Probolinggo-menaramadinah.com-Tari Seni Pemecutan dan Barong Shalawatan, yang dimainkan 12 anak-anak usia SD di Kota Probolinggo, tampil hari pertama di panggung utama “Festival Pendalungan 2023” di Alun-alun Probolinggo Rabu (8/3) tadi malam.
Kesenian asimilasi adat Jawa dan Islam ini, disajikan oleh Sanggar Singobowo Samandiman Community Kota Probolinggo, pimpinan Singo Bowo, 52 tahun.
Singo Bowo alias Haji Hari Prabowo ini, adalah seniman asli kota Probolinggo.
Menariknya, adik-adik yang tampil tadi malam, menurut Singo Bowo, mayoritas anak-anak yang kurang beruntung, atau anak-anak terlantar dan juga anak yatim.
“Kami kumpulkan anak-anak yang kurang beruntung ini, yang ortunya pisah, kemudian kami himpun di sanggar, kami ajari kesenian pemecutan, barong dan hadrah, yang penting mereka mau ngaji, mau shalat berjamaah,” ujarnya.
Seni pemecutan dan barong, lanjut dia, kesannya di masyarakat, masih angker, orang masih takut. “Tapi kami adaptasi dengan Islam, lagunya kami ganti dengan lagu-lagu shalawatan, jadi hilang kesan angkernya, sekaligus kami ikut syiar agama Islam juga,” jelas Singo Bowo yang dihubungi di sanggarnya, jalan Letjen Sutoyo 5-A Kota Probolinggo, tadi siang.
Awal terbentuknya sanggarnya, lanjut dia, bermula keinginan mengenalkan seni pecut ke anak-anak di kota Probolinggo.
“Ternyata yang datang, rata-rata anak yang orang tuanya pisah, ada yang yatim, mayoritas kurang beruntung dibanding anak-anak yang lain, ” ujar pensiun Satpam BRI, yang juga pernah atlit Proliga klub Jakarta BNI ini.
Minimnya dana anggaran pembinaan, mereka mencari sumber dana sendiri. Misalnya anak-anak sanggar, tampil gratis, ngamen, mengandalkan saweran, di sejumlah tempat di Probolinggo.
“Keinginan kami bisa beli alat musik sendiri seperti kendang, gong atau kenong, buat fasilitas anak-anak binaan kami ini,” ujarnya. (*)Damar