Sinergi HNSI untuk Kesejahteraan Nelayan Indonesia

Jakarta – Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) terus menunjukkan komitmennya untuk membangun sinergi yang kuat demi mendukung ekosistem perikanan dan kelautan di seluruh Indonesia.

Langkah strategis terbaru dilakukan oleh HNSI dengan menggandeng perusahaan start-up PT. Nol Karbon Indonesia yang berfokus di bidang karbon kredit. Penandatanganan kerjasama berlangsung pada Sabtu (20/01) di Jakarta dan diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam aksi mitigasi perubahan iklim.

Dalam kesempatan tersebut, mewakili HNSI, Wakil Ketua Umum, Dr. Ir. Imam Supriyadi, M.M, mengatakan, tujuan utama kerja sama ini adalah mendukung program Pemerintah dalam menurunkan emisi karbon, dengan harapan HNSI dapat menjadi pelaku utama dalam aksi kolektif menuju target net-zero emission pada 2060. Selain itu upaya ini bertujuan untuk menggali potensi pengembangan zero carbon serta pemberdayaan ekonomi di wilayah kerja nelayan di seluruh Indonesia.

Imam Supriyadi menambahkan, kerja sama ini merupakan langkah strategis dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim, dan akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan nelayan di Indonesia. Kerjasama ini diharapkan mampu memberikan solusi konkrit dan berkelanjutan untuk pemberdayaan masyarakat nelayan serta berkontribusi positif terhadap upaya global dalam mengurangi dampak perubahan iklim di sektor kelautan.
“Ini bukti nyata dari dedikasi kami terhadap keberlanjutan dan masa depan yang lebih baik bagi nelayan Indonesia” imbuh Imam.

Pera Malinda Sihite, Direktur PT. Nol Karbon Indonesia, berharap kerjasama dengan HNSI dapat memberikan kontribusi nyata kepada nelayan, seperti silvofishery yang menggabungkan usaha perikanan dengan penanaman mangrove atau bahkan pemanfaatan energi terbarukan hydropower (pembangkit tenaga air) untuk memberikan listrik ke wilayah nelayan. “Kami berupaya memberikan solusi inovatif dengan mempertimbangkan aspek ekonomi karbon.”tambah Malinda.

Net zero emissions
Menyitir laman Kementerian ESDM, Net zero emissions (NZE) atau nol emisi karbon adalah kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Untuk mencapainya diperlukan sistem energi bersih guna mencapai kondisi seimbang antara aktivitas manusia dengan keseimbangan alam.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah mengurangi jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan (aktivitas) manusia pada kurun waktu tertentu, atau lebih sering dikenal dengan jejak karbon. Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.

Dalam konteks potensi kelautan, khususnya perikanan, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, maka dapat mengurangi dampak perubahan iklim pada ekosistem perairan dan spesies ikan. Ini penting untuk menjaga keberlanjutan dan ketahanan budidaya perikanan di masa depan. Pengurangan emisi gas rumah kaca membantu mengurangi dampak negatif perubahan iklim, termasuk pemanasan global dan peningkatan suhu air.

Pemerintah Indonesia sangat serius mewujudkan komitmen net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Bahkan, kalau bisa lebih cepat dari itu. Karenanya, pemerintah tengah menyusun sebuah roadmap untuk merelisasikan NZE demi menghadapi berbagai tantangan serta risiko perubahan iklim di masa mendatang.

Untuk mengurangi jejak karbon dan mencapai kondisi net zero emissions, pemerintah Indonesia menerapkan lima prinsip utama, yaitu: Peningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT); pengurangan energi fosil; penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi; peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri; dan yang terakhir pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).

Diharapkan, dengan mengurangi jejak karbon dan berkomitmen dalam menjalan lima prinsip utama di atas, Indonesia dapat mencapai kondisi net zero emissions di tahun 2060.*** (Sas)