Penerawangan Ekonomi Indonesia di Tahun 2023

 

Oleh : Dr.Drs.I Wayan Gde Sarmawa, M.M.  Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa.

 

Perekonomian Indonesia sangat bergantung pada situasi dan kondisi perekonomian dunia secara umum. Kita tahu, bahwa dunia sekarang tidak sedang baik-baik saja, dimana perseteruan dua negara yaitu Ukraina dan Rusia yang sudah memasuki hari ke 296 belum ada tanda-tanda berakhir. Kita tidak bicara tentang apa yang dipersengketakan, tetapi kita bicara dampak perang. Perang pastinya akan menghabiskan banyak energi baik berupa material maupun non material, serta menggoncang situasi politik, ekonomi, sosial, dls. Dari segi ekonomi, perang menghanguskan banyak uang serta tidak produktif, melainkan menghasilkan kesengsaraan sebagian besar masyarakat di kedua negara, bahkan berdampak pada negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Banyaknya uang yang hangus karena perang, akan menimbulkan peredaran uang semakin sedikit di masyarakat, termasuk mobilitas uang dari suatu negara ke negara lain. Semakin sedikit uang yang beredar, maka perputaran perekonomian melambat. Ini berdampak pada merosotnya daya beli masyarakat secara umum. Dapat dibayangkan, jika daya beli masyarakat menurun, apalagi daya beli untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari yang menurun, maka lambat laun masyarakat semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ini dapat menimbulkan stres. Stres yang berlebihan yang terjadi di masyarakat dapat menimbulkan kekacauan sosial seperti pencurian, perampokan, pembegalan, kerusuhan, dan lain sebagainya. Tanda-tanda ini sudah nampak, dimana di sejumlah pemberitaan media massa acap kali ditayangkan terjadinya pembegalan, pencurian, pembunuhan, perampokan.

Tahun 2023, sejumlah pengamat telah memprediksi akan terjadi krisis. Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati secara terang benderang mengemukakan dalam Seminar Nasional Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (21/10/2022) bahwa Indonesia akan menghadapi krisis berat di Tahun 2023. Apa yang beliau ungkapkan tentu bukan hal yang tidak beralasan. Sekarang, kita tidak memperdebatkan hal itu, tetapi apa yang perlu dipersiapkan menghadapi situasi tersebut. Pertama adalah mereview kembali berbagai perencanaan alokasi di tahun 2023 dan seterusnya.  Kegiatan yang kurang/tidak penting diminimalisasi bahkan dapat dibatalkan. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan cadangan finansial darurat yang lebih besar. Ke dua, meningkatkan kepekaan agar sesegera mungkin dapat mengenali peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyangga perekonomian. Ke tiga, perkuat kompetensi diri agar peluang-peluang kerja yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Ke empat, perluas jaringan (koneksi) agar sesegera mungkin mendapatkan informasi berbagai perkembangan yang terjadi. Yang kelima adalah hal yang paling utama, yaitu selalulah berdoa kehadapan Tuhan yang Maha Esa agar seberat apapun krisis yang terjadi, kita semua selalu dilindungi dan diberikan jalan untuk membebaskan diri dari tekanan krisis.