“Jangan biarkan palestina jadi sumber konflik dan pengadilan terakhir”

Catatan Gus Kampung : Gus Miskan.

Sejarah hubungan Indonesia dan Palestina adalah hubungan atas nama bangsa dan negara, hubungan berdasarkan komitmen kebangsaan, dimana Indonesia telah berikrar ; bahwa “segala bentuk penjajahan diatas bumi harus hapuskan”.

Dalam penyelesaian konflik Palestina dan Israel, Indonesia tidak akan masuk pada wilayah agama, karena konflik tersebut memang bukan konflik agama, namun semata mata persoalan sengketa wilayah (tanah jajahan).

Konflik yang mempunyai sejarah panjang dengan keterlibatan banyak negara dunia, rasanya akan semakin sulit untuk diselesaiakan melalui jalur diplomatik.

Jika dilihat dari aspek kewilayahan sebenarnya ada dua negara dan satu proxy yang menjadi penentu selesainya konflik antara Palestina dan Israel yaitu, Mesir (Arab), Jordania dan Hamas.

Perjanjian perdamaian dengan model dan melalui jalur apapun, jika ketiga unsur tadi tidak menghendaki, maka segala bentuk perjanjian akan sia sia.

Disisi lain kondisi dinamika kehidupan sosial politik dalam negeri Palestina sendiri juga tidak selalu baik baik saja (banyaknya LSM dan para pemimpin yang tidak kompak).

Oleh karenanya bangsa Indonesia khususnya umat beragama jangan menyikapi secara berlebihan dan mudah terpancing oleh kondisi yang sebenarnya kita sendiri buta terhadapnya.

Persoalan konflik tersebut (Palestina dan Israel) serahkan dan percayakan kepada negara, karena kebijakan dan garis perjuangan politik luar negeri Indonesia jelas dan terukur (bebas aktif) dan negara kita Indonesia tetap pada komitmen bahwa “segala bentuk penjajahan diatas bumi harus dihapuskan”.

Jika negara kita sudah berupaya dengan segala ikhtiarnya dalam membela penyelesaian konflik tersebut melalui jalur diplomasi internasional maupun jalur lainnya masih tetap belum berhasil, maka atas nama kemanusiaan, umat beragama Indonesia (Muslim, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu dan seluruh agama lokal lainnya) atau agama samawi harus bersatu mendorong kepada semua negara yang terlibat dalam konflik tersebut untuk benar benar menghentikan konflik dan membuat kesepakatan damai.

Jangan biarkan kawasan tersebut menjadi “sumber konflik dan pengadilan terakhir”.

Salam,
Miskan Turino.