![](https://menaramadinah.com/wp-content/uploads/2022/07/IMG_000000_000000-323.jpg)
Sidoarjo menaramadinah.com – Bukan hanya Surabaya saja yang memiliki Pahlawan. Tapi Sidoarjo juga memiliki Pahlawan. Dialah Sarip Tambak Oso.
Saat Pemerintah Hindia Belanda 1912 Sarip Tambak Oso melakukan perlawan secara perorangan. Tokoh itu hingga kini menjadi catatan legenda Sidoarjo.
Kehidupan Sarip dipenuhi dengan misteri. Cerita kesaktiannya melegenda bagi masyarakat Sidoarjo dan Jawa Timur. Di akhir hayatnyapun dipenuhi dengan misteri. Kesaktiannya terletak pada ibunya.
Menurut Qosim, keturunan Sarip Tambak Oso mengatakan, ia mengetahui hanya bekas tanah yang dulu menjadi tempat tinggal Sarip dan Mboknya (Ibunya). Juga tanah gundul yang didalamnya ada wesi kuning miliknya.
Peninggalan lain Sarip Tambak Oso menurut Qosim yang kelahiran 1960 berprofesi sebagai penggali makam adalah sebuah gaman berupa tombak dan sabit.
“Saya diminta menyimpan gaman (senjata) berupa tombak dan sabit. Qosim diminta untuk menyimpan kedua benda itu dengan baik,”ujarnya.
Peninggalan lain yang di dapat Qosim adalah keberadaan makam Mbok Sarip (Ibu dari Sarip). Makamnya berada di komplek makam keluarga Kyai Mas Ubaidah (Mas Baidah), Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru. Ia sendiri sudah sering berziarah ke makam itu.
Menurut penuturan Qosim, Sarip sebenarnya orang Desa Tambakrejo. Tapi lebih dikenal dengan Sarip Tambak Oso.
Musuh Sarip Tambak Oso zaman VOC, lurah dan carik Desa Tambak Oso. Karena dianggap Sarip anteknya Belanda. Dimana, era itu masyarakat mengalami hidup serba sulit, untuk makan saja susah. Ditambah lagi rakyat dimintai pajak.
Keberanian Sarip yang berpihak dan membela rakyat kecil membuat Pemerintah Hindia Belanda gerah.
Kemudian Belanda menetapkan Sarip jadi buruan utama Belanda untuk dipenggal kepalanya. Berbagai cara dilakukan untuk melenyapkan Sarip. Mulai dengan cara fitnah dan iming-iming uang dan jabatan.
Banyak pendekar yang akhirnya memilih uang dan jabatan yang diiming-imingi VOC. Salah satunya adalah Lurah Tambak Oso yang akhirnya kemudian berakhir kalah melawan Sarip.
Banyak cerita kesaktian Sarip yang hingga kini masih diyakini sebagian masyarakat sekitar Tambakrejo. Salah satunya adalah keberadaan Sawah Gundul. Sawah yang letaknya antara Desa Tambakoso dengan Desa Tambaksumur itu hingga kini tidak bisa ditanami, alias gundul.
Dari cerita yang berkembang, di titik sawah gundul itu ada Jimat (senjata) Sarip berupa besi kuning yang dikubur.
Budayawan sekaligus birokrat yang menjabat Plt. Kepala Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Kominfo Sidoarjo, M. Wildan mengungkapkan, sejarah para tokoh pejuang mempunyai tempat istimewa di tengah-tengah masyarakat. Meski kemudian tokoh itu kalah dan meninggal dihukum VOC.
Masih menurut Wildan, makam Sarip dari cerita yang diyakini masyarakat, jasad Sarip dimakamkan secara terpisah. Hal itu dilakukan VOC karena mereka takut Sarip akan hidup lagi.
“Ada yang mengatakan makamnya di Desa Tambakrejo, Desa Tambaksumur dan juga sekitar Buduran. Tapi ada juga yang mengatakan kalau Sarip dimakamkan di pemakaman umum TPU Kelurahan Lemah Putro, Kecamatan Sidoarjo,” pungkas Wildan. Husnu Mufid