagai landasan materi dan kurikulum pembelajaran ekonomi yang dapat memberikan semangat kewirausahaan ( entrepreneurship).

Masalah entrepreneurship adalah masalah kesejahteraan bangsa, bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki jumlah pengusaha yang banyak, hal itu menjadi permasalahan kita semua.

Wirausaha seakan-akan menjadi harga mati bagi negara manapun di dunia ini yang ingin naik ke level yang lebih tinggi sebagai negara maju.
Maju tidaknya suatu bangsa atau sejahtera tidaknya suatu masyarakat sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas pengusahanya.

Sosiolog David Mc Clelland dalam kajiannya menyimpulkan batas dua persen dari total jumlah penduduk haruslah pengusaha, agar suatu negara bisa disebut sebagai negara maju (Win Konadi & Dandan Irawan, 2012).

Dengan demikian berbagai usaha yang mengarah kepada peningkatan semangat entrepreneurship sejak dini dipandang memiliki kontribusi yang tepat menyelesaikan masalah kesejahteraan dan kemiskinan bangsa pada umumnya.

Menanamkan jiwa wirausaha bukan hanya tentang bagaimana menjadi pengusaha, namun lebih kepada bagaimana seseorang berani mengejar kesempatan berdasarkan kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya.

Untuk itu tanamkan kepada siswa hal-hal berikut, sebagai mana diaptasi dari artikel Rahayu Pawitri dalam The Asiaparent, 2022.
1. Ajarkan siswa untuk senantiasa menetapkan tujuan
2. Ajarkan siswa berbagai pengetahuan
3. Jadilah model problem solving untuk siswa
4. Biarkan siswa belajar dari kesalahannya
5. Biarkan siswa kesempatan untuk mengambil keputusan
6. Ajarkan siswa bagaimana bertahan dari tekanan emosi dan kecemasan
7. Terapkan aturan dengan demokratis
8. Ajak siswa berolahraga, terutama olahraga yang memerlukan tantangan dan kegigihan untuk menyelesaikannya.
9. Ajari mereka keberuntungan diri mereka sendiri.
10. Ajarkan leadership dalam melatih jiwa wirausaha.

H. Sujaya, S. Pd. Gr.
Seorang Guru ASN di SMP dan merupakan penulis aktif di beberapa platform media online dan telah menulis lebih dari sepuluh buku karya tunggal.

Referensi :
Tim Multitama Communication. 2005.
Islamic Business Strategi for Entrepreneurship. Zikrul Media Intelektual: Jakarta

Anoraga, Pandji. dan Sudantoko, H. Joko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Rineka Cipta: Jakarta
Budiman. M. Arief. 2012. Spiritual Creative preneur . Metagraf: Solo.

Soebadio. Surasono I. 2002. Pensiunpreneur Pensiun Sukses. Penebar Plus : Jakarta.
Sujaya. 2023. Sukses Memberdayakan Organisasi Sekolah. Penerbit Ruang Karya : Samarinda.